Personal Statement dan Kemenangan, Cara Serena Masuki Prancis Terbuka

28 Mei 2019 15:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Serena Williams di babak pertama Prancis Terbuka 2019. Foto: Thomas SAMSON / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Serena Williams di babak pertama Prancis Terbuka 2019. Foto: Thomas SAMSON / AFP
ADVERTISEMENT
Bagi tenis yang begitu menggilai tatanan, Serena Williams adalah kejanggalan. Tenis milik Serena terlalu berbeda: Terlalu meriah, terlalu mencolok, terlalu kuat, terlalu agresif, terlalu ekspresif, dan terlalu-terlalu lainnya.
ADVERTISEMENT
Prancis Terbuka 2018 dilakoni Serena dengan caranya sendiri. Tidak ada trofi juara yang ia bawa pulang karena Serena memutuskan mengundurkan diri jelang laga babak keempat melawan Maria Sharapova.
Namun, Roland Garros menjadi saksi bahwa Serena tak pernah takut untuk menunjukkan bahwa ia memang orang berbeda. Kostum catsuit yang dipakainya sepanjang turnamen musim lalu menarik perhatian. Orang-orang menyebut kostum itu terlihat seperti superhero suit di film Black Panther.
Serena bilang, kostum itu sudah dirancangnya jauh-jauh hari sebelum film keluaran Marvel itu rilis. Tapi, tak masalah untuk berkata seperti itu. Serena pun mengakui ia acap teringat film tadi jika membicarakan catsuit-nya itu.
Serena Williams di babak ketiga Roland Garros. Foto: REUTERS/Gonzalo Fuentes
"Kostum ini tetap mengingatkan saya tentang film Black Panther. Saya selalu hidup di dunia fantasi. Saya selalu ingin menjadi pahlawan super. Dan ini cara saya untuk menjadi seorang pahlawan super," seperti itu Serena menjawab pertanyaan soal kostumnya di Prancis Terbuka 2018.
ADVERTISEMENT
Pilihannya itu belakangan mendapat kecaman. Federasi Tenis Prancis melarang siapa pun turun arena dengan kostum seperti itu.
Apakah Serena kapok? Tentu tidak. Di atas lapangan tenis, Serena lebih besar daripada aturan itu sendiri.
Jika pada Prancis Terbuka 2018 Serena membuktikan bahwa ia hanya perlu mengayun raket dan memakai catsuit untuk menjadi pahlawan super, pada Prancis Terbuka 2019 ia hanya perlu memasuki lapangan untuk berkata bahwa ia lebih dari seorang pahlawan super.
Serena memasuki Court Philippe-Chatrier dengan gaya, dengan kostum serupa cape (jubah) berwarna hitam putih hasil kolaborasi Virgil Abloh dan Nike. Tulisan "Ibu, Juara, Ratu, dan Dewi" dalam Bahasa Prancis menjadi personal statement yang tak akan mungkin luput dari perhatian orang.
ADVERTISEMENT
Namun, Serena paham benar, seheboh apa pun pesan yang ia utarakan lewat kostumnya, semua akan sia-sia tanpa kemenangan. Apalagi, kemenangan pada babak pertama.
Lawan yang dihadapinya pada babak pertama itu ternyata bukan petenis sembarangan. Ia adalah Vitalia Diatchenko, petenis Rusia yang mengalahkan Sharapova pada babak pertama Wimbledon 2018.
Buktinya kemenangan set pertama jatuh ke tangan Diatchenko dalam kedudukan 6-2. Di sepanjang laga set pertama, Serena memang terlihat tak berkutik menghadapi petenis peringkat 83 dunia itu. Empat ace dan lima winner yang ditorehkan Serena sepert tak bertaji saat diadu dengan enam winner Diatchenko.
Itu semua berpangkal dari banyaknya unforced error yang dilakukan Serena. Empat belas unforced error Serena berbanding dengan sembilan unforced error Diatchenko. Bahkan, Serena hanya sekali menciptakan situasi break point. Itu pun gagal dimenanginya. Sementara, dua dari lima break point berbuah angka bagi Diatchenko.
ADVERTISEMENT
Ini tahun ke-17 menjejak ke Roland Garros. Anggaplah ini sweet seventeen. Segalanya harus berlangsung meriah. Tidak ada kekalahan dini, apalagi di babak pertama. Kalaupun tenisnya memang harus tamat, tidak di babak pertama. Kalau kostum set pertama membikin gerah? Tenang, ada kostum lain.
Maka, menggilalah Serena seperti biasa. Set kedua diawalinya dengan teriakan "Come on!" Bukan kata-kata penggugah semangat yang luar biasa, tapi hentakannya mungkin sudah cukup bagi Serena untuk memacu diri.
Yang terlihat setelahnya adalah Serena yang kita kenal. Serena yang mempersetankan pemujaan orang-orang pada pukulan backhand Roger Federer dan memenuhi pertandingannya dengan pukulan forehand yang tak stylish, tapi praktis dalam mendulang angka.
Tinjunya berkali-kali diacungkan ke udara. Teriakan "Come on!" tetap keluar dari mulutnya, menyertai keberhasilannya meraup poin demi poin. Hasilnya tak mengecewakan, masing-masing set kedua dan ketiga dimenanginya dengan skor 6-1, 6-0.
ADVERTISEMENT
Permainan ofensif yang agresif Serena terlihat jelas lewat lesakannya sembilan winner-nya. Bukan jumlahnya ini yang menjadi penanda, tapi di mana ia menempatkan pukulan-pukulannya.
Serena Williams di babak pertama Prancis Terbuka 2019. Foto: Thomas SAMSON / AFP
Serena memaksa Diatchenko untuk mengacaukan pertahanannya sendiri. Dari sembilan winner-nya itu, hanya satu yang menyasar area baseline. Sementara, sisanya mengambil tempat di lapangan tengah bahkan area depan net. Tak pelak, permainan seperti ini merepotkan lawannya.
Begitu pula dengan yang terjadi di set ketiga. Dari 11 winner, hanya tiga yang mengarah ke area baseline. Tapi, ketiga winner itu juga tidak mengincar area tengah. Ketiganya diarahkan ke sudut-sudut lapangan yang tricky. Salah membaca, lawan bisa mengira bola out padahal tidak. Terlambat sedikit, ya, sudah, bola tak akan terkejar.
ADVERTISEMENT
Itu belum ditambah dengan sembilan ace yang dibukukannya di sepanjang pertandingan. Torehan yang mengingatkan orang-orang semenakutkan apa lesakan servis Serena.
Penempatan winner Serena Williams di set kedua babak pertama Prancis Terbuka 2019. Foto: Dok. Roland Garros
Permainan macam itu rasanya terlalu berbahaya. Ia seperti orang nekat yang bertaruh habis-habisan di meja judi. Riwayat cedera dan kebugaran di usia 37 tahun seharusnya menjadi pertimbangan untuk bermain lebih aman.
Tapi, kalaupun bahaya memang tidak dapat dielakkan lagi, menantangnya selalu menjadi cara yang akan diambil oleh Serena. Terlebih, hanya butuh satu gelar Grand Slam lagi baginya untuk menyamai rekor 24 gelar Grand Slam tunggal putri yang direngkuh Margaret Court. Hingga kini memang belum ada petenis yang mematahkan torehan 24 gelar juara tunggal, entah nomor tunggal putra maupun putri.
ADVERTISEMENT
"Hanya ada satu cara supaya saya bisa menikmati turnamen ini. Saya tidak bisa menikmati pertandingan yang tidak saya menangi. Itulah sebabnya, saya begitu berambisi untuk merawat kesenangan bermain di keempat seri Grand Slam."
Sekarang, kita tahu pesan apa yang ingin disampaikan Serena dalam setiap permainannya.