Lesatan Kilat Alex de Minaur

11 Januari 2019 10:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alex de Minaur di Brisbane International 2019. (Foto: Reuters/Patrick Hamilton)
zoom-in-whitePerbesar
Alex de Minaur di Brisbane International 2019. (Foto: Reuters/Patrick Hamilton)
ADVERTISEMENT
Nick Kyrgios punya segalanya untuk menjadi salah satu petenis terbaik dunia, kecuali satu hal: rasa cinta terhadap tenis itu sendiri. Ini bukan asumsi karena Kyrgios sendirilah yang berujar demikian.
ADVERTISEMENT
"Ada banyak pemain di luar sana yang lebih berdedikasi, mereka selalu ingin tampil lebih baik, mereka berusaha untuk mengembangkan diri. Aku bukan orang yang seperti itu," ucapnya terang-terangan usai disingkirkan rekan senegaranya, John Millman, pada Amerika Serikat Terbuka 2017.
Bagi Kyrgios, tenis sedari awal memang merupakan rencana cadangan. Awalnya, basket adalah pilihannya. Namun, pria 23 tahun ini akhirnya terpaksa mengalihkan fokus ke tenis karena ternyata dia lebih piawai mengayun raket daripada melempar bola ke dalam ring.
Kyrgios yang cuma menempatkan separuh hatinya di tenis itu akhirnya terus tergelincir dan tergelincir. Di awal karier dia sempat menggebrak dengan menembus perempat final Wimbledon 2014 dan Australia Terbuka 2015. Akan tetapi, alih-alih membaik, prestasinya terus menukik. Kini, rangking dunianya pun melorot ke angka 51.
ADVERTISEMENT
Bernard Tomic adalah Kyrgios dalam bentuk lain. Sama-sama berasal dari Australia, Tomic pun cuma menempatkan setengah hatinya di tenis. Tahun lalu, usai gagal lolos ke babak utama Australia Terbuka, Tomic dengan entengnya berkata bahwa di dunia tenis yang dia lakukan hanya menghitung uang.
Nick Kyrgios di AT 2018. (Foto: REUTERS/Thomas Peter)
zoom-in-whitePerbesar
Nick Kyrgios di AT 2018. (Foto: REUTERS/Thomas Peter)
"Cuma itu yang kulakukan, menghitung jutaan dolar yang sudah kudapatkan," kata Tomic yang kemudian mendapat kritikan dari banyak figur, termasuk Andy Roddick.
Meski demikian, tenis putra Australia tak cuma memiliki Kyrgios dan Tomic. Millman, misalnya, merupakan antitesis bagi mereka berdua. Petenis 29 tahun tersebut pernah hampir pensiun karena cedera pada 2011. Akan tetapi, baginya berhenti bukanlah opsi.
Lambat laun, Millman menemukan kembali kemampuan terbaiknya. Walaupun tidak pernah menjadi petenis papan atas dunia, Millman selalu memberikan perlawanan sengit kepada siapa pun yang dia hadapi di lapangan. Kegigihan Millman ini akhirnya memakan korban bernama Roger Federer pada AS Terbuka 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Millman yang kala itu masih berperingkat 55 dunia berhasil menyingkirkan Federer di babak keempat. Saat ini, 50 besar dunia sudah berhasil ditembus Millman. Rangking 38 dunia adalah ganjaran yang pantas untuk sikap pantang menyerah pria kelahiran Brisbane tersebut.
***
Dalam dokumenter VICE berjudul 'The Legacy of Basketball Legend Drazen Petrovic', ibunda Drazen Petrovic bertutur soal dedikasi putranya selama masih hidup. Petrovic yang wafat pada 1993 itu adalah seorang pekerja keras. Menurut sang ibunda, Petrovic selalu berujar bahwa talenta hanya berkontribusi satu persen atas kesuksesannya.
Bernard Tomic di ATP Chengdu Open 2018 (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Bernard Tomic di ATP Chengdu Open 2018 (Foto: AFP)
Ucapan ibunda Petrovic itu diamini oleh kawan masa kecilnya, Gordana Rak, yang berkisah bagaimana legenda basket Kroasia itu bahkan tidak pernah membutuhkan jam beker untuk bangun di pagi hari. Ketika sudah waktunya bangun dan berlatih, Petrovic secara otomatis sudah bisa melakukan itu karena memang basket adalah hidupnya.
ADVERTISEMENT
Perpaduan talenta dan dedikasi untuk menggapai kesuksesan bukanlah sains roket. Di bidang apa pun, resep untuk berhasil, ya, cuma dua hal itu. Oke, mungkin keberuntungan bisa ambil bagian, tetapi keberuntungan adalah sesuatu yang tidak bisa dikontrol, sehingga tidak perlu masuk ke dalam hitungan.
Dunia tenis Australia, khususnya tenis putra, beruntung karena mereka kini tak cuma memiliki Kyrgios dan Tomic yang bertalenta tapi tak berdedikasi serta Millman yang mungkin kurang bertalenta dan 'hanya' bergantung pada kerja keras. Saat ini, mereka memiliki sosok Alex de Minaur yang tak cuma bertalenta, tetapi juga menghargai pentingnya dedikasi dan kerja keras.
De Minaur adalah orang Australia. Dia merasa bahwa dirinya adalah orang Australia meskipun latar belakangnya sama sekali tidak Australia.
ADVERTISEMENT
Dia lahir di Sydney pada 17 Februari 1999 dari ayah seorang Uruguay dan ibu dari Spanyol. Ayahnya adalah seorang pengusaha kecil yang memiliki rumah makan di Sydney serta tempat cuci mobil di Spanyol. Sementara, ibunya dulu adalah pelayan di rumah makan milik sang ayah.
Tak cuma berasal dari keluarga yang tidak Australia, De Minaur pun menghabiskan lebih banyak hidupnya di luar Australia, tepatnya di Alicante, Spanyol. Dia pertama kali menginjakkan kaki di Spanyol pada usia lima tahun. Lalu, setelah sempat kembali ke Australia pada usia 13 tahun, dia kini kembali menetap di negeri kelahiran ibunya tersebut.
Hewitt jadi kampiun di Wimbledon. (Foto: AFP/Gerry Penny)
zoom-in-whitePerbesar
Hewitt jadi kampiun di Wimbledon. (Foto: AFP/Gerry Penny)
Pelatih De Minaur, Adolfo Gutierrez, juga merupakan orang Spanyol. Namun, ini tak membuat komitmennya untuk Australia mengendur. Pada masa-masa kompetisi Piala Davis bergulir, misalnya, De Minaur selalu kembali ke Australia untuk berlatih, salah satunya dengan legenda tenis lokal Lleyton Hewitt.
ADVERTISEMENT
Hewitt boleh dibilang merupakan penggemar terbesar De Minaur di dunia tenis. Juara Grand Slam dua kali itu menyebutkan bahwa dalam diri De Minaur, ada sosok dirinya saat muda dulu, meskipun mereka memiliki gaya bermain yang berbeda. Jika Hewitt adalah sosok yang sangat mengandalkan counter-punch, De Minaur lebih agresif karena dia memang memiliki kecepatan lebih baik.
Agresivitas De Minaur ini ditunjukkannya dalam situasi apa pun, entah saat menyerang maupun bertahan, baik di depan net maupun di baseline. Pukulan forehand jadi senjata andalan De Minaur dalam menghadapi lawan-lawannya.
Selain punya gaya berbeda dalam bermain, De Minaur juga bukan seorang pemberontak seperti Hewitt. Namun, yang membuat Hewitt menyamakan De Minaur dengan dirinya -- Hewitt menyebut De Minaur sebagai 'Mini Me' -- adalah kemauan untuk melakukan segala sesuatu untuk mencapai hasil optimal.
ADVERTISEMENT
Kemauan itulah yang tidak dipunyai Kyrgios maupun Tomic. Sebelumnya, Hewitt sendiri sudah seringkali memberi sokongan kepada dua senior De Minaur itu. Akan tetapi, dukungan sang legenda pada dasarnya hanya diberikan semata-mata karena Kyrgios dan Tomic adalah representasi Australia, tidak lebih. Sementara, dalam diri De Minaur kasusnya berbeda. Dukungan dari Hewitt pada De Minaur lebih tulus.
Saat ini De Minaur adalah petenis Australia dengan rangking tertinggi. Di pentas dunia dia ada di nomor 29. Ini membuat dirinya masuk ke dalam salah satu unggulan di Australia Terbuka 2019 nanti. Menariknya, persis setahun silam De Minaur hanya berada di urutan 209 dunia. Progres kilat inilah yang membuat nama De Minaur ramai diperbincangkan.
Alex de Minaur saat menerima penghargaan pendatang baru terbaik ATP 2018. (Foto: AFP/Glyn Kirk)
zoom-in-whitePerbesar
Alex de Minaur saat menerima penghargaan pendatang baru terbaik ATP 2018. (Foto: AFP/Glyn Kirk)
ADVERTISEMENT
De Minaur sendiri tidak memenangi satu gelar pun pada musim 2018. Walau demikian, dia sukses mencapai semifinal dan final di Brisbane dan Sydney pada awal musim. De Minaur pun menjadi petenis pertama setelah Rafael Nadal pada 2005 yang bisa berlaga di dua semifinal turnamen ATP secara beruntun.
Di akhir musim 2018 De Minaur dinobatkan sebagai pendatang baru terbaik. Kini, memasuki musim baru dia bukan lagi pendatang baru. Namanya sudah dikenal luar. Roger Federer sekalipun sudah berani memberi pujian kepada dirinya.
"Aku sudah melihatnya sejak di Brisbane dan Sydney. Aku suka yang kulihat, terutama di AS Terbuka ketika dia memimpin dalam dua set pertama menghadapi Marin Cilic. Permainannya bisa membawa kesuksesan jangka panjang bagi dirinya, seperti Lleyton Hewitt," kata Federer seperti dilansir news.com.au.
ADVERTISEMENT
De Minaur sendiri saat ini tengah berlaga di Sydney International. Pada Jumat (11/1/2019) sore WIB dia akan berhadapan dengan Gilles Simon dari Prancis di babak semifinal. Sebelumnya, De Minaur berhasil mengalahkan rekan senegaranya, John Thompson, di perempat final untuk membalas kekalahan di 16 besar Brisbane International.
Di Australia Terbuka, De Minaur dijadwalkan bertemu Pedro Sousa dari Portugal pada babak pertama. Memprediksi kiprah De Minaur di Grand Slam pembuka tahun ini memang bakal sulit. Hewitt, kepada The Guardian, berkata bahwa De Minaur masih membutuhkan banyak perbaikan di permainannya.
Akan tetapi, itu tak serta merta membuat publik tenis Australia wajib mengerem ekspektasinya terhadap De Minaur. Mereka memiliki bintang muda penuh potensi yang bisa saja mendongkel kemapanan Big Four dalam waktu dekat. Maka, menggantungkan harapan pada De Minaur adalah sesuatu yang sangat bisa dipahami.
ADVERTISEMENT