Piala Thomas: Tunggal Putra Indonesia Masih Kalah Pengalaman

26 Mei 2018 12:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anthony Ginting kalah dari Chen Long. (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Anthony Ginting kalah dari Chen Long. (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
ADVERTISEMENT
Perjuangan Indonesia di Piala Thomas 2018 harus terhenti di semifinal usai dikalahkan China 1-3. Pahit, karena hasil itu lebih buruk dari torehan pada Piala Thomas 2016 kala Indonesia bisa melaju ke final --meski saat itu juga kalah. Selain itu, kekalahan itu berarti tim Thomas gagal memenuhi target masuk final dari PBSI.
ADVERTISEMENT
Namun, Manajer Tim Thomas dan Uber, Susy Susanti, mengakui bahwa China memang lawan yang sangat tangguh. Buktinya, dari fase grup sampai perempat final, China tak pernah kalah sekali pun.
“Saat ini dengan rangking keseluruhan, kami seeded tiga. Ini juga memengaruhi. Kalau dilihat kekuatan yang merata itu ada di Tiongkok, baik tunggal maupun ganda. Mungkin kalau ketemu Jepang, peluangnya lebih besar. Lawan Denmark pun bisa,” ucap Susy seperti dikutip dari laman resmi PBSI, Sabtu (26/5/2018).
Susy benar. China memang kuat di semua sektor. Pada rangking BWF teranyar, tiga dari empat tunggal China mengisi peringkat 3 (Shi Yuqi), peringkat 5 (Chen Long), dan peringkat 8 (Lin Dan).
Di ganda, Liu Cheng/Zhang Nan dan Li Junhui/Liu Yuchen masing-masing kukuh di peringkat 3 dan 4. Meski begitu, Indonesia disokong Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang menjadi nomor satu dunia.
ADVERTISEMENT
Susy sebelumnya sempat berujar, tak perlu melihat rangking karena permainan di lapanganlah yang menentukan. Namun, peringkat merupakan bukti poin demi poin yang dikoleksi seorang pemenang.
Di semifinal, Anthony Sinisuka Ginting kalah 20-22 dan 16-21 dari Chen Long. Berikutnya, 'Minions' mampu menyamakan kedudukan. Rangking kembali berbicara. Sempat tertinggal 12-21 di gim pertama, mereka merangkum dua gim selanjutnya dengan kemenangan 21-17 dan 21-15 atas Liu/Zhang.
Sayangnya, tunggal kedua Jonatan Christie gagal membungkam Shi Yuqi dalam tiga gim dan kalah 21-18, 12-21 dan 15-21. Lantas, asa pun digantungkan kepada ganda kawakan 'The Daddies', Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Namun, kekalahan 'The Daddies' dari Li Junhui/Liu Yuchen menutup rapat-rapat pintu Indonesia menuju final.
“Dari hasil hari ini memang harus kami akui, bahwa tim Tiongkok masih lebih kuat. Dari awal semua sudah berjuang maksimal. Pertama dari Anthony, dia punya kesempatan, sudah ketat-ketat, tapi di akhir harus mengakui keunggulan Chen Long. Tapi permainan secara keseluruhan Anthony sudah cukup baik. Hanya memang di poin-poin kritis ada beberapa kesalahan yang membuat kalah," kata Susy.
ADVERTISEMENT
"Semua sudah bermain maksimal, tapi lawan cukup baik. Kevin/Gideon sudah tampil cukup baik. Tunggal putra kedua, Jonatan, sebenarnya punya kesempatan. Gim pertama menang. Saya rasa salah satu kuncinya adalah kalau dia bisa mempertahankan iramanya. Tapi di gim kedua berubah dan gim ketiga dia agak sedikit tertekan."
“Kami memang berharap di ganda kedua, tapi ternyata pemain Tiongkok main bagus. Dari situ memang semua yang dilakukan para atlet sebetulnya sudah maksimal secara keseluruhan, tapi mereka lebih baik. Ya, inilah hasil yang bisa kami dapat, bahwa kami harus sampai di sini,” sambung peraih medali emas Olimpiade 1992 ini.
Evaluasinya, lanjut Susy, sektor ganda putra harus menjaga konsistensi permainan, termasuk bagi pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Untuk tunggal, selama Piala Thomas 2016 lalu Anthony dan Jonatan serta Ihsan Maulana Mustofa diproyeksi akan tampil lebih matang pada Piala Thomas 2018. Namun, pekerjaan rumah untuk meningkatkan permainan ternyata belum selesai.
ADVERTISEMENT
“Sejauh ini sudah ada peningkatan tapi masih belum konsisten. Masih belum bisa sampai melewati elite dunia. Seperti misalnya Anthony saat bertemu dengan Lee Chong Wei sudah ramai, tapi di akhir saat poin kritis akhirnya kalah. Kalah pengalaman, kalah matang, dan juga jam terbang,” pungkas Susy.