news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Strategi Cerdas Ahsan/Hendra Berbuah Medali Emas Kejuaraan Dunia

29 Agustus 2019 14:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ganda putra Indonesia Hendra Setiawan (kiri) dan Mohammad Ahsan menunjukan medali emas usai pertandingan babak final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2019 di St. Jakobshalle, Basel, Swiss. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
zoom-in-whitePerbesar
Ganda putra Indonesia Hendra Setiawan (kiri) dan Mohammad Ahsan menunjukan medali emas usai pertandingan babak final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2019 di St. Jakobshalle, Basel, Swiss. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
ADVERTISEMENT
Langkah Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan tidak begitu meyakinkan di gim pertama final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2019, Minggu (25/8/2019). Mereka dipaksa bermain hingga deuce oleh Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang), sebelum memastikan keunggulan 25-23.
ADVERTISEMENT
Bukannya melesat, permainan duo beralias The Daddies ini malah tersendat pada gim kedua. Setelah tertinggal 3-7 di awal permainan, Ahsan/Hendra kewalahan dan justru terlihat 'melepas' gim kedua dengan kekalahan mencolok 9-21.
Menilik aspek stamina, hadirnya gim ketiga berisiko besar buat wakil Indonesia yang sudah berumur. Pada saat final tersebut berlangsung, Hendra tepat berusia 35 tahun, sementara Ahsan berumur 31 tahun. Hoki/Kobayashi jauh lebih muda --keduanya sama-sama berusia 24 tahun.
Fakta di lapangan berbicara lain. Ahsan/Hendra menunjukkan kematangan bermain melawan pasangan yang lebih gesit dan lincah. Usa menutup interval dengan keunggulan tipis 11-9, Ahsan/Hendra memastikan kemenangan dengan skor 21-15.
Skenario kemenangan rubber game ini dipuji oleh legenda bulu tangkis dan mantan pelatih ganda Indonesia, Christian Hadinata. Pria berusia 69 tahun itu menyebut strategi yang diterapkan Ahsan/Hendra begitu cerdas.
ADVERTISEMENT
"Mereka bermain sangat matang, di gim pertama mereka punya strategi harus ambil gim ini. Karena lawan mereka jauh lebih muda, kuat, dan cepat. Kalau gim pertama kalah, mereka harus menang di gim kedua, artinya kerja mereka makin berat," kata Christian saat dihubungi kumparanSPORT.
"Mereka sudah sangat matang, jadi di gim kedua istirahat dulu. Karena kalau enggak istirahat, memaksakan straight game, di samping tenaga terkuras, mungkin mereka bisa kalah. Saya pikir startegi ini sangat cerdas, ya, kematangan juara dan cara berpikir pemain berpengalamam pasti seperti itu," tuturnya menambahkan.
Kematangan yang berarti mental memang kerap kali ditunjukkan Ahsan/Hendra. Buktinya, mereka datang ke Basel, Swiss, dengan modal juara All England 2019 serta menjadi finalis Indonesia Open 2019 dan Jepang Terbuka 2019.
ADVERTISEMENT
Kepiawaian Ahsan/Hendra dalam memadukan kemampuan teknis macam skill dengan apsek non-teknis seperti mental, disebut Christian menjadi 'senjata' mematikan yang bisa membikin mereka bertahan pada level tertinggi di usia yang tak lagi muda.
"Baik secara teknis dan non-teknis, kita tahu mereka sudah banyak makan asam garam. Jadi, kemampuan secara teknis ditopang mengelola non-teknisnya itu, meski usia tidak muda lagi bisa menjadi senjata. Dalam tanda kutip senjata yang membuat mereka berprestasi," ujar pria yang akrab disapa Koh Chris ini.
Kekurangan dari sisi stamina sudah diantisipasi Hendra sebelum melangsungkan laga final. Tengok saja komentarnya sesaat sebelum turun arena yang lebih menekankan kepada kesiapan mental.
"Yang pasti buat final Kejuaraan Dunia ini, yang disiapkan itu mentalnya. Yang penting berani dan fokus dari awal. Hasilnya kami serahkan kepada Yang Di Atas,” ucap Hendra saat itu.
ADVERTISEMENT