IOC Investigasi Atlet AS yang Bikin Gestur Tangan 'X' di Olimpiade 2020

4 Agustus 2021 15:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peraih medali perak, Raven Saunders dari Amerika Serikat di Olimpiade Tokyo 2020. Foto: REUTERS/Hannah Mckay
zoom-in-whitePerbesar
Peraih medali perak, Raven Saunders dari Amerika Serikat di Olimpiade Tokyo 2020. Foto: REUTERS/Hannah Mckay
ADVERTISEMENT
Komite Olimpiade Internasional (IOC) sedang menyelidiki gestur tangan berbentuk 'X' yang dilakukan sejumlah atlet Amerika Serikat (AS) di Olimpiade 2020. Itu disebut merupakan suatu tindakan protes.
ADVERTISEMENT
Atlet tolak peluru dari AS, Raven Saunders, yang meraih medali perak di Olimpiade 2020, baru saja mengejutkan beberapa pihak, Ia mengangkat tangan dan menyilangkannya dengan tanda 'X' sambil berpose untuk foto upacara penyerahan medali.
Beberapa saat kemudian, atlet anggar AS, Race Imboden, yang memenangkan medali perunggu juga muncul untuk menunjukkan gestur tangan serupa.
Saunders mengatakan kepada New York Times beberapa atlet AS telah menyusun rencana selama beberapa minggu terakhir untuk menunjukkan simbol 'X' sebagai bentuk protes.
Ras Imboden dari Amerika Serikat usai melakukan laga di perebutan medali perunggu Anggar tim putra di Olimpiade Tokyo 2020. Foto: REUTERS/Molly Darlington
Atlet AS lainnya, Gwen Berry, juga mengatakan bahwa dirinya akan melakukan hal yang sama sebelum tampil di Olimpiade Tokyo.
“Protes di podium adalah hak asasi manusia. Bukan IOC yang memutuskan,” kata Berry dalam wawancara TIME100 Talks.
ADVERTISEMENT

Apa yang diwakili oleh gestur 'X'?

Saunders menjelaskan bahwa 'X' dimaksudkan untuk mewakili diskriminasi terhadap orang yang tertindas. Dia membuat gerakan itu saat lagu kebangsaan China diputar di upacara penyerahan medali emas untuk Gong Lijiao pada cabang menembak. Namun, dia tak bermaksud menghina lagu kebangsaan negara lain.
“Saya ingin menjadi seperti yang saya cita-citakan untuk bisa menjadi diri saya sendiri dan tidak meminta maaf kepada yang lebih muda,” ucap Saunders.
Atlet Amerika Serikat, Raven Saunders menyilangkan tangan saat pemberian medali Olimpiade 2020. Foto: Ina Fassbender/AFP

Apa tanggapan IOC dan USOPC tentang protes itu?

Sampai saat ini yang tertulis di Piagam Olimpiade IOC yakni melarang para atlet untuk berpartisipasi dalam segala jenis demonstrasi atau propaganda politik, agama atau rasial.
Sementara tahun lalu, IOC menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan mengizinkan atlet melakukan protes dalam upaya netralitas politik.
ADVERTISEMENT
Pada 2 Juli 2021 menjelang Olimpiade Tokyo, IOC mengumumkan perubahan pada 50 poin dalam Piagam Olimpiade yang mengizinkan beberapa bentuk demonstrasi yang merupakan sebuah upaya untuk menanggapi wujud protes para atlet.
Di bawah aturan baru, para atlet diperbolehkan mengekspresikan pandangan mereka saat berada di lapangan permainan. Dengan catatan, atlet tidak diizinkan untuk protes selama kompetisi atau saat berada di podium.
Apabila atlet melanggar aturan itu, potensi pelanggaran akan dievaluasi oleh komite Olimpiade nasional asal negara sang atlet, federasi internasional untuk olahraga yang terlibat, dan IOC.
Komite Olimpiade dan Paralimpiade Amerika Serikat (USOPC) juga mengumumkan bahwa mereka tidak akan menanggapi perilaku seperti itu di Olimpiade 2020, selama tindakan seorang atlet tidak dianggap mengandung unsur kebencian.
Hari terakhir sidang IOC ke-134 di Lausanne, Swiss, pada Rabu, 26 Juni 2019. Foto: Greg Martin/IOC
Pada saat upacara pembukaan Olimpiade, lebih dari 150 atlet, akademisi, dan relawan keadilan sosial menandatangani surat terbuka yang menuntut perubahan pada 50 poin dalam Piagam Olimpiade.
ADVERTISEMENT
Mereka juga mendesak agar IOC menahan diri untuk menjatuhkan sanksi pada atlet yang melakukan protes dan melakukan demonstrasi. Di Tokyo, aturan dari USOPC itu akan dijadikan dasar untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh Saunders.
Menurut laporan Reuters, USOPC mengatakan bahwa mereka telah melakukan investigasi dan memutuskan bahwa Saunders tidak melanggar aturan apapun.
"Ekspresi damai Raven Saunders dalam mendukung keadilan rasial dan sosial bertujuan untuk menghormati pesaingnya dan tidak melanggar aturan kami, aturan yang berkaitan dengan demonstrasi,” tulis pernyataan USOPC.

Bagaimana sejarah protes di Olimpiade?

Olimpiade sendiri telah menjadi panggung protes politik hampir sejak dimulai pada 1894. Salah satu contoh paling awal datang pada 1906 yang dilakukan oleh seorang atlet Irlandia bernama Peter O'Connor.
ADVERTISEMENT
Satu dekade sebelum Perang Kemerdekaan Irlandia, O'Connor marah karena harus tampil di bawah bendera Inggris. Dia melakukan protes dengan memanjat tiang bendera setinggi 20 kaki dan mengibarkan bendera Irlandia.
Yang paling terkenal terjadi pada 1968, di mana sprinter AS bernama Tommie Smith dan John Carlos, mengangkat sarung tinju mereka sebagai bentuk 'Black Power' ketika lagu kebangsaan Amerika dimainkan di Mexico City pada 1968.
Gwen Berry dari Amerika Serikat usai mengikuti kualifikasi Lempar Palu kelas Wanita di Olimpiade Tokyo 2020. Foto: REUTERS/Dylan Martinez
Foto mereka telah menjadi ikon protes di perhelatan olahraga dunia sekelas Olimpiade. Meski mereka kehilangan kariernya karena tindakan berani itu, mereka tidak menyesali tindakannya.
“Saya bangga dengan apa yang kami lakukan,” kata Carlos kepada New York Times pada 2016.
Baru pada 1975, Piagam Olimpiade membuat aturan yang melarang atlet melakukan segala bentuk protes saat tampil. Itu sebenarnya adalah bagian dari aturan dalam piagam.
ADVERTISEMENT
“Setiap jenis demonstrasi atau propaganda, baik politik, agama atau ras, di area Olimpiade dilarang,” bunyi aturan Piagam Olimpiade.
Tak lama setelah mengubah aturannya untuk mengizinkan beberapa bentuk protes, IOC justru mempermasalahkan kasus Saunders. Juru bicara IOC, Mark Adams, mengatakan bahwa mereka sedang meneliti gestur yang dikeluarkan sang atlet dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
Sementara itu, Saunders menanggapi hal tersebut dengan sedikit humor melalui akun Twitter pribadinya.
“Biarkan mereka mencoba dan mengambil medali ini. Saya bakal berlari melintasi perbatasan, meskipun saya tidak bisa berenang,” tulis Saunders.
****