Profil Ebanie Bridges, Petinju yang Dikecam Usai Nekat Pakai Lingerie

11 April 2021 14:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petinju wanita Ebanie Bridges. Foto: Instagram/Ebanie Bridges
zoom-in-whitePerbesar
Petinju wanita Ebanie Bridges. Foto: Instagram/Ebanie Bridges
ADVERTISEMENT
Ebanie Bridges menuai sensasi dan kontroversi di dunia tinju usai nekat memakai lingerie saat sesi timbang badan jelang duel perebutan titel kelas bantam WBA kontra Shannon Courtenay. Menurut sang lawan, tingkah Bridges tidak menghormati tinju.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, Bridges berdalih bahwa keputusannya memakai lingerie adalah bagian dari kebebasan berekspresi dan agar duel mereka lebih menyita perhatian publik. Apa pun alasannya, Courtenay tak terima dan bertekad menghajar petinju beralias Blonde Bomber itu.
Dan hasilnya, pada Sabtu (10/4) waktu setempat, Courtenay berhasil mengalahkan Bridges. Petinju Australia itu pun babak belur dan mengalami luka parah pada mata kirinya.
Walau sensasinya kali ini gagal dibarengi dengan prestasi, Bridges sebenarnya bukan petinju yang payah. Dia juga petinju yang layak diwaspadai lawan dan pernah menuai prestasi, berikut ini profil dirinya.

Profil Ebanie Bridges, Petinju yang Dikecam karena Pakai Lingerie

Petinju wanita Ebanie Bridges. Foto: Instagram/Ebanie Bridges
Ebanie Bridges lahir pada 22 September 1986 dengan nama asli Ebony Bridges dan besar di pinggiran Toongabbie di Greater Western Sydney, Australia. Statusnya di keluarga cukup unik: Anak bungsu dari tiga bersaudara, dari punya saudara kembar yang 6 menit lebih tua, dan satu-satunya anak perempuan.
ADVERTISEMENT
Orang tuanya memang sudah mengenalkan dirinya bela diri sejak dini. Pada usia lima tahun, Bridges diperkenalkan Karate dan sudah berkompetisi sampai usia 13 tahun.
Setelahnya, Bridges berlatih Kickboxing dan Muay Thai saat sekolah menengah. Selain itu, dia juga mencoba binaraga kompetitif dan berkompetisi selama delapan tahun hingga memenangi banyak gelar regional dan negara bagian.
Setelah mencoba beragam jenis bela diri, Bridges memutuskan fokus pada tinju. Para petinju pria macam Kostya Tszyu, Anthony Mundine, Oscar De La Hoya, dan Roy Jones Jr adalah idolanya.
Oscar De La Hoya pada 1998, saat masih memegang sabuk juara kelas welter WBC. Foto: AFP/John Gurzinski
“Saya telah melanggar stereotip sejak saya berusia 5 tahun ketika saya mulai berlatih karate. Saya tidak terlihat seperti gadis yang bisa dinilai dari penampilan," katanya, dikutip dari Behind the Gloves.
ADVERTISEMENT
“Mengapa menjadi masalah bagi seseorang yang seperti saya (gadis cantik) untuk menjadi seperti saya di tinju. Haruskah saya terlihat seperti laki-laki, karena itu stereotip petinju perempuan?" lanjutnya.
Singkat cerita, Ebanie Bridges lalu bergelut di tinju amatir. Bridges mengumpulkan rekor 26 kemenangan dan 4 kekalahan dari 2016 hingga 2018. Prestasinya yang menonjol adalah memenangi gelar National Golden Gloves 2016 dan 2017 serta gelar kejuaraan negara bagian di kelas bantam.
Hebatnya, selama menjalani karier tinju, Ebanie Bridges melakukan banyak pekerjaan lain dan sambil kuliah pula. Multitasking.
Petinju wanita Ebanie Bridges. Foto: Instagram/Ebanie Bridges
“Selama mengambil gelar Master, saya memiliki tiga pekerjaan saat bertinju. Saya bekerja di bar, menjadi tutor, melatih gadis-gadis binaraga. Saya tidur empat jam sehari. Saya tidak punya hari libur selama tiga tahun," kisahnya kepada Ring TV.
ADVERTISEMENT
"Kadang-kadang saya belajar di siang hari, menjadi tutor di sore hari, bekerja di bar di malam hari, dan kemudian bangun lagi untuk kuliah. Pada akhir pekan, saya akan mempersiapkan klien saya untuk binaraga dan melakukan rencana nutrisi dan bekerja sampai jam 2 atau 3 malam."
"Dan saya tetap bertinju. Saya akan berlari di pagi hari dan berlatih. Memikirkannya sekarang membuatku muak dengan caraku melakukannya," lanjutnya.
Ebanie Bridges baru menyentuh ranah tinju profesional pada 2019. Sejak saat itu, ia selalu memenangi lima duel pertamanya hingga akhirnya kalah dari Shannon Courtenay.
"Inilah diri saya. Orang tua saya telah membesarkan saya untuk menjadi diri saya yang sebenarnya. Mereka adalah inspirasi terbesar saya, semuanya tentang berekspresi," terangnya kepada Behind the Gloves.
ADVERTISEMENT
***