news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Susy Susanti Soroti Performa Tunggal Putri Indonesia yang Merosot

7 November 2019 20:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susy Susanti saat ditemui di FX Sudirman, Jakarta, Kamis (7/11).  Foto: Aditia Rizki Nugraha/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Susy Susanti saat ditemui di FX Sudirman, Jakarta, Kamis (7/11). Foto: Aditia Rizki Nugraha/kumparan
ADVERTISEMENT
Susy Susanti angkat suara soal menurunnya performa tunggal putri Indonesia. Dalam beberapa turnamen terakhir, Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani, sebagai tunggal putri terbaik 'Tanah Air' gagal berbicara lantang.
ADVERTISEMENT
Ambil contoh di tiga ajang ke belakang. Gregoria terhenti di babak pertama Denmark Open 2019, angkat koper di babak pertama French Open 2019, dan teranyar gugur di babak kedua Fuzhou China Open 2019.
Sepak terjang Fitriani tak berbeda. Ia kandas di babak pertama Denmark Open 2019, disingkirkan He Bing Jiao (China) di babak kedua French Open 2019, dan teraktual tersingkir di babak pertama Fuzhou China Open 2019.
Sederet hasil minor ini pada akhirnya berdampak pada peringkat dunia. Gregoria, misalnya, kini berada di rangking 25 BWF. Turun 11 peringkat dari yang asalnya berada di posisi 14 pada awal September lalu.
Tunggal putri Indonesia, Fitriani, di China Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
Menyoal kondisi ini, Susy menyebut pihak PBSI akan melakukan evaluasi. Salah satu langkah yang mungkin akan diambil adalah menurunkan level pertandingan yang diikuti oleh Gregoria dan kolega.
ADVERTISEMENT
"Khusus untuk tunggal putri memang masih harus kerja keras, saat ini minim bibit. Kita pernah juara di level BWF Super 300, tapi di level Super 1000 secara kelas masih agak tinggi. Sampai saat ini kita belum tembus," kata Susy saat ditemui di FX Sudirman, Kamis (7/11/2019).
"Otomatis kita harus mengatur strategi dalam pertandingan, bukan cuma memilih pertandingan tapi juga mematangkan atlet-atlet kita dalam pertandingan. Kalau sudah bisa juara di level 100, konsisten dulu di sana. Baru naik ke level 300 dan seterusnya. Membuat atlet lebih percaya diri, lebih yakin," tuturnya menambahkan.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti, usai konferensi pers Blibli Indonesia Open 2019 di Jakarta, Rabu (26/6). Foto: Karina N. Shabrina/kumparan
Tunggal putri memang sempat menghadirkan gelar juara di tahun 2019. Adalah Fitriani yang mempersembahkannya lewat trofi Thailand Master 2019, Januari lalu. Setelah itu, gelar juara belum juga hadir kembali ke kabinet trofi tunggal putri Indonesia.
ADVERTISEMENT
Susy menyebut bahwa langkah menurunkan level pertandingan bisa menjadi strategi untuk meningkatkan mental dan kepercayaan diri atlet. Kendati begitu, keputusan ini akan ditentukan setelah berdiskusi dengan staf kepelatihan PBSI.
"Tidak masalah, alangkah baiknya atlet itu berprestasi step by step. Ada atlet yang cepat matang dan masih butuh proses," jelas sosok yang menjabat sebagai Kepala Bidang Prestasi dan Pembinaan PBSI itu.
"Salah satunya itu (meningkatkan kepercayaan diri) dan menambah gelar juga untuk atlet. Dengana adanya gelar, dia bisa termotivasi untuk naik level dan mempersiapkan diri," pungkas Susy.