Madinah Dell Azzahra: Lika-liku dari Kendari Menuju Kudus

22 November 2019 6:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana hari kedua Final Audisi Djarum 2019. Foto: Dok. PB Djarum
zoom-in-whitePerbesar
Suasana hari kedua Final Audisi Djarum 2019. Foto: Dok. PB Djarum
ADVERTISEMENT
Pada Kamis (21/11/2019), wajah Madinah Dell Azzahra tampak tegang. Bersama temannya, ia berdiri di dekat panggung yang terletak di GOR Djarum, Kudus, menanti sebuah jawaban.
ADVERTISEMENT
Sejurus kemudian, layar di panggung menyala. Wajah Madinah yang awalnya tegang mulai mencair. Ada rasa syukur yang terpancar, bercampur dengan rasa bahagia. Layar itu melambangkan satu hal: Madinah tetap berada di Kudus.
Ya, Madinah menjadi satu dari 71 orang yang lolos untuk mengikuti eliminasi tahap empat babak Final Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2019. Dengan begini, ia membuka peluangnya untuk lolos ke fase karantina.
Laiknya peserta lain yang mengikuti audisi umum, Madinah mengalami perjalanan yang berliku untuk menuju ke Kudus. Bahkan, ada beberapa cerita haru yang terselip di dalamnya, terutama ketika Madinah masih berlatih di kota asalnya, Kendari.
***
Madinah memiliki sebuah cita-cita. Menggemari bulu tangkis sejak kecil, ia ingin suatu hari nanti memenangi salah satu gelar bergengsi bulu tangkis: All England.
ADVERTISEMENT
Madinah pun melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan mimpinya ini, salah satunya adalah dengan berlatih giat bersama sang ayah, Irsan Nanang, di Kendari. Kebetulan, Irsan juga gemar bermain bulu tangkis.
Madinah bersama sang ayah. Foto: Sandy Firdaus/kumparan
"Dia (Madinah) bilang sama saya, 'Ayah kapan saya main? Saya ingin main bulu tangkis juga', terus saya jawab 'Ngapain kamu main? Main bulutangkis itu susah, berat'," ucap Irsan di GOR Djarum, Kamis (21/11/2019).
Walau Irsan sempat melarang, akhirnya ia luluh dengan motivasi dari Madinah untuk mendalami bulu tangkis. Alhasil, ia melatih anaknya itu, mengajaknya berlatih fisik, lalu main bulu tangkis berdua. Dari sinilah kesulitan muncul.
Irsan dan Madinah kesulitan menemukan lapangan yang bagus untuk berlatih. Alhasil, saat di Kendari, mereka sampai berlatih di taman kota. Irsan juga sempat meminjam lapangan orang lain untuk bertanding.
ADVERTISEMENT
"Ya, mas, saya pinjam lapangan terbuka punya orang. Saya bilang sama dia, 'pak bisa saya latihan pagi-pagi saja', orangnya bilang 'bisa, tapi setengah tujuh sudah gak bisa karena matahari'," kenang Irsan.
Setelah beberapa lama mencari, akhirnya ia menemukan lapangan yang tetap untuk berlatih bersama anaknya, yakni GOR Benu-Benua. Tapi, masalah belum selesai sampai situ. Lapangannya ternyata rusak, banyak lubang menganga di atapnya.
Hal itu mengundang komentar sinis orang yang memerhatikan Madinah. Mereka menyebut bahwa tak ada gunanya Madinah berlatih sekeras itu di tempat yang tidak layak. Namun, anjing menggonggong, kafilah berlalu. Irsan tetap melatih Madinah dengan giat.
"Saya bilang 'ya tidak apa-apa latihan (di lapangan rusak), toh, latihan di mana pun kalau dia berprestasi (mau usaha) pasti dapat. Buat apa kita latihan di China, tapi kalau akhirnya di sini (Indonesia) kalah juga," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, usaha dari Irsan dan Madinah tidak sia-sia. Perlahan, Madinah mulai menunjukkan peningkatan dalam permainannya. Ia semakin mahir bermain bulu tangkis. Berbagai kejuaraan daerah di Kendari pun sukses ia menangi.
Melihat hal tersebut, Irsan pun bertekad untuk memfasilitasi kemauan sang anak bermain bulu tangkis. Salah satu caranya adalah dengan mengikut sertakan sang anak ke Audisi Umum PB Djarum.
***
Tahun 2019 ini bukan kali pertama Madinah mengikuti Audisi Umum Djarum. Pada 2018 silam, ia pernah ikut dan sukses menembus babak karantina. Namun, Madinah gagal mendapatkan beasiswa masuk PB Djarum kala itu.
Sadar bahwa butuh persiapan lebih agar bisa bersaing dengan peserta PB Djarum yang lain, Irsan berlatih bersama sang anak di Klaten selama satu tahun lamanya. Total biaya yang ia keluarkan juga terhitung banyak untuk membantu anaknya ini.
ADVERTISEMENT
"Madinah sudah satu tahun di Klaten, tapi dulu awalnya tahun lalu masuk karantina juga saya yang latih, jadi dia ikut kejuaraan-kejuaraan selalu juara. Dia juara turnamen Aztec Indonesia Timur," ujar Irsan.
Madinah menunggu hasil pengumuman bersama temannya. Foto: Sandy Firdaus/kumparan
Meski begitu, pengorbanan yang dilakukan pada akhirnya berbuah setimpal bagi Madinah. Pada tahun 2019 ini, ia sukses lolos ke final. Ia bahkan punya peluang untuk kembali masuk ke fase karantina, sesuatu yang pernah ia tapaki sebelumnya.
Bahkan, Madinah juga punya peluang untuk jadi penerima beasiswa PB Djarum tahun ini. Namun, agar bisa mencapai itu, tentu Madinah perlu berjuang keras, seperti yang biasa ia lakukan di Kendari sehari-hari.
"(Kalau nanti dapat beasiswa) ingin dedikasi-in itu buat ayah, karena ibu sudah meninggal. Akhirnya tetap semangat karena punya ayah," ujar Madinah sembari tersipu malu.
ADVERTISEMENT