Strategi Indonesia di Piala Sudirman 2019: Evaluasi Rekor Pertemuan

11 Mei 2019 15:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Kontingen Tim Piala Sudirman Indonesia, Achmad Budiharto berbicara saat konferensi pers terkait Piala Sudirman 2019. Foto: Ganesha Arif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Kontingen Tim Piala Sudirman Indonesia, Achmad Budiharto berbicara saat konferensi pers terkait Piala Sudirman 2019. Foto: Ganesha Arif/kumparan
ADVERTISEMENT
Tim Bulu Tangkis Indonesia diberikan target yang tinggi di Piala Sudirman 2019 yang akan berlangsung di Nanning, Cina, tanggal 19-26 Mei. Tak tanggung-tanggung, Jonatan Christie dan kolega ditugaskan untuk membawa Piala Sudirman kembali ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, lawan Indonesia di babak grup Piala Sudirman 2019 saja sudah tergolong berat. Tergabung di Grup B, Indonesia akan berhadapan dengan lawan yang mengandaskan mereka di fase grup Piala Sudirman 2017 lalu, Denmark. Satu tim lagi yang akan dihadapi Indonesia di babak grup adalah Inggris.
Dengan begitu, tak mengherankan apabila Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) telah merancang berbagai persiapan. Mulai dari persiapan fisik, teknik, dan juga mental dari masing-masing atlet dan secara keseluruhan sebagai satu tim.
Namun, sekeras apapun persiapan yang dilakukan, tak akan ada gunanya jika tidak dibarengi dengan strategi yang tepat. Untungnya, Tim Bulu Tangkis Indonesia untuk Piala Sudirman 2019 telah memiliki strategi dasar yang akan mereka terapkan untuk mengalahkan lawan-lawannya ketika turnamen itu berlangsung.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penuturan manajer Tim Indonesia untuk Piala Sudirman 2019, Susy Susanti, strategi yang dimaksud adalah dengan mengevaluasi rekor pertemuan (head-to-head) masing-masing atlet dengan lawan yang akan dihadapi. Setelah evaluasi dilakukan, barulah atlet yang akan berlaga ditentukan.
"Kami akan melihat siapa yang siap bermain, karena yang paling penting memang kondisi. Kami pasti akan menerapkan strategi, mengevaluasi head to head-nya," ujar Susy di acara perayaan ulang tahun PBSI ke-68, Sabtu (11/5).
"Kami semua, pelatih termasuk Chef de Mission (Ketua Kontingen Indonesia, Achmad Budiharto), akan merancang strategi dan melihat siapa yang terbaik yang akan turun duluan."
Contohnya seperti ini. Tim pelatih Indonesia akan melihat rekor tanding Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting ketika melawan tunggal putra Denmark, misalnya Viktor Axelsen. Jikalau Anthony memiliki rekor yang lebih baik ketimbang Jojo ketika berhadapan dengan Axelsen, maka kemungkinan ia lah yang akan diturunkan di laga pertama melawan Denmark.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Susy juga memberikan petuahnya kepada semua anggota Tim Indonesia untuk Piala Sudirman 2019. Petuah Susy ini didasari oleh pengalamannya kala membawa Indonesia berjaya di ajang Piala Sudirman perdana pada tahun 1989 lalu.
Kala itu, Indonesia berhadapan dengan Korea Selatan di partai final yang diadakan di Istora Senayan, Jakarta. Sayangnya, di dua laga pertama, Indonesia menelan kekalahan dari lawannya. Susy, yang bermain di laga ketiga, menjadi penentu.
Pesimisme menyelimuti Istora, mengingat Susy saat itu masih sangat muda, masih berusia 18 tahun. Sementara lawannya, Lee Young-suk, merupakan tunggal putri terbaik Korea Selatan.
Acara Pelepasan Tim Bulutangkis Indonesia untuk Piala Sudirman 2019. Foto: Ganesha Arif/kumparan
Namun, Susy tak peduli akan hal itu. Tatapannya tajam mengarah ke lawannya, tak memedulikan suasana Istora atau hal lainnya. Pada akhirnya, Susy sukses mengalahkan Lee lewat rubber set, dan membalikkan momentum bagi Indonesia. Di gim keempat dan kelima, Indonesia sukses menang dan pada akhirnya, menjuarai Piala Sudirman 1989
ADVERTISEMENT
Dari situ, Susy belajar bahwa yang terpenting saat bermain di laga besar adalah fokus dan mentalitas nothing to lose. Dua hal itulah yang ia sampaikan ke Tim Indonesia untuk Piala Sudirman 2019.
"Modal utamanya itu , main berani jangan mikir yang macam-macam dan tanggung jawab. Di lapangan, jangan takut untuk kalah, tapi pada saat tanding jangan berpikir kita sudah kalah duluan. Itu yang selalu saya ingatkan kepada atlet-atlet," ujar Susy.