Bukan Sekadar Kuku Cantik: Di Balik 'Nail Art' Serena Williams

25 Januari 2020 0:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Serena Williams di Australia Open 2020. Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
zoom-in-whitePerbesar
Serena Williams di Australia Open 2020. Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
Serena Williams, 38 tahun, petenis. Greatest of all time. Sudah 23 grand slam ia juarai dan masih amat mungkin terus bertambah. Namun, kalau bicara soal Serena, sulit untuk hanya melihat ke permukaan. Serena lebih dari sekadar pencapaian yang ia raih dan pernak-pernik di luaran.
Ambil contoh bagaimana cara ia berpakaian. Serena melek fashion dan terang-terangan mengakui bahwa fashion adalah hal penting untuknya. Namun, fashion bukan sekadar hal buat gaya-gayaan atau cari perhatian buat Serena. Lagi pula buat apa dia caper? Kalau kamu sudah mengoleksi puluhan trofi grand slam apa lagi yang perlu kamu buktikan?
Maka, ketika Serena mengenakan sesuatu, perhatikanlah. Ia tidak sedang meminta perhatianmu secara cuma-cuma. Fashion, buat Serena, adalah cara untuk menyampaikan pesan dan menegaskan sebuah statemen. Fashion adalah cara Serena berbicara pada dirimu.
Ketika mengenakan cape selayaknya superhero di komik-komik pada French Open 2019, Serena tidak sedang berimajinasi atau berpretensi bahwa dia adalah Anakin Skywalker yang diwahyukan oleh tetua-tetua Jedi bahwa ia akan menyeimbangkan The Force (atau, buat Serena, menyeimbangkan dunia tenis). Tidak. Di balik cape itu terselip sebuah pesan.
'Championne', 'Reine', 'Deesse', 'Mere'.
'(Seorang) Juara', '(Seorang) Ratu', '(Seorang) Dewi', '(Seorang) Ibu'.
Salah satu outfit Serena Williams yang didesain Nike untuk French Open 2019. Foto: Twitter Serena Williams.
Lewat statemen tegas itu, Serena ingin merepresentasikan dirinya lewat tiga hal: Kearoganan, keeleganan, dan keibuan. Terlepas dari statusnya sebagai ratu tenis dan gelar yang melimpah, Serena adalah ibu dan indung untuk putri semata wayangnya, Alexis Olympia.
Serena tidak asal bicara. Statemen itu menggema buat semua, bahkan buat Nike, produk apparel yang mensponsorinya. Lewat statemen tersebut, Serena juga ingin bicara soal ketidakadilan.
Ketika sedang mengandung Olympia, Serena tetap mendapatkan dukungan penuh dari Nike. Kontraknya tidak terputus. Namun, privilese serupa tidak didapatkan oleh atlet lari Alysia Montano. Ketika Montano hamil, Nike memutus sejenak kontrak dengannya.
Kebijakan itu kemudian berubah setelah Serena berbicara. "Semua berawal dengan membuat statemen bersama saya, dan mereka bilang, mereka ingin berubah. Mereka bilang, mereka ingin mendukung wanita yang ingin berkeluarga," kata Serena.
Serena terus berbicara dan berbicara. Berbicara buat semua. Tenis, bagi dia, bukan sekadar ajang untuk mencari kejayaan, tetapi cara untuk menyuarakan kesetaraan dan kesadaran. Ia hidup dari tenis, tetapi memberi lebih dari sekadar hidup untuk tenis.
Serena Williams di Australia Open 2020. Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
Jumat (24/1/2020), Serena turun bertanding dengan stylish: Dress dengan aksen rok mini, celana pendek, motif polka dot, plus warna lembayung muda yang senada antara kostum dan sepatu. Semua dipermanis dengan nail art di kuku-kukunya.
Tentu saja, semua itu tidak lepas dari jepretan para fotografer. Beberapa bahkan menyorot lekat-lekat nail art di kuku-kuku Serena. Bukan untuk dikomentari apakah nail art itu cantik atau imut belaka. Bukan. Mereka menyorotnya untuk sebuah pesan.
Sedari awal melangkah masuk ke Melbourne Park, tempat turnamen Australian Open 2020 berlangsung, nail art itu sudah menempel di kuku-kukunya. Desainnya memang cantik, berwarna-warni --biru, hitam, merah muda--, dan tidak ketinggalan ada gambar koala.
Kuku bergambar koala itu melekat di jari manis tangan kirinya. Ia telihat jelas ketika Serena memantul-mantulkan bola sebelum melakukan servis. Di balik gambar koala itu, ada sebuah tribute.
Nail art yang digunakan Serena Williams di Australia Open 2020. Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
"Hati saya hancur melihat kehancuran yang diakibatkan oleh kebakaran lahan di Australia. 500 juta hewan mati dan banyak orang kehilangan rumah," ujar Serena seperti dilansir The Independent.
Kebakaran lahan di Australia adalah bencana besar. Ia tidak hanya melenyapkan nyawa, tetapi juga memberikan indikasi yang lebih besar bahwa suhu panas bumi makin menyengat. Khusus untuk Australia, yang musim panasnya bisa bikin siapa pun memilih untuk berdiam tanpa pakaian di dalam igloo, suhu panas itu pada akhirnya berujung petaka.
Serena menyuarakannya lewat sebuah simbol yang lucu sekaligus getir: Koala. Puluhan ribu koala mati dalam bencana tersebut. "Kita harus bertindak sekarang dan membantu apa pun yang kita bisa," katanya lagi.
Sederet statemen tersebut boleh jadi membuat kita sadar akan satu hal, bahwa Serena bukan sekadar sosok yang suka memukul bola kencang-kencang, tetapi suaranya juga menggema lantang. Dan ketika Serena bersuara, maka kamu mendengarkan.