Emas Asian Para Games dari David Jacobs untuk Mendiang Ayahnya

10 Oktober 2018 15:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petenis meja Indonesia David Jacobs mengibarkan bendera Merah Putih seusai  babak final tenis meja putra TT10. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Petenis meja Indonesia David Jacobs mengibarkan bendera Merah Putih seusai babak final tenis meja putra TT10. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
ADVERTISEMENT
Asian Para Games 2018 di Jakarta menjadi panggung bersejarah bagi para atlet disabilitas Tanah Air. Bagaimana tidak, multievent terbesar se-Asia ini baru pertama kali mendaulat Indonesia sebagai tuan rumah.
ADVERTISEMENT
Terasa historis pula buat atlet tenis meja kelas 10, Dian David Michael Jacobs, meskipun dalam balutan elegi yang terselip di balik euforia penyelenggaraan. Ya, menjelang Asian Para Games bergulir, David Jacobs memang berduka. Sang ayah, Jan Jacobs, tutup usia pada 5 Maret 2018 lalu atau ketika David tengah menjalani pemusatan latihan nasional (pelatnas).
Tak pelak, penampilannya pada final nomor perorangan Selasa (9/10) masih diselimuti duka. Sang ayah yang biasa mendukungnya langsung di venue kini telah tiada, tetapi warisat berupa nasihat selalu diingat David.
Pun saat akhirnya emas sukses diamankan David seusai mengalahkan Lian Hao (China) dengan skor 11-4, 7-11, 11-6, dan 17-15. Hasil terbaik ini dipersembahkannya untuk ayah tercinta.
"Ini turnamen besar pertama yang tidak didampingi oleh ayah. Saya semakin termotivasi melakukan yang terbaik karena ayah selalu berpesan kepada saya untuk terus berdoa dan memberikan yang terbaik, itu nasihat yang selalu saya ingat," kata David kepada awak media di Ecovention Ancol.
ADVERTISEMENT
"Saya harus lebih semangat karena ini (bermain tenis meja) menjadi kenangan dengan ayah saya," ujar atlet berdarah Ambon itu mengimbuhkan.
Petenis meja Indonesia David Jacobs melakukan servis pada babak final tenis meja putra TT10. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Petenis meja Indonesia David Jacobs melakukan servis pada babak final tenis meja putra TT10. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Terpisah, ada sosok sang ibu, Neelce Samalo Jacobs (81), yang kini menjadi sokongan semangat utama David di tribune penonton. Dari mulut Neelce sendiri, juga diketahui bahwa David meminta pergi ke makam sang ayah sebelum bertanding di Asian Para Games 2018.
"(Jan Jacobs) meninggal 5 Maret, saat David pelatnas. Lalu seminggu tidak latihan dan sebelum bertanding di Asian Para Games, ke makam berempat. David minta jam lima subuh," ucap Neelce.
Dengan emas di level Asia nomor tunggal TT10, David kini mendapat tugas berat untuk membuktikan diri hingga event utama di Paralimpiade Tokyo 2020. Di sana, meski usianya nanti menginjak 43 tahun, David masih berambisi untuk tampil.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya ingin terus main, harus menjaga kondisi tubuh untuk bisa terus berprestasi. Saya masih ingin Paralimpiade 2020 di Tokyo karena ada target juga di sana," kata peraih perunggu Paralimpiade London 2012 itu.
Petenis meja Indonesia David Jacobs menggigit medali emas usai kalahkan petenis meja Cina Liao Han di babak final tenis meja putra TT10. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Petenis meja Indonesia David Jacobs menggigit medali emas usai kalahkan petenis meja Cina Liao Han di babak final tenis meja putra TT10. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Maka, David berjanji akan terus menjaga asa dengan berlatih hingga memastikan tiket lolos kualifikasi ke Paralimpiade 2020. Satu lagi, David ingin rekannya di nomor ganda TT10, Komet Akbar, juga lolos kualifikasi agar dua nomor bisa diikutinya.
"Saya juga berharap Komet Akbar bisa lolos kualifikasi Paralimpiade Tokyo karena di London dan Brasil gagal. Saya di nomor tunggal (jika lolos) akan menjadi kali ketiga. Pada 2016, saya sudah kalah dan akan coba lagi lebih baik. Jadi saya berharap Komet bisa lolos agar main di ganda dan semakin banyak kemungkinan dapat medali," kata David.
ADVERTISEMENT
Sesuai pesan sang ayah yakni memberikan yang terbaik, David pun sudah pasti akan berjuang habis-habisan jika mendapat kesempatan membawa nama Indonesia di Paralimpiade sebagai kelas tertinggi multievent olahraga.
"Tahun 2019 masih ada beberapa turnamen untuk kualifikasi yang harus diikuti. Kemudian pada awal 2020 mulai ketahuan nama-nama yang lolos ke Paralimpiade, yang pastinya jadi ajang paling bergengsi untuk atlet,".
"Bangga kalau bisa berpartisipasi, apalagi bisa berprestasi. Soal target (medali) fokusnya lolos ke Paralimpiade 2020, sekarang lebih fokus untuk lolos kualifikasi dulu saja," ujar David mengakhiri.