Wawancara Khusus Omar Agoes, Penakluk Ultramarathon Gurun Sahara Pertama Asal RI

13 Oktober 2021 19:18 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Omar Agoes, Orang Indonesia pertama yang mengikuti dan menyelesaikan lomba Ultramarathon (Marathon des Sables 2021) lebih dari 250 km di Gurun Sahara, Maroko. Foto: Dok Pribadi Omar Agoes
zoom-in-whitePerbesar
Omar Agoes, Orang Indonesia pertama yang mengikuti dan menyelesaikan lomba Ultramarathon (Marathon des Sables 2021) lebih dari 250 km di Gurun Sahara, Maroko. Foto: Dok Pribadi Omar Agoes
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Omar Agoes baru saja mencetak sejarah sebagai orang Indonesia pertama yang mengikuti dan menyelesaikan lomba ultramarathon lebih dari 250 km, Marathon des Sables 2021, di Gurun Sahara, Maroko.
ADVERTISEMENT
Marathon des Sables alias "Marathon di Pasir" bukan ajang sembarangan. Ini adalah lomba marathon yang sudah dihelat sejak 1986, dikenal sebagai lomba lari tersulit di muka bumi.
Sejarahnya, marathon ini digagas oleh promotor konser Prancis bernama Patrick Bauer yang pernah melintasi Gurun Sahara dengan berjalan kaki dan sendirian pada 1984. Dia menempuh 350 km dalam 12 hari tanpa menemui satu oasis atau komunitas gurun di sepanjang jalan.
Singkat cerita, Bauer berhasil selamat. Dua tahun kemudian, terinspirasi dari kisah tersebut, Marathon des Sables yang pertama dijalankan.
Sejatinya, Marathon des Sables di Gurun Sahara ini tak pernah absen setiap tahunnya, terus digelar hingga 2019. Lomba marathon ini sempat tak diadakan pada 2020 akibat pandemi corona.
ADVERTISEMENT
Pada 2021, Marathon des Sables kembali dihelat. Rangkaian event-nya selama 1-11 Oktober, lombanya sendiri selama 3-9 Oktober. Omar Agoes berhasil mencapai impiannya untuk berpartisipasi dan bahkan sukses mencapai garis finis di ajang ini.
Seperti apa pengalaman Omar di sana? kumparan mendapat kesempatan untuk mewawancarai pria yang usianya nyaris kepala lima ini secara khusus. Silakan disimak.

Boleh ceritakan profil singkat diri Anda?

Nama saya Omar Agoes. Saya 49 tahun, lahir di bulan Maret 1972. Saya punya satu putra. Saya kerja di Singapura menjadi banker. Saya di Singapura sudah sejak 2003, tetapi saya selalu bolak-balik antara Jakarta-Singapura.
Saya aktif di olahraga sebagai atlet layar di kelas Slasher dan pernah mengikuti PON 2004 dan 2008. Di Singapura, saya berlatih layar dan menjadi tim 5 orang dalam satu kapal yang mengikuti Kejuaraan Dunia J24 World Championships 2016 di Wakayama, Jepang, dan menempati posisi nomor 4 dunia.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, Singapura dan negara Asia belum pernah mencapai setinggi itu. Jadi, itu hal yang membanggakan bagi saya karena tim kita mencapainya. Saya mulai berlari pada 2013, itu marathon pertama saya.
(Pada situs web UTMB World, tercatat tak kurang dari 10 lomba marathon yang pernah dilakukan Omar Agoes selama 2016-2020. Rata-rata, ia menempuh jarak 50-100 km--RED).
Omar Agoes saat menjadi atlet layar dan mengikuti J24 World Championships 2016 di Wakayama, Jepang Foto: Dok pribadi Omar Agoes

Kenapa Anda tertarik ikut Marathon des Sables di Gurun Sahara?

Marathon des Sables ini menjadi satu obsesi saya selama 6 tahun usai bertemu dengan orang yang pernah melakukannya. Dia yang bilang ke saya, "Mar, ini belum pernah ada orang Indonesia ikut. You harus ngerjain".
Terus, dari 6 tahun lalu itu, saya mau ngerjain, tapi enggak jadi, terus agak-agak terganggu jadwal waktu, dan terus terang saya takut ngerjain karena soalnya berlari 250 km di Gurun Sahara bukan sesuatu yang mudah.
ADVERTISEMENT
Tapi, ide ini enggak pernah hilang dari kepala. Saya lihat-lihat selama 6 tahun, kok, ini lomba usianya 35 tahun ini enggak ada orang Indonesia yang daftar-daftar juga. Terus, saya memutuskan waktu 2018, saya pikir sudahlah, "I'll just do it and see what happens", dan mulai latihan intensif.

Sekeras apa latihan Anda?

Saya melakukan latihan rutin dibimbing coach, kebetulan karena COVID-19 saya tak bisa ketemu, tetapi dia adalah salah satu coach terkemuka di bidang ultra-running. Dia di Australia. Selama 2,5 tahun itu, dia memberi saya program. Pokoknya, dalam satu minggu itu, cuma dapat 2 hari istirahat, 5 hari selalu ada latihan.

Apa saja jenis-jenis latihannya?

Omar Agoes, Orang Indonesia pertama yang mengikuti dan menyelesaikan lomba Ultramarathon (Marathon des Sables 2021) lebih dari 250 km di Gurun Sahara, Maroko. Foto: Dok Pribadi Omar Agoes
Hampir semuanya lari. Sebab di Marathon des Sables ini, saya selama 6,5-7 hari menempuh jarak kira-kira 250 km di Gurun Sahara. Selama itu, saya harus membawa semua makanan, tempat tidur, medis, pompa binatang berbisa, jadi kalau digigit binatang berbisa bisa ditarik bisanya pakai pompa itu. Terus, lampu dan kompor.
ADVERTISEMENT
Jadi, semua yang saya perlukan untuk menempuh 250 km ada di dalam tas. Panitia hanya menyediakan air dan terpal untuk tidur di atas pasir, jadi kayak tenda tapi mirip tenda-tenda orang pengungsi gitu.
Untuk kebutuhan gizi, semua peserta Marathon des Sables harus membawa nutrisi minimum 14.000 kalori. Itu akan mereka (panitia) lihat, periksa, timbang tasnya, dan pastikan bahwa semua lengkap agar para peserta aman.
Sebab, kemungkinan kita tersasar di gurun pasir itu sangat besar dan itu sudah pernah terjadi di lomba ini. Jadi, betul-betul harus dipastikan bahwa orang itu memang hilang dari rombongan, maka di dalam tasnya dia punya hal-hal untuk survive.

Berapa berat total ransel Anda?

Omar Agoes, Orang Indonesia pertama yang mengikuti dan menyelesaikan lomba Ultramarathon (Marathon des Sables 2021) lebih dari 250 km di Gurun Sahara, Maroko. Foto: Dok Pribadi Omar Agoes

Latihannya waktu itu di mana untuk mempersiapkan diri?

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di mana-mana. Saat saya di Indonesia, ya, di Indonesia. Saat saya di Singapura, ya, di Singapura. Selama 2,5 tahun itu rutinlah dan juga saya latihan membawa ransel itu di 3 bulan terakhir.
Saya juga latihan untuk tahan panas. Pokoknya, kalau orang-orang kepanasan di luar dan orang-orang nunggu adem, saya malah ke luar karena harus melatih diri untuk melakukan itu.

Hal menarik yang ditemukan seorang Omar Agoes selama lomba Marathon des Sables di Gurun Sahara?

Satu hal yang menarik dari lomba ini, di sejarah lomba 35 tahun ini, yang terjadi di minggu lalu adalah sesuatu yang di luar dugaan mereka (panitia). Jadi, 50% peserta tidak bisa finis dan ada satu korban jiwa. Jadi betul-betul, saya merasa alhamdulillah, bersyukur bisa selamat.
ADVERTISEMENT
Saya merasa sangat bersyukur bisa menyelesaikannya karena 50% tidak bisa meneruskan. Dalam sejarah lomba ini, enggak pernah sebesar itu drop out-nya. Jadi yang ikut hampir 700 orang dan yang ke luar hanya 350-an.

Seberat apa memang lombanya?

Jadi, di etape pertama hari pertama, panitia sudah mulai merasa ragu karena suhu saat itu, biasanya 30-40 derajat celsius, tetapi telah mencapai 52 derajat celsius. Jadi, kalau enggak salah, ada 100 orang drop out karena tak kuat suhu panasnya. Mereka ada yang dehidrasi, juga heat stroke.
Pada hari kedua, memakan satu korban. Itu hari yang terjadinya korban jiwa, itu kalau enggak salah suhunya 52,6 derajat celsius. Itu sangat disayangkan.
Jadi, di tengah gurun pasir, ada satu rute namanya Merzouga, itu kiri-kanan saya lihat peserta ada yang terkapar, duduk enggak tahu mau ngapain lagi, tak ada tempat berteduh lagi sehingga mereka berada dalam keadaan mengenaskan.
Suasana balapan Ultramarathon (Marathon des Sables 2021) di Gurun Sahara, Maroko. Foto: Dok Pribadi Omar Agoes
Besoknya, lanjut lagi, masih banyak yang drop out. Baru pada hari keempat, mulai drop out-nya sedikit.
ADVERTISEMENT
Ditambah lagi juga, saya rasa, di lomba ini bahkan di Gurun Sahara, sebelum mereka datang ke situ dan sebelum makan makanan, mereka juga mungkin enggak cocok dengan makanan di situ, sehingga mengalami masalah pencernaan, jadinya sakit perut. Tapi, yang paling berpengaruh adalah suhu.
Di dalam lomba ini, safety memang diutamakan. Ada 2 helikopter yang siap sedia evakuasi korban. Waktu saya sampai garis finis, helikopter itu enggak berhenti-berhenti jemput orang.

Apakah ada badai pasir?

Hehehe... Saya sih enggak pernah lihat badai pasir [sebelumnya], jadi saya enggak tahu itu badai pasir atau bukan. Tapi, kami ada kehilangan tenda pada dua malam.
Apesnya, tenda yang saya share dengan 7 orang lain, rubuh terus karena angin, kadang-kadang besar sekali. Sewaktu terjadi rubuh itu, jangan terbawa keadaan, tidur aja terus dalam sleeping bag.
Omar Agoes, Orang Indonesia pertama yang mengikuti dan menyelesaikan lomba Ultramarathon (Marathon des Sables 2021) lebih dari 250 km di Gurun Sahara, Maroko. Foto: Dok Pribadi Omar Agoes

Apakah Anda merasakan fatamorgana seperti di film-film?

Hahaha... Enggak, saya enggak pernah lihat. Tetapi sepanjang lari itu, dan wajar, ya, setiap lari ultra itu, ada rasa ragu-ragu ingin menyerah, sudah setop saja, karena memang menderita ya terus terang saja. Menderitanya itu secara fisik dan psikis.
ADVERTISEMENT

Apa contoh penderitaan dalam lomba Marathon des Sables di Gurun Sahara?

Pagi-pagi, kita pakai kaus kaki dan sepatu. Lomba satu hari pertama, itu pas waktu buka sepatu penuh pasir, lecet-lecet, luka-luka, mau jalan saja sudah sakit.
Tapi besok pagi, bangun, harus pasang lagi kaus kakinya, harus hajar satu marathon lagi, begitu lagi dan begitu lagi. Jadi, kami mempunyai attitude bahwa rasa sakit dan enggak enak diterima saja, sangat penting untuk berpikir positif terus.

Kondisi Anda sendiri sekarang bagaimana?

Alhamdulillah, saya sehat-sehat, baik-baik. Jadi, sebelum lomba ini banyak blog dan artikel yang menakut-nakuti bahwa Marathon des Sables akan membuat kaki hancur-hancuran. Namun ternyata, karena saya berlatih agak banyak dan ultra-running adalah hal yang pernah saya lakukan sebelumnya, jadi saya lebih mengenal tubuh dan kaki saya.
ADVERTISEMENT
Itu sangat bermanfaat. Karena di lomba itu, setiap pagi, saya plester jari-jari lecet, saya urus kaki saya, itu saya lakukan secara rutin, sehingga kondisi saya cukup baik. Dari segi nutrisi, saya juga sangat menjaga, karena memutuskan kita bawa apa di dalam tas itu sangat kritis.
Luka di kaki Omar Agoes di tengah lomba Ultramarathon (Marathon des Sables 2021) lebih dari 250 km di Gurun Sahara, Maroko. Foto: Dok Pribadi Omar Agoes
Enam hari itu kan cuma boleh bawa barang itu-itu saja. Jadi, memutuskan makanan paling ringan, kalori paling tinggi, tapi kalau makanannya enggak enak dan enggak sesuai selera itu sama saja bohong buat saya. Prinsip saya, nomor satu kita harus bisa membahagiakan diri dalam kegiatan penuh penderitaan ini.
Jadi, saya punya trik-trik sendiri. Contohnya, saya bawa dendeng, kacang, makanan2 yang saya suka yang belum tentu secara nutrisi adalah makanan terbaik. Tapi, it's very important for me to keep myself happy.
ADVERTISEMENT

Dari mana Anda mendapat prinsip itu?

ADVERTISEMENT
Ini dari kawan saya, kang Hendra Wijaya, dia bilang, "Ada perbedaan antara kekuatan mental dan pikiran". Saya tanya, apa sebenarnya itu kekuatan pikiran? Dia bilang, "Dalam keadaan yang sulit, kita pikirannya bukannya tangguh atau tough tetapi gimana kita secara menyenangi dalam keadaan itu".
Mungkin, kalau saya deskripsikan, kita harus belajar menari di dalam badai. Seperti itu.
(Hendra Wijaya dikenal sebagai sosok petualang dari Indonesia. Ia pernah mengikuti berbagai lomba ultrarunning, contohnya, ia pernah menjajal lomba lari di Gunung Himalaya dan Pegunungan Alpen. Ia juga dikenal sebagai pelari pertama RI yang menaklukkan Kutub Utara--RED).

Pada akhirnya, memang kekuatan pikiran yang menyelamatkan juga, ya?

Wow, itu betul. Kalau apa yang saya pelajari dari berolahraga, ya, sebelumnya saya ini atlet layar dan the most important asset that you have is between your ear.
ADVERTISEMENT
Dan ini yang saya mau pesankan kepada generasi muda. Untuk selalu berpikir yang positif dan selalu bertekad untuk pantang menyerah dan jangan biarkan anybody say you cannot do it. Jadi, positive mindset untuk bisa melakukan sesuatu.

Setelah semua perjuangan itu, bagaimana rasanya saat berhasil finis?

Omar Agoes, Orang Indonesia pertama yang mengikuti dan menyelesaikan lomba Ultramarathon (Marathon des Sables 2021) lebih dari 250 km di Gurun Sahara, Maroko. Foto: Dok Pribadi Omar Agoes
Sangat emosional, terus terang, karena ini menjadi fokus hidup saya selama 6 tahun. Kalau para pelari ultra lihat saya suka ikut lomba, mereka melihatnya saya suka lari. Sebenarnya, enggak. Tapi karena saya ingin berhasil di event ini karena sudah ada di benak saya lama sekali.
Hal lain yang mengharukan bagi saya adalah membawa bendera Merah-Putih melewati garis finis di hari kelima. Dan, lomba ini kan sudah lama sekali ya. Kenapa orang Indonesia enggak ikut tuh saya enggak ngerti.
ADVERTISEMENT
Mungkin karena faktor biaya juga, mungkin karena kelihatannya sulit sekali. Tapi, saya sangat terharu untuk membawa Indonesia melewati garis finis.
***
Ikuti survei kumparan Bola & Sport dan menangi e-voucher senilai total Rp3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveibolasport.