Ashleigh Barty Juara Prancis Terbuka 2019

8 Juni 2019 23:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ashleigh Barty dan trofi Grand Slam pertamanya. Foto: CHRISTOPHE ARCHAMBAULT / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ashleigh Barty dan trofi Grand Slam pertamanya. Foto: CHRISTOPHE ARCHAMBAULT / AFP
ADVERTISEMENT
Final Prancis Terbuka 2019 membuktikan bahwa nomor tunggal putri acap melahirkan juara baru. Berlaga di puncak, Ashleigh Barty menang 6-1, 6-3 atas Marketa Vondrousova.
ADVERTISEMENT
Barty datang ke partai puncak pada Sabtu (8/6/2019) dengan memanggul harapan entah berapa juta masyarakat Australia. Tak berlebihan karena terakhir kali petenis Australia menjuarai Grand Slam adalah pada Amerika Serikat Terbuka 2011. Kala itu, Samantha Stosur menjadi kampiun di nomor tunggal putri.
Final pertama tidak hanya menjadi milik Barty, tapi juga Vondrousova. Hebatnya, petenis asal Republik Ceko ini menjejak ke partai puncak pertamanya dalam usia 19 tahun. Pembuktian sahih bahwa kids nowadays tak hanya frasa yang menggambarkan kekecewaan.
Keunggulan 4-0 yang disegel Barty tak pantas membuatnya senang lebih dulu. Pasalnya, fragmen serupa terjadi pada laga semifinal melawan Amanda Anisimova. Tertinggal 0-5, Anisimova berhasil mengejar dan menyamakan kedudukan menjadi 5-5. Abaikan dulu fakta bahwa pada akhirnya set itu tetap ditutup Barty dengan kemenangan 7-5.
ADVERTISEMENT
Namun, fragmen serupa tampaknya tak terjadi di laga puncak, setidaknya di set pertama. Agresivitas mengantarkan Barty pada dominasi yang menjadi pilar penting bagi penampilannya di set perdana.
Marketa Vondrousova berlaga melawan Ashleigh Barty di final tunggal putri Roland Garros 2019. Foto: REUTERS/Benoit Tessier
Kemenangan 6-1 itu merupakan buah dari 13 winner dan tiga ace serta keberhasilannya menyegel 31 poin. Sementara, Vondrousova hanya mampu membukukan dua winner dan satu ace.
Kalau ada persoalan yang begitu mengganggu permainan Barty pada set perdana, itu adalah catatan unforced error-nya yang bejibun. Dalam 28 menit pertama, Barty membuat 11 unforced error. Di sisi lain, manuver Vondrousova juga tak kalah 'jorok', yang dibuktikan dengan 12 unforced error-nya.
Kekuatan pukulan menjadi modal penting bagi Barty untuk menghadapi Vondrousova. Itu ditambah dengan kecepatan footwork yang membuat Barty dapat membangun serangan dari sudut-sudut krusial. Salah satunya saat Barty mengamankan keunggulan 30-15 pada kedudukan 2-0 di set kedua.
ADVERTISEMENT
Barty sudah mengambil posisi di ujung kiri area baseline. Namun, pukulan menyilang Vondrousova memaksanya untuk segera bergeser ke sudut kiri. Tak ingin kehilangan momentum, Barty mesti melepaskan pukulan backhand yang membantunya menghemat jarak. Pukulan backhand yang menyasar depan net itu sebenarnya masih dapat dijangkau Vondrousova.
Yang menjadi masalah adalah kekuatan pengembaliannya. Tak menyangka Barty masih sanggup mengejar, Vondrousova mengambil posisi yang kelewat jauh dari net. Alhasil, pukulannya gagal menyeberangkan bola ke bidang permainan Barty.
Ashleigh Barty di final tunggal putri Prancis Terbuka 2019. Foto: REUTERS/Vincent Kessler
Laga ini bukan cuma agresivitas Barty, upaya Vondrousova menjawab permainan lawan. Vondrousova berhasil memaksa situasi ke deuce dalam kedudukan 2-0 untuk keunggulan Barty.
Ia memancing Barty ke depan net lantas melesakkan pukulan loop yang membuat bola terjatuh di lapangan tengah. Tak menyangka arah serangan yang demikian, Barty kehilangan gim ketiga. Vondrousova memangkas jarak menjadi 1-2.
ADVERTISEMENT
Jika pada set pertama Barty hanya membutuhkan tujuh gim untuk menyegel kemenangan, tidak demikian di set kedua. Remaja 19 tahun yang menjadi lawannya itu bermain tangguh.
Tertinggal 1-4, Vondrousova memperkecil ketertinggalan menjadi 3-4. Keberhasilan yang bukannya tidak mungkin membangkitkan ingatan Barty akan laga semifinal melawan Anisimova.
Namun, bukan berarti permainan Vondrousova benar-benar bebas dari masalah. Penempatan posisi yang keliru sering mematikan langkahnya sendiri. Ambil contoh Barty unggul 40-0 dalam kedudukan 4-3.
Vondrousova bisa saja memperkecil jarak menjadi 15-40 jika ia tidak terlambat merespons permainan Barty dengan berlari ke depan net. Padahal, pukulan Barty di momen ini tidak kepalang cepat. Tapi, ya, itu tadi. Vondrousova justru bersiaga di area baseline sehingga gagal meraup poin.
ADVERTISEMENT
Match point 40-30 dalam kedudukan 5-3 gagal dikonversi Barty menjadi poin kemenangan. Semakin genting, Vondrousova justru bermain semakin beringas. Dua poin beruntun berhasil ia amankan sehingga kedudukan beralih ke deuce. Hanya, asa Barty untuk menutup laga di set kedua tetap terjaga berkat keberhasilannya memenangi reli panjang.
Epilog yang manis itu datang juga kepada Barty. Lewat skema reli panjang, Barty menutup rangkaian serangannya dengan ground stroke ke depan net yang gagal dijangkau Vondrousova.
Pukulan itu begitu spesial karena berhasil mengantarkan Barty ke torehan Grand Slam pertamanya di nomor tunggal putri kelas senior. Lewat gelar juara itu pula Barty membuktikan bahwa keputusannya untuk melawan depresi dan kembali ke tenis setelah hiatus bukan perkara naif apalagi keliru.
ADVERTISEMENT
Dan atas gelar juara ini, tak ada nyanyian yang lebih pantas dilantunkan para suporter selain: "Oh, Barty, you’re so fine, you’re so fine, you blow our minds! Ash Barty! [Clap, clap.] Ash Barty!"