news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dari Australian Open 2020, para Petenis Melawan Bushfires

21 Januari 2020 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Roger Federer di Australia Open 2020. Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
zoom-in-whitePerbesar
Roger Federer di Australia Open 2020. Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
ADVERTISEMENT
Dalila Jakupovic tidak dapat melanjutkan pertandingannya di babak kualifikasi Australian Open 2020 pada Selasa (14/1/2020).
ADVERTISEMENT
Dalam keadaan berlutut, ia tampak kesulitan bernapas. Petugas medis dan lapangan mendatangi petenis asal Slovenia ini. Tak lama kemudian, umpire mengumumkan bahwa laga tak dapat dilanjutkan.
Petenis Swiss yang menjadi lawannya kala itu, Stefanie Vogele, bergegas mengambil handuk basah yang diikat pada beberapa bagiannya sehingga tampak beruas dan menyerupai syal.
Vogele mengalungkan handuk itu ke leher Jakupovic yang saat laga dihentikan sudah menang 6-4 di set pertama. Mungkin handuk basah itu bisa sedikit menyegarkan Jakupovic yang tidak hanya kesakitan, tetapi juga ketakutan. Vogele lantas ikut membantu Jakupovic berjalan meninggalkan lapangan.
Dalam wawancaranya, Jakupovic menjelaskan bahwa ia tidak pernah menderita asma dan penyakit pernapasan lainnya. Kondisi udara yang terdampak kebakaran hutan hebat di Australia dipindainya sebagai penyebab mengapa kondisi demikian muncul.
ADVERTISEMENT
"Saya sangat takut saya bakal kolaps. Saya tidak bisa berjalan lagi sehingga jatuh berlutut. Saya tidak punya asma atau masalah pernapasan lainnya. Saya bahkan menyukai cuaca panas," jelas Jakupovic, dikutip dari The Guardian.
"Waktu physio datang, awalnya saya berpikir saya bakal membaik. Namun, semuanya terasa berjalan lebih lambat. Saya tidak bisa bernapas lagi dan jatuh ke lantai. Kondisi ini tidak sehat bagi kami semua. Saya pikir pertandingan kami bakal ditunda. Saya cukup terkejut, tetapi kami tidak bisa berbuat banyak," tutur Jakupovic.
Petenis tunggal putri peringkat 108 dunia ini tidak menjadi satu-satunya yang terdampak kualitas udara yang buruk di Australia. Maria Sharapova bahkan mengundurkan diri dari turnamen bertajuk Kooyong Classic. Turnamen yang digelar sebagai pemanasan jelang Australian Open itu juga berlangsung di Melbourne, Australia.
ADVERTISEMENT
Finalis Wimbledon 2014, Eugenie Bouchard, juga sempat kepayahan di pertandingan pertamanya di Australian Open 2020. Wakil tunggal putri Kanada itu beberapa kali memanggil petugas medis selama pertandingan.
Laga melawan Xiaodi You memang ditutupnya dengan kemenangan. Namun, pertandingan itu menjadi salah satu laga paling tidak ideal yang pernah ia jalani.
"Saya merasa sulit bernapas dan sedikit mual. Saya merasa kondisinya semakin memburuk saat pertandingan berlanjut, tetapi saya sudah telanjur di arena," kata Bouchard.
"Sebagai atlet kami harus hati-hati betul, kondisi fisik adalah salah satu hal terpenting bagi kami. Tidak ideal untuk bermain dalam kondisi ini. Sama seperti aturan suhu ekstrem (heat rule), harus ada aturan kualitas udara," jelas Bouchard.
Laga Rafael Nadal melawan Hugo Dellien di babak pertama Australian Open 2020. Foto: REUTERS/Hannah Mckay
Masalah non-teknis seperti cuaca menjadi salah satu tantangan terbesar Australian Open dari tahun ke tahun. Tak perlu jauh-jauh. Pada 2018, Novak Djokovic muntab karena merasa laga digelar di tengah cuaca yang tak normal.
ADVERTISEMENT
Omelan Djokovic bukan bualan, bukan pula alasan kekalahan. Toh, kala itu Djokovic yang menutup laga dengan kemenangan atas Gael Monfils. Suhu rata-rata di Melbourne saat Australian Open 2018 mencapai 39° celcius.
Sehari setelah pertandingan final tunggal putri Australian Open 2018, Simona Halep dikabarkan dilarikan ke rumah sakit karena kelelahan parah akibat cuaca ekstrem Melbourne.
Berhitung mundur hingga 2014, wakil tunggal putra Kanada, Frank Dancevic, bahkan sampai mengalami halusinasi melihat tokoh kartun Snoopy. Dancevic akhirnya jatuh tak sadarkan diri di tengah laga. Setelah sadar, dia berkata, "Sampai ada yang mati, ini tak akan berhenti."
Penyelenggara Australian Open akhirnya mengeluarkan kebijakan baru menghadapi suhu ekstrem pada 2019. Kebijakan baru ini ditandai dengan tidak digunakannya lagi wet bulb globe temperature (WBGT) untuk mengestimasi suhu udara.
ADVERTISEMENT
WBGT adalah rumus untuk mengukur suhu udara yang dirasakan dengan mempertimbangkan temperatur, kelembaban, kecepatan angin, serta radiasi cahaya matahari. Rumus inilah yang sebelumnya selalu digunakan dan nyatanya tidak berhasil menghindarkan orang-orang dari efek suhu ekstrem.
Kebijakan barunya menggunakan heat stress scale. Variabel-variabel WGBT masih disertakan, tetapi penggunaannya tetap diasosiasikan dengan situasi terkini.
Kondisi panasnya ada di skala satu sampai lima. Jika satu yang terendah, lima berarti hampir ekstrem. Jika skala sudah sampai di angka lima, laga outdoor akan dipindahkan ke lapangan utama yang memiliki atap.
Eugenie Bouchard. Foto: MICHAEL BRADLEY / AFP
Direktur Penyelenggara Australian Open, Craig Tiley, menyadari kondisi tersebut. Ia bahkan menegaskan keselamatan petenis, ofisial, dan penonton adalah yang nomor satu.
Tiley menjelaskan, pertandingan akan dihentikan atau ditunda jika tingkat kualitas udara melampaui 200 pada indikator PM2.5 yang mereka gunakan.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, peringatan ini baru diberikan secara terbuka pada Kamis, 16 Januari 2020, malam waktu Melbourne. Sementara, para petenis menerima informasi ini hanya melalui surel yang dikirim pada Rabu (15/1/2020) malam waktu Melbourne.
Roger Federer menjelaskan banyak petenis yang ragu untuk bertanding saat Selasa dan Rabu waktu Melbourne. Sebab, mengutip BBC, di hari pertama babak kualifikasi Australian Open, Selasa (14/1/2020), diberlakukan peringatan kepada penduduk Melbourne untuk tidak beraktivitas di luar rumah.
Lewat peringatan tersebut, masyarakat juga diminta agar memastikan hewan peliharaan mereka tetap berada di dalam rumah.
"Sebagai sesama petenis kami peduli satu sama lain. Saya bicara kepada penyelenggara bahwa kuncinya adalah komunikasi kepada semua yang terlibat di turnamen ini, termasuk kami, para peserta."
ADVERTISEMENT
"Saya pikir harus ada tindakan lebih. Toh, saya awalnya tidak menerima informasi yang cukup soal kondisi ini," jelas Federer, dikutip dari BBC.
Roger Federer di babak pertama Australian Open 2020. Foto: REUTERS/Issei Kato
Federer bukannya diam saja. Di hari kedatangannya, Selasa (14/1/2020), Federer menemui langsung panitia penyelenggara Australian Open. Peraih 20 gelar juara Grand Slam ini berkata kepada panitia bahwa kondisi apa pun harus dikomunikasikan secara terbuka.
"Saya bisa ke kantor penyelenggara dan bicara kepada mereka. Di hari pertama, Selasa, saya pergi ke kantor dan kondisi di udara sangat buruk. Besoknya, Rabu, kondisi udara tetap buruk. Apakah saya bisa ke lapangan dan berkata kepada orang-orang untuk menghentikan laga? Bisa saja saya coba, tetapi cara itu tidak akan membantu," tutur Federer.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Federer percaya para penyelenggara tidak akan bertindak sembrono dan membahayakan para peserta maupun penonton.
Ia yakin informasi yang diterimanya tepat. Federer tidak meragukan komitmen penyelenggara dalam menjamin keselamatan siapa pun yang ambil bagian di turnamen ini.
"Persoalan terbesar justru ada di habitat satwa, hutan. Masalah terberat dialami oleh orang-orang Australia dan petugas pemadam kebakaran. Inilah persoalan tersulitnya," ucap Federer.
"Meningkatkan kewaspadaan, menggalang dana itu satu hal dan tindak preventif adalah hal lain. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini," jelas Federer, dikutip dari The Guardian.
Tunggal putra Kanada, Denis Shapovalov. Foto: GABRIEL BOUYS / AFP
Tunggal putra Kanada yang menjadi unggulan ke-13, Denis Shapovalov, menegaskan ia bakal menolak bertanding jika kondisi udara tambah buruk. Lebih baik kehilangan potensi juara--bahkan gelar juara sekalipun--daripada membahayakan kesehatannya sendiri.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak mau ambil risiko. Saya tidak mau membahayakan kesehatan dengan bermain jika kondisi udara tidak membaik. 'Kan saya masih bisa bertanding dalam 10 atau 15 tahun ke depan," tegas Shapovalov.
"Saya pikir semua orang memiliki prinsip yang sama soal kondisi ini. Saya percaya tidak ada satu orang pun yang mau berurusan dengan masalah kesehatan akibat memaksakan diri berlaga di tengah kondisi udara yang berbahaya," jelas petenis 20 tahun ini.
Rafael Nadal di babak pertama Australian Open 2020. Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach
Rafael Nadal tak mau ketinggalan. Ia tahu benar kondisi udara di Australia sedang tidak baik. Namun, sebagai petenis profesional ia juga tidak bisa menganggap remeh profesionalitas penyelenggara.
Tunggal putra asal Spanyol itu menjelaskan bahwa ia percaya sepenuhnya kepada Tiley dan seluruh timnya. Kalau mereka berkata laga bisa digelar, ya, ia akan turun arena.
ADVERTISEMENT
"Saya menerima jawaban yang meyakinkan saya. Oke, bukan berarti semua orang mesti berpendapat yang sama dengan saya. Mereka berkata kepada saya bahwa ada tim ahli yang menganalisis dan memonitor kondisi udara setiap empat menit," tutur Nadal dikutip dari BBC.
"Ada parameternya juga. Kalau ada di angka 200, kami tidak bisa bermain. Bahkan saya juga mendapat informasi, sesuai regulasi Olimpiade,pertandingan bisa digelar jika indeksnya belum mencapai angka 300," lanjut pemegang 12 gelar juara tunggal putra French Open ini.
"Saya tidak percaya bahwa komite terpenting di ranah olahraga menginginkan hal buruk terjadi pada kesehatan para atlet. Seluruh jawaban yang saya terima bisa meyakinkan saya. Makanya saya ada di sini untuk bertanding," jelas Rafael Nadal.
Nick Kyrgios merayakan kemenangan. Foto: Reuters/Peter Thomas
Meski hujan lebat sudah mengguyur Australia, masalah tampaknya belum selesai. Ada sejumlah titik api yang dikabarkan masih membara. Ditambah lagi, banjir akibat hujan lebat dan badai menjadi persoalan baru di sejumlah wilayah Australia.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari apa pun kondisinya sekarang, para petenis tidak mau asal mengeluh. Tak cuma saling memperhatikan rekan sesama petenis, mereka juga ambil bagian dalam membantu korban bushfire di Australia.
Nadal dan Federer sepakat untuk memberikan donasi sebesar 250.000 dolar Australia untuk membantu penanggulangan bushfire di Australia. Sebelumnya, Nadal juga bergabung dengan ATP untuk memberikan donasi sebesar 725.000 dolar Australia.
Nick Kyrgios, petenis asal Australia, punya cara sendiri. Lewat akun Twitter-nya ia menyampaikan akan menyumbang sejumlah ace yang ia buat di seluruh turnamen yang ia mainkan di sisa musim panas ini.
Kata Kyrgios, setiap ace akan dihargainya senilai 200 dolar Australia. Langkah serupa Kyrgios diikuti oleh sejumlah petenis, mulai dari Alex De Minaur, John Millman, John Peers, hingga Sam Stosur.
ADVERTISEMENT
Hingga kini Australian Open 2020 sedang melangsungkan babak pertama. Babak utama turnamen yang digelar di Melbourne Park ini digelar pada 20 Januari sampai 2 Februari 2020.