Perbasi Protes Keras ke Lebanon karena Lagu Indonesia Raya Dipotong

28 November 2021 14:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Basket Indonesia. Foto: Instagram/@official_timnasbasket
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Basket Indonesia. Foto: Instagram/@official_timnasbasket
ADVERTISEMENT
PP Perbasi sangat kecewa dengan tuan rumah Lebanon. Saat laga Kualifikasi Piala Dunia FIBA 2023 zona Asia, Sabtu (27/11) dini hari WIB, pihak tuan rumah tidak memutar lagu kebangsaan Indonesia Raya hingga selesai.
ADVERTISEMENT
Lagu Indonesia Raya diputar hanya sampai "marilah kita berseru, Indonesia bersatu". Setelah itu tidak dilanjutkan. Situasi ini pun direspons oleh manajemen dan pemain timnas dengan saling pandang. Mereka merasa aneh karena tidak biasa menyanyikan kebangsaan tidak utuh.
"Kami kecewa kepada Lebanon. Saat memutar lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dipotong. Tidak diputar sampai selesai. Kami protes keras dengan kejadian ini," ungkap Sekjen PP Perbasi, Nirmala Dewi, dalam keterangan resminya.
Perbasi juga sudah mengajukan surat protes atas kejadian ini kepada Lebanon. Mereka ingin Lebanon meminta maaf atas kejadian yang terjadi tersebut.
Timnas Basket Indonesia di Kualifikasi FIBA Asia 2021. Foto: Ariya Kurniawan/FIBA Media
Sesuai jadwal dari kualifikasi FIBA World Cup 2023, Indonesia akan kembali ketemu Lebanon pada window pertama ini. Pertandingan home Indonesia ini akan tetap dilaksanakan di Lebanon karena pertimbangan protokol kesehatan Covid 19.
ADVERTISEMENT
"Kami berharap para pemain tidak kehilangan kepercayaan diri dan berjuang lebih keras lagi melawan Lebanon saat kita menjadi tuan rumah. Poin sangat penting bagi Indonesia dalam perjuangan tampil di FIBA World Cup 2023 nanti," ucap Nirmala lagi.
Sementara, Manajer Timnas Elite Indonesia Maulana Fareza Tamrella mengakui, sempat kebingungan di lapangan saat lagu kebangsaan "Indonesia Raya" tidak diputar secara utuh. Padahal hal tersebut sudah dibahas dalam pertemuan sebelum pertandingan.
"Mungkin bagi mereka hal seperti ini biasa tapi bagi kami, ini adalah persoalan sensitif. Ini menyangkut harga diri sebagai bangsa. Secara lisan, kami sudah protes saat itu juga dan kami berharap hal serupa tidak terjadi lagi ke depannya," tukas Mocha.