Indonesia Masters: Tontowi Sebut Praveen/Melati Punya 'Faktor X'

16 Januari 2020 17:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Foto: Dok. PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Foto: Dok. PBSI
ADVERTISEMENT
Beban Indonesia di nomor ganda campuran Indonesia Masters 2020 saat ini sepenuhnya diemban oleh Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Sebab, Praveen/Melati menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa di nomor tersebut.
ADVERTISEMENT
Indonesia pada dasarnya memiliki tujuh wakil di nomor ganda campuran Indonesia Masters 2020. Selain Praveen/Melati, ada Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, Rinov Rivaldy/Pitha Mentari, Ricky Karanda/Pia Bernadet, Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso, Tontowi Ahmad/Apriyani Rahayu, dan Alfian Eko/Annisa Saufika. Namun, enam pasangan yang disebutkan belakangan itu sudah tersingkir.
Tentu, ada alasan dibalik kesuksesan Praveen/Melati. Alasan tersebut, menurut Tontowi Ahmad, adalah 'faktor X' yang dimiliki Praveen/Melati.
“Ya, mereka punya senjata. Praveen sekali tembak bisa dapat poin. Mereka juga sudah terbukti juara di Denmark Open dan French Open (2019) lalu. Kalau mereka main dengan pola benar, mereka berbahaya. Mereka itu ada 'faktor X'. Jadi, ya mereka punya keunggulan daripada pasangan lain,” kata Tontowi.
“Hafiz/Gloria mungkin punya, tetapi, ya, belum semematikan Praveen/Melati. Dari segi tembakan saja, Praveen dan Hafiz beda. Ya, buat saya, untuk pola permainannya, Praveen/Melati itu bisa dibilang lebih jahat, lah,” tambah Tontowi.
ADVERTISEMENT
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti usai menang di babak kedua Indonesia Masters 2020, Kamis (16/1). Foto: Ganesha Arif/kumparan
Bila bicara skill individu, Praveen/Melati memang memiliki serangan yang mematikan. Praveen memiliki smes yang keras nan akurat, sedangkan Melati mampu mengatur tempo permainan dari depan net dengan oke. Jika dikombinasikan, kemampuan individu itu bisa menyulitkan lawan.
Selain itu, tak bisa dimungkiri juga bahwa pengalaman Praveen/Melati—utamanya Praveen—lebih banyak ketimbang pasangan Indonesia lainnya. Tingginya jam terbang bisa menjadi faktor krusial di dunia bulu tangkis.
Meskipun begitu, Tontowi menyatakan bahwa Praveen/Melati masih perlu berbenah apabila ingin mencapai level yang ia gapai bersama Liliyana Natsir. Ya, Tontowi bersama Liliyana sempat menguasai dunia selama beberapa tahun. Tak ketinggalan, mereka sukes memenangi medali emas Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil.
Menurut Tontowi, ada beberapa aspek yang bisa dikembangkan oleh Praveen/Melati; dua di antaranya adalah mentalitas dan konsistensi. Ini penting, mengingat grafik Praveen/Melati menurun setelah meraih gelar juara secara beruntun di Denmark Open dan French Open 2019.
ADVERTISEMENT
Aksi Tontowi/Liliyana di Asian Games 2018. Foto: ANTARA FOTOINASGOC/Puspa Perwitasari
“Saya juga belajar dari Cik Butet (Liliyana). Cik Butet itu contoh, karena mindset dia selalu tak mau kalah. Kalau juara sekarang, ya, besok bukan juara lagi. Nah, saya enggak tahu pemikiran Praveen/Melati itu seperti apa setelah juara. Dulu saya diberitahunya begitu oleh Cik Butet, tak boleh santai setelah juara.”
“Makanya, saya bilang Praveen/Melati walaupun sudah juara, latihan jangan santai. Pola istirahat dan makannya diatur, enggak boleh sembarangan. Badan harus dijaga agar terus fit,” tutup Tontowi.