Untuk Setiap Perjuangan Egaliter, Suara Billie Jean King Abadi

1 Juli 2019 14:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Billie Jean King juara tunggal putri Wimbledon 1972. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Billie Jean King juara tunggal putri Wimbledon 1972. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Billie Jean King, kamu adalah ratu."
Di antara segala macam suara yang pernah ditangkap oleh telinganya, suara Muhammad Ali yang membisikkan kalimat itu tak akan pernah dilupakan oleh Billie Jean King.
ADVERTISEMENT
Ali dan King memiliki satu kesamaan. Keduanya menjadikan arena pertandingan sebagai tanah untuk melahirkan epos. Ali bertinju dari satu ring ke ring lain untuk menyuarakan bahwa orang-orang kulit hitam bukan budak.
Lewat hook demi hook, jab demi jab, Ali menjadi santo yang memperjuangkan kehidupan orang kulit hitam.
Billie Jean King memasuki Houston Astrodome. Foto: AP
Lapangan tenis adalah rumahnya King. Namun, ia ingin semua orang yang tinggal di rumah itu diperlakukan setara. Tak ada yang lebih tinggi, tak ada yang lebih rendah. Untuk itulah ia menanggung risiko memperjuangkan persamaan uang hadiah petenis wanita dengan pria.
Semuanya bermula dari Wimbledon. Ya, pada 1968, King meninggalkan London sambil membawa gelar kampiun tunggal putri dan uang hadiah sebesar 750 pounsterling.
ADVERTISEMENT
Sementara, Rod Laver yang menjuarai nomor tunggal putra mengantongi uang hadiah sebesar 2.000 poundsterling. Jumlah uang hadiah untuk juara tunggal putri itu sama dengan hadiah petenis tunggal putra yang langkahnya terhenti di semifinal.
"Olahraga adalah mikrokosmos masyarakat. Kebijakan uang hadiah itu memberi tahu kami bahwa wanita tidak sepadan dengan pria. Konsep itulah yang dijejalkan dalam kepala kami sejak dilahirkan," jelas King, dikutip dari laman resmi Wimbledon.
Persiapan Wimbledon 2018. Foto: REUTERS/Andrew Couldridge
Perbandingannya seperti ini. Kampiun tunggal pria di Wimbledon 1969 dan 1970 diganjar 3.000 poundsterling, sementara putri 1.500 poundsterling.
King tak mau bicara banyak lagi. Bersama Gladys Heldman yang menjabat sebagai editor majalah World Tennis, King mengumpulkan delapan petenis wanita lainnya untuk membentuk turnamen mereka sendiri yang kelak bernama Virginia Slims Circuit pada 1970.
ADVERTISEMENT
Nah, Heldman-lah yang bertugas mencari sponsor untuk mendanai turnamen ini. Nama Virginia Slims sendiri diambil dari nama perusahaan rokok yang menjadi sponsor. Di edisi perdana, total hadiah yang diperebutkan di turnamen ini adalah 7.500 dolar AS.
Yang memuakkan, jurang perbedaan itu bahkan berlanjut setelah Virginia Slims pertama diadakan. Pada 1971, juara tunggal pria mendapat 3.750 poundsterling, sementara putri menerima 1.800 poundsterling. Pada 1972, kampiun tunggal pria menerima 5.000 poundsterling, sementara wanita 2.400 poundsterling.
Situasi demikian tak cuma terjadi di Wimbledon, tapi seluruh kompetisi tenis--termasuk tiga seri Grand Slam lainnya. Ambil contoh pada AS Terbuka 1972, ia cuma menerima 10.000 dolar AS sebagai juara tunggal putri, sedangkan Ilie Nastase yang juara di tunggal putra mengantongi 25.000 dolar AS.
ADVERTISEMENT
Situasi tak membaik jelang Wimbledon 1973. Merespons keadaan ini King dan sejumlah petenis top wanita menggelar rapat tertutup di salah satu kamar di Hotel Gloucester di London.
"Bahkan saya bilang kepada Betty Stove yang tingginya enam kaki itu untuk menahan pintu sehingga tidak ada yang keluar dari kamar. Itu adalah jalan terakhir saya untuk menjadikan kami, petenis wanita, satu suara," jelas King.
Billie Jean King di Wimbledon 1971. Foto: CENTRAL PRESS / AFP
Rapat yang menurut King berjalan sekitar 2,5 jam itu melahirkan satu putusan penting: Pembentukan Asosiasi Tenis Wanita (WTA).
"Itu adalah pencapaian besar. Kami akhirnya satu suara," ucap King.
Tekanan tak berhenti sampai di situ. Wimbledon 1973 menjadi turnamen yang memberikan tekanan berat kepada para petenis wanita, terutama King. Turnamen yang digelar empat hari setelah rapat tadi disebut media sebagai Women's Wimbledon.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi beban King, ia mesti menjuarai kompetisi supaya dunia tak melihatnya sebagai petenis banyak omong, tapi tak sanggup mengangkat trofi juara.
Ucapan Ali yang menyebut King sebagai ratu tak meleset. Ia benar-benar menjadi ratu di Wimbledon lewat keberhasilannya menjuarai tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran. Meski demikian, persamaan uang hadiah belum diterapkan di Wimbledon.
Perjuangan King dan petenis wanita lainnya akan egaliter di lapangan tenis akhirnya membuahkan hasil di AS Terbuka 1973, empat bulan setelah Wimbledon. Kala itu, jumlah uang hadiah untuk juara tunggal putra dan putri sama-sama 25.000 dolar AS.
Billie Jean di konferensi pers Australia Terbuka. Foto: AAP Image/Julian Smith/via REUTERS
Perbedaan proporsi hanya terjadi di babak pertama hingga ketiga karena jumlah peserta putri tidak sebanyak putra sehingga tidak diadakan babak keempat, tapi langsung ke perempat final. Itu berarti, jumlah uang hadiah babak pertama hingga ketiga putri lebih besar daripada putra.
ADVERTISEMENT
Ternyata perjuangan belum selesai karena membutuhkan waktu sekitar 34 tahun hingga ketiga seri Grand Slam lain mengikuti. Australia Terbuka baru menyamakan uang hadiah pada 2001. Prancis Terbuka mengambil langkah serupa pada 2006.
Wimbledon menjadi turnamen yang terakhir. Mereka menyamakan uang hadiah putra dan putri pada 2007 setahun setelah Venus Williams 'menggempur' Wimbledon dengan esai yang tayang di The Times. Tepat pada 2007, Wimbledon mengukir sejarah. Tiket final tunggal putri habis terjual lebih dahulu daripada tunggal putra.
Di ujung turnamen, Roger Federer dan Venus Williams naik ke podium puncak. Yang dirayakan Venus bukan cuma gelar juara Wimbledon tunggal putri keempatnya, tapi juga kemenangan suara King, suara yang abadi menopang kesetaraan.
ADVERTISEMENT
*** Wimbledon 2019 digelar pada 1 Juli hingga 14 Juli 2019 di All England Lawn Tennis and Croquet Club, Inggris.