Piala Sudirman 2007: Jejak Terakhir Indonesia sebagai Runner-up

15 Mei 2019 14:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Markis Kido/Hendra Setiawan melawan Lee Jae Jin/Jung Jae Sung (Korea Selatan) di Piala Sudirman 2007. Foto: Kieran Dodds/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Markis Kido/Hendra Setiawan melawan Lee Jae Jin/Jung Jae Sung (Korea Selatan) di Piala Sudirman 2007. Foto: Kieran Dodds/AFP
ADVERTISEMENT
Apa kejuaraan beregu campuran bulu tangkis paling bergengsi di dunia? Piala Sudirman jawabannya. Bagi Indonesia, turnamen dua tahunan ini kian terasa bergengsi karena asal muasalnya.
ADVERTISEMENT
Nama turnamen ini diambil dari nama tokoh bulu tangkis dunia asal Indonesia, Drs. Sudirman alias Dick Sudirman. Pada 1989, Indonesia juga mendapat kehormatan sebagai tuan rumah edisi perdana kejuaraan ini. Bertempat di Istora Senayan, edisi perdana Piala Sudirman menelurkan Indonesia sebagai kampiun.
Tim Indonesia menjuarai Piala Sudirman 1989. Foto: Dok. BWF Sudirman Cup
Sayangnya dari edisi kedua pada 1991 hingga edisi ke-15 di 2017, skuat 'Merah-Putih' selalu nirgelar. Pencapaian tertinggi Indonesia adalah runner-up alias nyaris juara pada 1991, 1993, 1995, 2001, 2005, dan 2007.
Tahun ini, pencapaian tertinggi kali terakhir pada 2007 itu sudah berusia 12 tahun. Selebihnya, Indonesia bahkan tak pernah mampu menembus babak final. Lantas, sehebat apa sebenarnya skuat Piala Sudirman Indonesia lima edisi silam itu?
1. Susunan Pemain
ADVERTISEMENT
Piala Sudirman edisi ke-10 pada 2007 ini berlangsung di Scotstoun International Sports Arena, Glasgow, Skotlandia, pada 11-17 Juni. Kala itu Indonesia diperkuat pemain-pemain macam Taufik Hidayat, Maria Kristin, Candra Wijaya, Markis Kido, Hendra Setiawan, Vita Marissa, hingga Nova Widianto.
Para pemain tersebut berangkat ke Glasgow dengan didampingi manajer tim, Lutfi Hamid. Sementara, PBSI ketika itu masih diketuai oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.
Penampilan Taufik Hidayat di Piala Sudirman 2007. Foto: AFP PHOTO/KIERAN DODDS
2. Babak Grup
Indonesia, yang tergabung di Grup 1B bersama Korea Selatan, Denmark, dan Hong Kong, melakoni pertandingan fase grup pertamanya pada Senin, 11 Juni 2007.
Saat itu, Markis Kido dan kawan-kawan kalah 2-3 dari Korea Selatan. Di laga kedua grup, Selasa (12/6/2017), Indonesia menang 4-1 atas Denmark. Di laga ketiga lawan Hong Kong, Rabu (13/6), kemenangan 4-1 kembali jadi milik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Skuat 'Merah-Putih' pun lolos ke semifinal sebagai juara Grup 1B.
3. Selangkah Menuju Juara
Di semifinal yang berlangsung pada Sabtu (16/6), Tim Indonesia berhadapan dengan Inggris, runner-up Grup 1A.
Liliyana Natsir/Nova Widianto gagal menyumbang poin pertama. Di laga kedua, kekalahan Maria Kristin membuat kedudukan jadi 0-2 untuk Inggris.
Taufik Hidayat, sebagai putra di laga ketiga, sukses membuka keran skor bagi Indonesia. Kedudukan disamakan 2-2 oleh Vita Marissa/Greysia Polii, dan kemenangan Markis Kido/Candra Wijaya memastikan Indonesia lolos ke final dengan skor 3-2.
4. Final Piala Sudirman 2007
Di final yang berlangsung Minggu (17/6), Indonesia memilih pemain terbaiknya di lima sektor untuk melawan juara bertahan, China.
Flandy Limpele/Vita Marissa yang tampil di partai pertama belum bisa menyumbang poin. Indonesia lantas tertinggal 0-2 usai Markis Kido/Candra Wijaya dibungkam Cai Yun/Fu Haifeng.
ADVERTISEMENT
Di pertandingan ketiga, Adriyanti Firdasari menelan kekalahan sehingga Indonesia pun harus puas lagi-lagi menjadi runner-up. Dengan skor 0-3, pertandingan ganda putri Vita Marissa/Greysia Polii serta tunggal putra Taufik Hidayat pada akhirnya tidak perlu dimainkan.
5. Kegagalan yang Terulang
Di Piala Sudirman 2007, China berdiri di podium tertinggi dengan gelar keenamnya, sekaligus mempertahankan gelar dari Piala Sudirman 2005.
Well, final dua edisi tersebut sama-sama menyajikan persaingan antara China dan Indonesia.
Hasilnya sama: China juara di Piala Sudirman 2005 dan 2007, sementara Indonesia di dua edisi itu sama-sama kalah di final dengan skor 0-3.
Sebelum menjadi runner-up pada 2005 dan 2007, Indonesia sudah empat kali mengalami kegagalan di final, yakni pada Piala Sudirman 1991, 1993, 1995, dan 2001. Rekor enam kali runner-up menjadikan Indonesia spesialis nyaris juara di antara negara lainnya.
ADVERTISEMENT