Kisah Serafim Todorov: Hajar Mayweather di Olimpiade 1996, Kini Hidup Susah

27 Juli 2021 15:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Floyd Mayweather dari AS mengalahkan B. Tileganev dari Kazahkstan dalam turnamen tinju 57kg pada Olimpiade Centennial 1996 di Atlanta. Foto: GettyImages
zoom-in-whitePerbesar
Floyd Mayweather dari AS mengalahkan B. Tileganev dari Kazahkstan dalam turnamen tinju 57kg pada Olimpiade Centennial 1996 di Atlanta. Foto: GettyImages
ADVERTISEMENT
Floyd Mayweather tentu tidak bakal melupakan kekalahannya di pentas Olimpiade 1996 dari Serafim Todorov. Adapun, nasib keduanya kini berbeda.
ADVERTISEMENT
Saat masih terjun di kelas amatir, Mayweather kalah delapan kali dalam 92 penampilan. Salah satu yang paling diingat terjadi pada tinju kelas bulu Olimpiade Atlanta 1996. Saat itu, dirinya ditundukkan oleh petinju Bulgaria, Serafim Todorov.
Saat itu, Todorov yang memiliki pengalaman 2 kali juara Kejuaraan Amatir Eropa berhadapan dengan Mayweather, yang masih berusia 19 tahun. Keduanya bertemu di babak semifinal.
Mencoba mengenang kembali momen pertarungannya dengan Mayweather, Todorov mengaku saat itu tidak ada yang spesial. Baginya, Mayweather hanya seorang petarung yang akan ia kalahkan.
"Sejujurnya, saat itu saya tidak menganggap melawan Mayweather hal spesial. Toh saya sudah pernah menghadapi dan menang melawan petinju yang lebih kuat," ujar Todorov, dikutip New York Times.
ADVERTISEMENT
Menurut penuturan Todorov, Mayweather sempat membuatnya terkejut di dua ronde awal. Namun, ia dengan cekatan menyerang balik dan menghujani Mayweather dengan tinju beruntunnya.
Pada akhirnya, berdasarkan keputusan juri, Todorov dinyatakan menang atas Mayweather dengan skor 10-9. Momen itulah yang menjadi pemantik Mayweather ke dunia profesional dan menjadikan Todorov manusia terakhir yang mengalahkannya.
Selepas kemenangan atas Maywather, Todorov melangkah ke partai final. Dalam pertandingan puncak itu, Todorov takluk dari petinju Thailand, Somluck Kamsing. Ia pun hanya bisa puas membawa pulang medali perak.
Selepas Olimpiade, Todorov menyebut dirinya sempat didatangi oleh orang yang menawarkan kontrak karena terkesima dengan caranya bertinju.
Namun, alih-alih menerimanya, Todorov justru menolaknya. Sesuatu yang ia akui sangat disesalkannya karena orang tersebut langsung beralih ke Mayweather.
Floyd Mayweather melawan Logan Paul selama pertandingan tinju eksibisi di Hard Rock Stadium di Miami Gardens, Florida, Minggu (6/6). Foto: Jasen Vinlove-USA TODAY Sports via Reuters
Alhasil, petarung asal Amerika Serikat itu berhasil menjelma sebagai petinju profesional dengan pendapatan fantastis. Bahkan, dianggap salah satu yang terkaya.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, Serafim Todorov hidup dalam kesusahan. Kehidupannya pun semakin mengalami penurunan pasca pensiun. Ia bahkan harus tinggal di sebuah rumah kecil. Ia bahkan hidup dengan uang pensiun senilai 435 dolar AS (sekitar Ro 6,4 juta) per bulan.
Todorov pun menyambung hidup dengan berganti-ganti pekerjaan. Ia pernah menjadi sopir, penjaga toko grosir, hingga pekerja pabrik pembuat sosis. Istrinya, Albena, juga tidak banyak membantu dengan bekerja sebagai kasir supermarket.
Adapun, sejak 1997 hingga pensiun pada 2003, Serafim Todorov hanya membela Turki di berbagai ajang amatir. Ia mendapatkan paspor Turki karena merasa Asosiasi Tinju Bulgaria tak mendukung kariernya, ketika itu.
Mendengar kabar Serafim Todorov, Floyd Mayweather mengaku sangat prihatin. Pria berkepala plontos itu menyebut mantan lawannya itu sebagai orang yang berjasa.
ADVERTISEMENT
Jika pada Olimpiade 1996 Serafim Todorov tak mengalahkannya, mungkin Floyd Mayweather tak akan terpacu untuk jadi salah satu petarung terhebat sepanjang masa.
"Saya cukup heran, mengapa dia (Serafim Todorov) tak menjadi pelatih tinju. Saya selalu mendoakan yang terbaik untuknya," ujar Floyd Mayweather, dikutip dari World Boxing News.
****