Kisah Muhammad Ali Tolak Tantangan Diktator Uganda

31 Agustus 2021 16:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muhammad Ali menganvaskan Sonny Liston. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Ali menganvaskan Sonny Liston. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Muhammad Ali adalah salah satu petinju terhebat sepanjang masa. Sampai-sampai seorang diktator pernah mengajaknya adu jotos ditambah sejumlah uang tunai. Namun, ia menolaknya.
ADVERTISEMENT
Ali sendiri memiliki masalah dengan pemerintah Amerika Serikat dan menolak untuk masuk dinas militer untuk menjalani perang yang sedang berkecamuk di Vietnam.
Akan tetapi, prinsipnya itu membuatnya kehilangan lisensi tinjunya saat ia berada di puncak kariernya. Hal tersebut juga hampir membuatnya dipenjara selama lima tahun.
Muhammad Ali berduel melawan Brian London. Foto: AFP
Empat tahun setelah kembali ke ring, tepatnya pada 1974, Ali pergi ke Afrika untuk melawan juara kelas berat George Foreman di Zaire (saat ini Kongo) dalam duel bertajuk 'Rumble in the Jungle'.
Pemimpin negara tersebut, Mobutu Sese Seko, secara pribadi memberikan uang tunai USD 5 juta (kini setara Rp 71,3 miliar) kepada masing-masing petinju.
Ali adalah pahlawan bagi orang Afrika. Petinju itu mengunjungi benua tersebut sepanjang kariernya, dari Ghana, Mesir, hingga Uganda. Warga memujanya ke mana pun ia pergi.
ADVERTISEMENT
Di Uganda, Ali bertemu seorang tiran lainnya, Idi Amin. Pemimpin negara pada periode 1971-1977 itu adalah salah satu diktator paling berdarah dalam sejarah.
Muhammad Ali. Foto: Gary Hershorn MR/VP/REUTERS
Menurut laporan The Guardian, para ahli memperkirakan rezim Amin telah membunuh antara 300 ribu hingga 500 ribu warga Uganda.
Ali sendiri tidak bermasalah menghabiskan waktu bersama Amin. Akan tetapi, ada satu permintaan pria itu yang tak mampu disanggupinya sehingga ia melarikan diri dari Uganda.
Ceritanya begini, Amin rela memberikan USD 500 ribu (kini setara Rp 7,1 miliar) untuk bertarung dengan Mobutu. Akan tetapi, sebenarnya Amin yang ingin melawan Ali.
Penulis biografi Ali, Jonathan Eig, mengungkapkan cerita tersebut dan menjelaskan bahwa Ali memilih pergi karena situasinya benar-benar tidak menguntungkan.
Muhammad Ali dan Muhammad Ali Jr Foto: Ap Photo File
"Ketika mereka berada di Afrika, Ali dan beberapa anak buahnya terbang ke Uganda untuk menemui Idi Amin, yang mungkin satu-satunya diktator yang lebih kejam dari Mobutu, dan kali ini Ali benar-benar suci," kata Eig dikutip dari Sportscasting.
ADVERTISEMENT
"Kali ini dia berkata, 'Orang ini gila. Ayo pergi dari sini'. Dan saya kira Idi Amin ingin masuk ring bersamanya dan Ali berkata, 'Tidak mungkin. Jika saya mengalahkannya, saya akan dibunuh. Jika saya kalah, saya bisa terbunuh. Ayo lari,'" lanjutnya.
Ya, Ali memang kontroversial dan kontradiktif, tetapi dia sama sekali tidak bodoh. Ia menyadari bahwa adu jotos dengan pemimpin lalim yang dijuluki 'The Butcher' tidak menguntungkan.
Lari dari pertarungan tersebut mungkin saja menjadi keputusan terbaik yang pernah dibuat Ali sepanjang karier bertinjunya. Petinju yang dijuluki 'The Greatest' itu telah berpulang pada 2016 silam.