news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Suara Kesedihan Atlet Asian Para Games: Kami Tak Pernah Ditonton

30 September 2018 17:02 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PARA PENEMBUS BATAS. (Foto: Anggoro Fajar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PARA PENEMBUS BATAS. (Foto: Anggoro Fajar/kumparan)
ADVERTISEMENT
Akhir Agustus hingga awal September lalu Indonesia berpesta. Masyarakat bersorak mendukung ratusan atlet terbaik bangsa yang berlaga di Asian Games 2018.
ADVERTISEMENT
Asian Games telah menjadi demam. Masyarakat harus saling sikut untuk mendapat selembar tiket pertandingan. Hal itu tak mengapa, selagi sejarah tercipta dengan finisnya Indonesia di urutan keempat.
Namun, sadarkah kita bahwa pesta belum usai?
Oktober mendatang, tepatnya dari tanggal 6-13, pesta olahraga untuk atlet penyandang disabilitas se-Asia akan digelar. Kurang lebih 300 atlet terbaik Indonesia akan turun dalam ajang ini.
Mereka butuh dukungan dari masyarakat Indonesia. Mereka butuh teriakan yang menggema sama seperti yang terjadi di Asian Games lalu.
Bulan September ini, kumparan berbincang dengan beberapa atlet bangsa yang akan turun di Asian Para Games nanti. Mereka bercerita dengan nada pilu, dukungan yang diterima kala berlaga sangat minim. Atlet bulu tangkis andalan Indonesia, Leani Ratri Oktila, mengungkapkan rintihan hatinya itu. Selama 6 tahun berkarier di dunia bulu tangkis, sepinya tribun adalah pemandangan yang acap kali dia saksikan.
ADVERTISEMENT
“Enggak pernah ditonton kami,” curhat Ratri saat bersua kumparan di Sritex Arena, Solo.
Leani Ratri, atlet bulu tangkis difabel Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Leani Ratri, atlet bulu tangkis difabel Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Padahal, menurut Ratri penonton memiliki makna tersendiri bagi dirinya. Penonton adalah nyawa kedua yang menghidupkan permainannya kala lelah melanda.
“Yang buat kita lebih semangat adalah penonton, cuma sayangnya selama bertanding penonton di para games sangat sedikit, sangat minim bahkan terkadang enggak ada,” imbuh dia.
Ratri mencontohkan, pada akhir Juni lalu dihelat test event Asian Para Games di Jakarta. Tetapi, penonton yang datang sangat sedikit. Penonton sesekali bergerombol hanya di beberapa pertandingan tertentu.
“Padahal itu pertandingan sangat menarik, badminton kursi roda itu juga menarik,” sebut Ratri.
Lebih lanjut lagi, Ratri menganggap hasratnya untuk memenangkan pertandingan jauh lebih besar bila penonton yang hadir lebih banyak. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Penonton yang datang mungkin bisa dihitung jari.
ADVERTISEMENT
“Kenapa sih masyarakat Indonesia kurang antusias. Saya mengharapkan masyarakat bisa menyaksikan Para Games sama seperti mereka menunggu-nunggu pertandingan di Asian Games,” urai Ratri.
Terlepas dari kurangnya dukungan dari masyarakat Indonesia, Ratri bersyukur sekelompok orang di kampung halamannya begitu antusias mendukungnya. Dari penuturan Ratri, kelompok itu menamakan diri mereka Tim Bola.
Mereka telah banyak mempublikasikan kiprah dan capaian Ratri selama ini. Dari mulai membagikan foto dan membuat halaman fan hingga menyebarkan materi tentang Para Games.
Ya, mungkin tak banyak yang tahu bahwa Ratri adalah pebulu tangkis disabilitas nomor 1 dunia saat ini. Berbagai gelar bergengsi telah dia capai, dari Kejuaraan Asia, Kejuaraan Dunia, hingga Asian Para Games.
“Di situ saya bisa semangat, karena peran mereka itu sangat besar buat saya. Dengan adanya atau tidak penonton itu besar pengaruhnya,” tutup Ratri.
ADVERTISEMENT
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.