Mugiyono di Sirkuit Lusail Qatar

Wawancara Mugiyono: Modal Nekat & Bismillah hingga Jadi Racing Service di MotoGP

10 Maret 2022 13:58 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mugiyono di Sirkuit Lusail Qatar. Foto: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Mugiyono di Sirkuit Lusail Qatar. Foto: Pribadi
ADVERTISEMENT
Enea Bastianini menjadi fenomena usai memenangi balapan MotoGP Qatar 2022 di Sirkuit Internasional Lusail, Minggu (6/3). Namun, sosok pria Indonesia bernama Mugiyono ikut mencuri perhatian dalam momen tersebut.
ADVERTISEMENT
Pria asal Kebumen itu tertangkap kamera berada di dekat Bastianini di Parc de Ferme seusai balapan. Kehadirannya jelas membuat bangga karena ternyata ada orang Indonesia yang bekerja di Kejuaraan Dunia MotoGP, turnamen balapan motor terbesar di dunia.
Mugiyono awalnya hanya pria sederhana, tetapi memiliki mimpi besar. Baginya, MotoGP adalah ranah impian dalam kariernya yang bekerja di bidang servis helm.
Sekitar satu dekade lalu, berkecimpung di MotoGP boleh jadi cuma mimpi bagi Mugiyono. Namun kini, dia telah menjadi bagian dari ajang balapan bergengsi dunia.
Mugiyono bersama Enea Bastianini. Foto: KYT
Lantas, bagaimana kisah Mugiyono? Bagaimana ceritanya dia bisa kerja sebagai petugas Racing Services untuk helm KYT dan Suomy di MotoGP?
Jadi, ada tak kurang dari 12 pebalap MotoGP yang helmnya dibuat dan diurus oleh Mugiyono. Simak kisahnya dalam wawancara bersama kumparan pada Kamis (10/3) di sini.
ADVERTISEMENT

Bagaimana awalnya Anda bisa kerja di bidang ini?

Saya awalnya kerja servis di balapan-balapan lokal di Yogyakarta, Purwokerto, Cimahi, dan lain-lain. Selama di lokal itu, saya sudah berkecimpung dari 2010. Terus, pada 2016, saya dipanggil bos, katanya saya disuruh tinggalkan kerjaan saya di lokal dan disuruh cari pengganti.
"Loh, kenapa, pak? Saya ada salah apa?" tanya saya bingung.
"Oh, enggak, kamu enggak ada salah. Kamu mau saya naikkan ke level Asia," kata bos saya.
Saya kaget dong, sementara kemampuan Bahasa Inggris saya waktu itu nol. Asia di sini maksudnya Asia Road Racing Championship (ARRC), kan banyak orang bule di sana, ada dari Australia, Jepang, Thailand, China dan lain-lain. Saya ada keterbatasan Bahasa Inggris, tetapi diyakinkan bos saya untuk belajar.
ADVERTISEMENT
Ya sudah, saya modal nekat. Jujur saja. Soalnya pada waktu sekolah, saya bisa Bahasa Inggris karena belajar, ada pelajarannya. Begitu saya masuk dunia pabrik helm, boro-boro Bahasa Inggris, saya biasanya sama teman-teman pakai Bahasa Indonesia atau Bahasa Jawa saja.
Mugiyono di Sirkuit Lusail Qatar. Foto: Pribadi
Dan jadilah saya kerja servis balap di ARRC itu mulai 2016. Nah, saya kerja serius dan fokus, lalu sekitar 2018, bos saya panggil saya lagi dan bilang, "Gi, nanti kalau ada seri MotoGP di Asia semisal di Jepang, Malaysia, dan Thailand, kamu ikut ya, belajar di sana".
Saya enggak tahu bahwa itu adalah tahapan awal untuk kemudian saya dialokasikan di MotoGP untuk semua serinya. Jadi, saya disuruh meninggalkan ARRC, saya pikir saya mau diberhentikan, padahal masih senang kerja di situ. Eh ternyata, saya disuruh ke MotoGP.
ADVERTISEMENT
Saya langsung, "Astagfirullah, yang benar, pak?"
Kata bos saya, "Iya, benar, kamu di MotoGP, mulai dulu setengah seri, nanti saya yang urus semua visanya dan lain-lain" dan akhirnya mulailah saya kerja jadi Racing Services di MotoGP. Alhamdulillah, sampai detik ini.

Bagaimana respons keluarga saat tahu Anda mau ke MotoGP?

Pembalap bersaing saat Moto GP Grand Prix Qatar di Sirkuit Internasional Lusail, di kota Lusail, Minggu (6/3/2022). Foto: Karim Jaafar/AFP
Itu perjuangannya. Aduh, saya itu awalnya enggak mendapat dukungan dari keluarga. Sebab, balapan di MotoGP itu kan lama, bisa 2-3 bulan baru pulang. Dari dulu sampai sekarang, sejak nikah sampai anak saya lahir, itu saya enggak pernah pisah dengan anak-istri. Saya selalu ajak mereka ke mana pun, termasuk ke Cikarang.
Orang tua saya ngomong, "Kamu pikir-pikir dulu, memang benar mau di MotoGP? Banyak tantangannya".
ADVERTISEMENT
Saya bilang dan coba meyakinkan mereka, "Justru, saya butuh tantangan. Pak, Bu, jujur, anakmu ini butuh tantangan. Anakmu ini satu-satunya anak laki-laki, nantinya saya menjadi pengganti seorang ayah".
Saya sebenarnya punya adik laki-laki, tetapi sudah meninggal dunia. Saya delapan bersaudara.

Sekarang, Anda mengurus helm siapa saja di MotoGP?

Ada 12 pebalap. Enea Bastianini [kelas utama MotoGP], Aleix Espargaro [kelas utama MotoGP], Pecco Bagnaia [kelas utama MotoGP], Romano Fenati [kelas Moto2], Niccolo Antonelli [kelas Moto2], Simone Corsi [kelas Moto2], Augusto Fernandez [kelas Moto2], Lorenzo Dalla Porta [kelas Moto2], Mario Aji [kelas Moto3], Dennis Foggia [kelas Moto3], Jaume Masia [kelas Moto3], dan Riccardo Rossi [kelas Moto3].

Mereka pakai helm KYT dan Suomy memang dari timnya atau sponsor pribadi?

Dari awal, kami memang sudah bekerja sama dengan pebalapnya, tidak lewat tim.
Enea Bastianini. Foto: MotoGP

Spesifiknya, tugas Anda apa saja?

Saya sendiri yang membuat helm untuk mereka di pabrik yang ada di Cikarang. Saya membuatnya di akhir 2021, lalu kalau sudah jadi, saya kirim helm-helm itu ke kantor yang ada di Italia.
ADVERTISEMENT
Semua warnanya solid white karena biasanya para pebalap ingin mendesain warna dan gambar helmnya sendiri, di-air brush sama orang di sana. Helm yang saya buat, saya kirimkan semua ke Italia, lalu nanti oleh orang di sana akan didistribusikan ke masing-masing pebalap.
Proses selanjutnya setelah di-air brush adalah semua helm itu dibawa pakai kapal untuk dikirimkan ke sirkuit balapan. Setelah sampai sirkuit, misalnya kemarin di Qatar, semua helm itu saya ambil semua. Saya harus cek semua karena biasanya petugas air brush tak benar dalam pemasangan helmnya lagi. Saya harus pastikan helm itu memang sudah siap untuk dipakai.
Selain itu, setelah selesai saya cek semua, saya pergi ke Technical Control untuk mendaftarkan helm dan dicek lagi helmnya oleh tim mereka bahwa semua helm itu sudah layak dipakai balapan. Nanti helmnya dikasih stiker FIM, itu yang punya cuma orang MotoGP.
ADVERTISEMENT
Setelah dikasih stiker FIM, semua helm dibawa lagi ke tempat servis. Saya cek ulang, bersihkan, pasang lagi tear off-nya, dan lain-lain. Habis itu, saya kasih itu helm ke setiap pebalap, saya suruh mereka pakai agar meyakinkan bahwa ukurannya sudah pas.
Biasanya, saya akan tanya lagi ke pebalap, mereka mau pakai warna kaca helmnya apa saja. Biasanya, dari 5 helm itu, para pebalap maunya 2 pakai dark smoke, 1 medium, dan sisanya yang buat hujan. Apa yang mereka mau saya kerjakan, lalu saya kembalikan lagi ke dia.

Berapa banyak helm untuk setiap pebalap MotoGP?

Francesco Bagnaia dari Tim Ducati Lenovo melakukan selebrasi di podium usai balapan MotoGP Aragon 2021 di MotorLand Aragon, Alcaniz, Spanyol, Minggu (12/9/2021). Foto: Pablo Morano/Reuters
Setiap satu pebalap mendapatkan 5 helm untuk setengah tahun pertama. Total, selama setahun, biasanya mereka bisa dapat 7 atau 9 helm, tergantung banyak atau tidaknya mereka mengalami crash.
ADVERTISEMENT

Tapi, helm itu dibuat dengan spesifikasi Dorna kan?

ADVERTISEMENT
Iya, sudah ada standarnya.

Lalu itu disuruh coba lagi, maksudnya untuk memastikan kenyamanannya?

Iya, saya untuk meyakinkan bahwa helm itu jangan sampai menjadi kambing hitam kalau misalnya pebalap sudah on fire di depan, tetapi tiba-tiba helmnya enggak enak dan saya disalahkan, saya tak mau terjadi begitu. Saya biasanya via WhatsApp atau seringnya sih langsung komunikasi tatap muka untuk tanya-tanya ke mereka.
Masalah helm ini sangat, sangat penting. Memang, balapan motor itu yang utama adalah kecepatan, tetapi helm juga ikut andil. Kalau helmnya enggak nyaman, pebalapnya juga enggak enak pas balapan. Helm juga penting untuk keselamatan pastinya.

Bagaimana perasaan Anda melihat Enea Bastianini menang di Qatar?

Saya senang sekali. Saya sebelumnya sudah punya feeling bahwa Bastianini pasti podium, entah kedua atau ketiga, apalagi ada Marc Marquez yang ada di belakangnya.
ADVERTISEMENT
Itu suasana pada waktu itu si Bastianini sampai emosional dan menangis. Saya juga kasih selamat. Tim Gresini-nya juga senang banget.
Sebelum balapan saya tanya, "Bro, kamu kan balapan malam nih, mau pakai kaca yang dark smoke atau medium? Kalau saya sarankan, kamu pilih medium saja". Terus dia bilang, "Oh ya sudah, saya pakai medium saja".
Memang, tanggung jawab saya sangat berat. Begitu saya lihat dia jadi juara pertama, lelah saya hilang.

Anda paling akrab sama pebalap siapa?

Semuanya sih akrab. Cuma, kalau Pecco Bagnaia itu kan punya saudara perempuan, jadi koordinasinya sama dia. Kalau Aleix Espargaro, saya sama asistennya. Kalau Enea Bastianini, itu saya langsung.

Bagaimana perasaan Anda akan ada balapan di Mandalika?

ADVERTISEMENT
Kemarin pas tes pramusim, saya enggak ikut yang di Sirkuit Mandalika karena kena COVID-19. Sebelum ke Lombok, hasil Tes PCR saya negatif. Begitu mau masuk sirkuit, dites lagi, hasilnya positif. Alhasil, saya harus karantina.
(MotoGP pernah dihelat di Indonesia pada 1996 dan 1997 di Sirkuit Sentul--RED)

Ada pesan khusus untuk orang-orang Indonesia yang mau kejar mimpi?

Itu saran saya, harus percaya diri juga. Walau enggak bisa bahasa inggris, saya pede dan harus nekat, tidak boleh minder.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten