Mike Tyson Ogah Jadi Pelatih, Lebih Pilih Rp 118,7 M

26 Juni 2022 15:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertandingan Mike Tyson melawan Lennox Lewis di The Pyramid, Memphis, pada 8 Juni 2002.  Foto: JEFF HAYNES / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan Mike Tyson melawan Lennox Lewis di The Pyramid, Memphis, pada 8 Juni 2002. Foto: JEFF HAYNES / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mike Tyson adalah salah satu sosok legendaris di dalam dunia tinju. Akan tetapi, pria yang dijuluki 'The Baddest Man on the Planet' tersebut enggan menjadi pelatih.
ADVERTISEMENT
Tyson sudah menggantungkan sarung tinjunya pada 2005 silam. Namun, ia kembali naik ke atas ring untuk melawan Roy Jones Jr. dalam pertarungan ekshibisi, 2020 lalu.
Pria 58 tahun tersebut telah mengukir namanya dalam sejarah tinju. Tyson pernah menjadi juara kelas berat tak terbantahkan yang paling muda, saat usianya 20 tahun.
Mike Tyson usai pertandingan melawan Holyfield pada 28 Juni 1997. Foto: John Gurzinsky/AFP
Pada 22 November 1986, Tyson mengalahkan Trevor Berbick untuk sabuk juara WBC. Pada 7 Maret 1987 ia merengkuh gelar juara WBA usai menghabisi James Smith dan terakhir menekuk Tony Tucker untuk gelar IBF pada 1 Agustus 1987.
Dengan sederet prestasi tersebut, tak dapat dipungkiri lagi bahwa Tyson adalah salah satu yang terhebat. Namun, ia enggan menurunkan ilmunya. Bukan karena pelit, melainkan menjadi pelatih adalah hal yang sulit.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak memiliki kesabaran yang tinggi. Saya tidak akan bangun setiap pagi, membangunkan seseorang, memastikan dia melakukan latihannya dan semua hal itu," tutur Tyson dikutip dari Essentially Sports.
Mike Tyson saat melawan Trevor Berbick pada 22 November 1986. Foto: Carlos Schiebeck/AFP
"Saya tidak punya waktu, saya punya bisnis untuk diurus. Saya tidak punya waktu untuk berada di gym setiap hari, sepanjang hari, itulah yang dilakukan seorang pelatih," tambahnya.
Tyson menambahkan bahwa pelatih memiliki tanggung jawab yang banyak, lebih dari orang tua sang atlet. Atas dasar itu, ia lebih memilih dibayar USD 8 juta (setara Rp 118,7 miliar) daripada melatih.
"Jadi saya lebih memilih dibayar USD 8 juta [Rp 118,7 miliar] di suatu tempat daripada berada di gym setiap hari," ujar Tyson.
“Dengarkan, ketika Anda seorang pelatih, Anda juga seorang psikiater, Anda seorang ibu, Anda seorang ayah, Anda seorang ayah tiri, Anda adalah segalanya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT