Jurnal: Momen "Eureka!" untuk Pemusatan Latihan Timnas Voli Putri

5 Agustus 2017 15:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Voli Putri Indonesia sedang latihan (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Voli Putri Indonesia sedang latihan (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eureka! Seorang Archimedes meneriakkan kata itu ketika dia tengah berendam ke dalam bak mandi dan menyadari bahwa permukaan air naik, dan membuat air jatuh ke lantai. Dari kegirangan Archimedes dan seruan "Eureka!" itu, hukum Archimedes kemudian ditemukan.
ADVERTISEMENT
Eureka sendiri, kalau dibahasa Indonesiakan, bisa berarti: "Aku telah menemukannya!"
***
Kamis (3/8) siang itu, setelah melewati perjalanan satu jam dari Pasar Minggu, taksi yang kami tumpangi akhirnya sampai di Padepokan Voli Sentul. Bagi saya, ini adalah momen "Eureka!". Akhirnya, saya menemukan Padepokan Voli Sentul ini, tempat yang dalam beberapa hari sempat membuat saya penasaran.
Maklum, ketika saya memutuskan akan meliput pemusatan latihan Tim Nasional Voli Putri Indonesia, saya penasaran seperti apa tempat latihan mereka. Gambar-gambar yang tersedia di mesin pencari tak memuaskan saya. Karena itu, ketika saya sampai, saya merasa seperti merasakan momen "Eureka!" itu.
Ketika saya dan fotografer kumparan, Aditia Noviansyah, turun dari taksi, kami langsung dihadapkan pada bangunan yang usang. Dari luar, bentuk bangunannya menyerupai gelanggang olahraga kecil yang biasanya ada di tiap kecamatan di Jakarta. Hanya saja, bangunan ini terlihat lebih tua.
ADVERTISEMENT
Saat kami melangkahkan kaki dan masuk ke dalam, suasana sunyi dan gelap. Hanya ada satu atau dua pemain yang tengah duduk di sisi seberang. Mereka tengah melakukan persiapan. Saat itu memang masih pukul tiga, latihan baru akan dimulai setengah jam setelahnya. Kesunyian dan kegelapan itu membuat saya yakin, kalau malam hari, ketika latihan usai, tempat ini pasti... err, agak angker.
Suasana di Padepokan Voli Sentul. (Foto: Bergas Agung/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Padepokan Voli Sentul. (Foto: Bergas Agung/kumparan)
Melihat-lihat lebih ke dalam, saya sedikit tidak menyangka kalau ini adalah gelanggang yang digunakan Timnas Voli Indonesia, putra dan putri, menjalani pemusatan latihan menuju SEA Games 2017. Bukan berarti tempatnya tidak layak. Gelanggang ini layak, tapi, ya, juga biasa-biasa saja.
Ada dua lapangan yang diapit dua tribune di sisi-sisinya. Sementara di depan dan belakang menjadi akses pintu masuk. Besar lapangan, saya pikir ini standar, seperti di gelanggang-gelanggang olahraga yang biasa menggelar pertandingan voli. Hanya saja, memang, seperti yang saya katakan tadi, tak ada yang spesial, biasa-biasa saja.
ADVERTISEMENT
Arena ini sendiri sudah didirikan sejak tahun 1995. Saya melihat di depan bahwa peresmian arena ini dilakukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) saat itu, Hayono Isman, juga bersama perwakilan dari Komite Olimpiade Internasional (IOC). Mungkin pada masanya, tempat ini adalah tempat yang bagus. Memasuki arena ini seperti melihat jauh ke masa lalu.
Padepokan Voli Sentul. (Foto: Bergas Agung/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Padepokan Voli Sentul. (Foto: Bergas Agung/kumparan)
Tapi untuk sekarang, ya, jelas tidak. Tampaknya, menurut saya, sejak didirikan dan digunakan sejak tahun itu, arena ini belum pernah direnovasi. Karena itu bangunan ini terlihat usang. Padahal setiap tahun, tempat ini adalah markasnya Timnas Voli Indonesia dalam melakukan persiapan menjelang ajang-ajang internasional.
"Ini 'kan memang kami punya padepokan sendiri. Dari saya dulu jadi pemain, sudah di sini. Ini padepokan digunakan sudah dari tahun 1995. Memang sudah di sini kalau latihan. Tim Nasional Voli Indonesia itu homebase-nya di sini," begitu kata pelatih Timnas Voli Putri, Risco Herlambang.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri agak tertegun. Ini adalah tempat di mana Timnas Voli berjuang untuk mengharumkan nama bangsa, tapi mengapa fasilitasnya tak terus diperbaharui. Padahal, tak kurang dari satu bulan sebelum saya ke sini, Menpora Imam Nahrawi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla datang ke tempat ini untuk melihat persiapan Timnas Voli.
Tapi saya sendiri memang tak terlalu berekspektasi lebih. Saya memang penasaran, tapi saya juga tak terlalu terkejut. Karena dari pengalaman saya meliput persiapan-persiapan sebuah cabang olahraga --apalagi yang kurang populer--, tempat latihan mereka biasanya "seadanya" saja. Bahkan, walau tempat itu berada di Jakarta.
Setelah lampu dinyalakan menjelang latihan, kondisi lapangan terlihat lumayan. Mungkin situasi gelap tadi menunjukkan kesuraman. Tapi tetap saja, ketika saya berkeliling untuk mencari toilet, yang saya temukan adalah ruang-ruang yang gelap, tak terurus. Bahkan saya sampai-sampai tak menemukan di mana toilet itu berada.
ADVERTISEMENT
Kesan pertama setelah mendapat momen "Eureka!", saya mungkin tak segirang Archimedes. Tapi ketika saya mendapat momen "Eureka!" kedua: ketika Yolla Yuliana dan kawan-kawan masuk ke dalam lapangan untuk melakukan latihan, di sini saya segirang Archimedes. Bukan. Bukan karena melihat atlet-atlet cantik masuk ke dalam lapangan.
Saya merasa girang karena ini adalah momen nostalgia saya. Karena saat di awal-awal masa saya menjadi jurnalis, saya beberapa kali meliput voli putri. Kala itu, meliput mereka adalah proses saya belajar. Dan saat kini waktu telah berlalu dan saya ditugaskan untuk kembali meliput mereka, tentu saya antusias.
Timnas Voli Putri Indonesia sedang latihan (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Voli Putri Indonesia sedang latihan (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Dua jam lebih saya menyaksikan mereka berlatih. Saya ketahui, pagi dan sore, hampir setiap hari, 14 pemain di tim ini menjalani latihan. Langkah untuk meraih target medali perak sudah dimulai di sini. Di sini, para pemain berlatih dengan begitu bersemangat. Mereka wanita dengan semangat yang sungguh luar biasa.
ADVERTISEMENT
Tangan-tangan mereka bergerak begitu lincah, kokoh dalam menahan bola. Pukulan-pukulan smes mereka begitu kencang. Kaki-kaki mereka mampu menerbangkan badan melebihi net demi bisa menjangkau bola. Keringat memang terus mengucur, tapi mereka tak terlihat bermalas-malasan.
Di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk ini, di tempat sunyi, mereka mengeluarkan banyak keringat demi bisa mengharumkan Indonesia di Malaysia kelak. Ini memang tempat yang baik untuk membuat mereka hanya fokus ke dalam latihan. Tapi untuk menunjang kualitas latihan itu sendiri, saya tak terlalu yakin.
Berllian Marsheilla, salah satu pemain yang saya wawancarai, kebetulan juga sependapat. "Fasilitas sejujurnya masih kurang, jadi (kesannya) masih ada cabang (olahraga) yang jadi minoritas. Ada cabang yang berpeluang dapat medali emas, itu yang biasanya jadi prioritas, yang lain tidak," begitu ujarnya.
ADVERTISEMENT
Mungkin karena itulah tempat ini dinamai padepokan. Karena padepokan sendiri berarti tempat persemadian (pengasingan diri). Di sini, mereka memang menjauh, menjadi asing dari hiruk pikuk, demi fokusnya latihan, demi mengejar target bisa berprestasi.
Timnas Voli Putri Indonesia sedang latihan. (Foto: kumparan/Aditia Noviansyah)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Voli Putri Indonesia sedang latihan. (Foto: kumparan/Aditia Noviansyah)
Dan kita tahu, berbicara fasilitas atau prasarana di dunia olahraga Indonesia, kita memang tak perlu terlalu berekspektasi tinggi dan lebih baik bersikap "mengerti" daripada "mengeluh". Apalagi, masih ada beberapa cabang olahraga yang fasilitas dan prasaranannya mungkin lebih buruk.
Semoga saja, tuah padepokan ini bagi Timnas Voli Putri bisa bertambah, Setelah lebih dari satu dekade sebelumnya tak pernah mendapatkan medali perak, perjuangan yang telah mereka lakukan di sini, bisa berakhir manis di Malaysia sana.