Wimbledon: Tak Berlatih di Lapangan Rumput Bukan Masalah bagi Djokovic
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Salah satu yang bersiap tentu Novak Djokovic. Apalagi, petenis asal Serbia ini datang dengan status juara bertahan. Ditambah, ia gagal membawa pulang trofi Prancis Terbuka 2019. Tidak ada balas dendam yang lebih baik ketimbang membawa pulang trofi berpuncak nanas itu.
Tapi, Djokovic tidak mempersiapkan diri di London. Usai berlaga di Roland Garros, Djokovic memutuskan untuk pulang sehingga mesti berlatih di Beograd. Ketiadaan lapangan tenis rumput di Beograd diprediksi dapat memengaruhi kualitas latihan Djokovic.
Dalam dunia tenis, ada istilah Francophone dan Anglophone. Dua istilah ini merujuk pada dua gaya yang bertolak belakang. Para petenis Francophone terbiasa dengan lapangan tanah liat yang gerak bolanya lebih lambat. Oleh karenanya, mereka lebih mengedepankan strategi dalam bermain.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, para petenis Anglophone dibesarkan di lapangan rumput yang gerak bolanya paling cepat. Maka, para petenis model ini pun lebih mengedepankan agresi.
"Carikan lapangan rumput untuk saya di Beograd, maka saya akan berlatih di sana," seperti itu candaan Djokovic ketika ditanya mengapa ia berlatih di lapangan keras. Ngomong-ngomong, lapangan keras digunakan di Australia Terbuka dan Amerika Serikat (AS) Terbuka.
Tapi, Djokovic adalah petenis profesional, papan atas pula. Itu berarti, ia bertugas untuk menemukan solusi atas segala permasalahan yang dihadapinya di pertandingan--termasuk soal lapangan. Kabar baiknya, Djokovic memiliki alasan kuat mengapa ia berlatih di lapangan keras.
ADVERTISEMENT
"Saya berlatih di lapangan keras karena ini yang paling mirip dengan lapangan rumput. Kecepatan bola yang dipukulkan ke lapangan keras tidak berbeda jauh dengan lapangan rumput. Tapi, saya harap, kami bisa segera memiliki lapangan rumput di kota ini," jelas Djokovic , dilansir Reuters.
Itu baru soal gerak bola. Perbedaan suhu juga memantapkan Djokovic berlatih di Beograd. Faktor ini tentu terlepas dari keputusan untuk menemui keluarganya sehingga ia lebih memilih untuk pulang ke Beograd ketimbang langsung berangkat ke London, kota yang menjadi venue Wimbledon.
"Kalau bicara soal suhu, ibarat blessing in disguise. Suhu di London lebih dingin daripada di sini. Jadi, kalau saya berlatih dengan panas yang seperti ini, tubuh saya akan lebih fit ketika bertanding di tempat yang suhunya lebih sejuk," ujar Djokovic.
ADVERTISEMENT
"Sederhananya, tubuh saya sudah terbiasa dengan panas yang lebih tinggi sehingga daya tahan saya bisa lebih oke di London nanti," jelas Djokovic.
Nah, babak utama Wimbledon akan digelar pada 1 Juli hingga 14 Juli 2019. Sementara, babak kualifikasi sudah dimulai pada 24 Juni 2019.
Dalam edisi ke-133 ini, Djokovic akan memasuki kompetisi dengan status unggulan pertama. Roger Federer menjadi unggulan kedua dan Rafael Nadal datang sebagai unggulan ketiga--walau secara peringkat, Nadal adalah petenis peringkat dua dunia.
Jika Djokovic kembali menutup kompetisi dengan gelar juara, ini akan menjadi trofi Wimbledon kelimanya dan trofi Grand Slam ke-16-nya.
Namun, Djokovic tidak mau menjejak ke Wimbledon musim ini dengan beban-beban yang tak perlu. Toh, tanpa beban itu saja Wimbledon acap melahirkan lawan dan kesulitan hebat.
ADVERTISEMENT
"Saya memberikan beban besar kepada diri sendiri pada Prancis Terbuka kemarin. Saya begitu ingin menjuarai Grand Slam keempat dalam empat seri berbeda secara beruntun. Tapi, ternyata saya gagal."
"Sekarang, saya akan datang ke Wimbledon dengan beban yang lebih ringan. Saya menganggap Wimbledon tahun ini sebagai siklus yang baru," jelas Djokovic .