Mengenal Rio Maholtra, Paspampres Pemecah Rekor Atletik di PON Papua

7 Oktober 2021 11:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelari Indonesia, Rio Maholtra (kiri). Foto: ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
zoom-in-whitePerbesar
Pelari Indonesia, Rio Maholtra (kiri). Foto: ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
ADVERTISEMENT
Posturnya tinggi, kekar, dan tegap laiknya tentara, kontras dengan senyumnya yang mengembang lebar kala berada di podium medali Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua.
ADVERTISEMENT
Dialah Rio Maholtra, atlet cabang atletik yang baru saja menggondol medali emas untuk nomor 110 meter gawang putra yang digelar di Mimika Sport Complex, Mimika, Papua.
Saat pengalungan medali yang akan dilakukan Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian selaku pembina Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), Rio langsung menunjukkan posisi siap, mengangkat tangannya, dan memberikan hormat.
Diwartakan ANTARA, Rio diketahui sebagai anggota TNI. Tak main-main, pria kelahiran Lahat, Sumsel, 28 Desember 1993 itu tercatat sebagai Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Di PON Papua, Rio tak hanya meraih emas, tetapi juga berhasil memecahkan rekor PON yang dicetak Edi Zakaria untuk nomor 110 meter gawang putra.
Rio mencatatkan waktu 14,11 detik, melampaui catatan waktu Edi Zakaria pada PON 2004, yakni 14,16 detik.
ADVERTISEMENT
Namun, rekor nasional ternyata masih dipegang oleh Rio dengan catatan waktu 14,02 detik yang dicetaknya pada semifinal Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang, Indonesia.
Medali emas yang didapat Rio ini pun semakin menambah koleksi emas Provinsi Sumatra Selatan di PON Papua, setelah perolehan emas di cabang senam dan anggar.
Saat ini, Sumsel sementara berada di peringkat 17 klasemen medali PON Papua dengan raihan tiga medali emas, satu perak, dan lima perunggu.
Rio bersyukur bisa memenuhi target yang diberikan oleh pemerintah provinsinya di PON Papua, sekaligus bangga bisa memecahkan rekor yang sudah ada.
"Saya bisa, istilahnya, menuntaskan tugas, sebab provinsi (Sumsel) menargetkan raih emas dan saya sudah tuntaskan hari ini. Alhamdulillah," ujar Rio bersyukur.
Rio Maholtra, atlet peraih medali emas nomor 110 meter gawang PON Papua. Foto: ANTARA/Zuhdiar Laeis
Rio memulai karier profesionalnya sebagai atlet pada Kejuaraan Nasional 2009 dan mulai masuk jajaran atlet pelatnas atletik di umur 16 tahun.
ADVERTISEMENT
Atletik pula yang mengantarkan Rio menjadi tentara, ketika tengah mengikuti PON 2012 di Riau, ia didatangi seorang kolonel TNI AD dan ditawari masuk pendidikan militer karena bakatnya.
Pendidikan militer pun dijalaninya hingga akhirnya ditugaskan di pasukan elite pengawal Presiden. Tetapi, itu tak menghalanginya untuk tetap berprestasi di ajang atletik.
Ternyata, Rio memang spesialisasi lari gawang, terlihat dari sederet medali yang diraihnya, seperti medali emas PON 2016 di Jawa Barat, Kejuaraan Nasional Atletik 2019, dan Korea Open 2018.
Belum cukup, Rio juga mencetak rekor nasional di World Indoor Athletic Championships di Inggris pada 2018, Asian Athletic Championships 2017 di India, dan SEA Games 2015 di Singapura.
Rio pernah pula mewakili Indonesia pada Kejuaraan Dunia IAAF World Indoor Championship 2018 di Birmingham, Inggris, menjadi finalis World Military Games Wuhan 2018, dan Asian Games 2018.
ADVERTISEMENT
Semuanya, dihasilkan Rio di cabang olahraga lari gawang atau biasa disebut juga lari halang rintang, sekaligus membuktikan kemampuan spesial pemilik tinggi 180 cm itu.
Maka, tak salah jika Pemprov Sumsel memberikan tanggung jawab kepada anak kedua dari tiga bersaudara itu untuk merebut medali emas dari lari gawang di PON Papua.
Pada PON tahun ini, Sumsel memberangkatkan 102 atlet, 48 pelatih, dan 13 panitia penyerta untuk 24 cabang olahraga yang diikuti.
Harapannya, Sumsel terdongkrak pada klasemen medali dari sebelumnya peringkat 21 di PON 2016 dengan raihan enam medali emas, 11 medali perak, dan 14 medali perunggu.
Ilustrasi Atletik. Foto: Shutterstock
Raihan sederet prestasi ternyata tak menjamin atlet sekelas Rio terbebas dari rasa grogi dan kurang percaya diri kala bersiap menghadapi pertandingan, termasuk PON Papua.
ADVERTISEMENT
Rio bercerita bahwa PON tahun ini merupakan ajang kompetisi yang paling membuatnya merasa grogi dari sekian banyak pertandingan yang sudah diikutinya.
Perasaan itu bukan tanpa alasan, Rio mengatakan selama dua tahun terakhir tidak ada kejuaraan dan harus menjalani latihan secara mandiri.
"Karena dua tahun tanpa kejuaraan, dua tahun tanpa pelatih istilahnya. Habis itu, saya latihan di luar tim. Jadi, istilahnya saya atlet yang liar," ujarnya.
Kini, Rio yang juga beristrikan atlet itu bisa memanen hasil perjuangannya berlatih mandiri selama dua tahun dengan kesuksesan menggondol medali emas di nomor andalannya.
Sedangkan medali perak diraih Hirzan Rahmadon dari Riau dengan catatan waktu 14,33 detik dan perunggu diraih oleh Ghanes Bagus Pandega dari Jawa Timur dengan waktu 14,41 detik.
ADVERTISEMENT
Bonus bagi atlet peraih emas PON Papua yang dijanjikan Gubernur Sumsel Herman Deru, yakni uang sebesar Rp300 juta pun menanti Rio.
Nilai bonus yang dijanjikan itu lebih besar dari nominal yang diumumkan sebelumnya, yaitu Rp200 juta untuk setiap atlet peraih medali emas.