Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Lama tak terlihat di layar kaca, model, Puteri Indonesia 2004 dan Miss Universe Indonesia 2005 Artika Sari Devi rupanya masih disibukkan dengan berbagai kegiatan. Salah satunya adalah mendirikan ArtikaWhulandary Beauty Camp bersama rekannya sesama model, Whulandary Herman.
ADVERTISEMENT
ArtikaWhulandary Beauty Camp merupakan workshop pelatihan dan ajang pembekalan diri untuk para perempuan dalam membangun karakter, sikap, dan kedisiplinan demi mempersiapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik. Acara ini sekaligus menjadi tempat pelatihan untuk mereka yang ingin meniti karier sebagai model atau mengikuti kontes-kontes kecantikan.
Artika sendiri terlibat penuh dalam menjalani Beauty Camp yang sudah dilaksanakan sebanyak enam kali ini. Mulai dari memberikan pengajaran kepada para pesertanya, mengawasi jalannya acara, hingga menjadi pendengar yang baik ketika ada peserta yang ingin berkeluh-kesah kepadanya.
Hal ini dilakukan perempuan berusia 39 tahun ini sebagai bentuk kontribusi sosialnya untuk memberdayakan perempuan Indonesia. Selain mengelola Beauty Camp, Artika juga kerap diundang sebagai narasumber dalam berbagai acara.
ADVERTISEMENT
Di samping kesibukannya di Beauty Camp dan menghadiri berbagai acara, Artika juga disibukkan dengan kegiatan mengurus dua putri kecilnya, Sarah Ebiela Ibrahim (9) dan Dayana Zoelie Ibrahim (5). Beruntungnya, segala hal yang dilakukan Artika mendapat dukungan penuh dari suaminya, Ibrahim Imran, musisi yang akrab dipanggil Baim.
Untuk bisa menjalankan segala tugasnya dengan seimbang, diakui Artika, keluarganya merupakan support system terbesar dalam perjalanan kariernya. Dukungan dari keluarganya lah yang membuat Artika sukses menjalani kariernya sebagai seorang model, presenter, aktris, hingga pendiri Beauty Camp.
Dalam acara kumparan Women Soiree #UntukPerempuan yang digelar di Harlequin Bistro, Jakarta Selatan, Jumat (29/3) lalu, kumparan berkesempatan untuk berbincang-bincang langsung dengan ibu dua anak ini mengenai bagaimana ia merasakan pentingnya support system atau dukungan keluarga dalam menjalani kariernya dan perannya sebagai ibu dan perempuan pekerja. Simak perbincangan kami berikut ini:
Sebagai mantan Puteri Indonesia dan finalis Miss Universe, bisakah diceritakan bagaimana perjalanan karier Artika setelah itu?
ADVERTISEMENT
Sebenarnya saya melihat Puteri Indonesia memang membuka jalan, asalkan Puteri-nya (peserta) ini paham betul bagaimana bisa menempatkan diri, mengambil kesempatan dan memanfaatkan sebaik-baiknya. Saya termasuk orang yang suka mencoba-coba, bahkan meskipun hal itu jauh berhubungan dengan saya, saya tetap ingin mencoba.
Jadi pertama kali setelah keluar dari Puteri Indonesia, saya dapat tawaran main film dari Garin Nugroho. Saat itu saya juga dapat tawaran film lainnya, tetapi saya pilih film Garin walaupun saya harus tinggal di Solo dan Jogja selama enam bulan untuk menembang Jawa karena itu film musikal dan ada tarian Jawa. Tapi saya lihat ini peluang untuk saya mencoba yang baru. Ini adalah film festival internasional, saya mau coba meskipun bayarannya tidak sebanyak film pop lainnya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya dari situ saya makin dikenal sebagai pendatang baru di dunia showbiz. Saya membawakan program TV renovasi sekolah, Gebyar BCA juga, saya cobalah semuanya. Tetapi dari semua itu, yang paling saya nikmati adalah apa yang saya lakukan saat ini, yaitu mendidik dan berbagi. Sesuatu yang bisa saya share termasuk juga ke anak-anak.
Saat ini Artika terlihat lebih aktif dalam kegiatan sosial khususnya untuk memajukan perempuan dengan mendirikan ArtikaWhulandary Beauty Camp. Bisakah diceritakan singkat apa yang melatar belakangi didirikannya Beauty Camp ini?
Awal Beauty Camp berdiri itu tiga tahun lalu. Setelah selesai Puteri Indonesia, saya banyak sekali kedatangan perempuan calon-calon peserta Puteri Indonesia. Jadi saya yang membantu melatih mereka. Latihannya itu ada kelas personal branding, catwalk, pose, dan public speaking.
ADVERTISEMENT
Kata Mas Baim (Ibrahim Imran -red) saya terlihat happy saat bisa membantu peserta-peserta lebih percaya diri untuk tampil. Apalagi peserta dari daerah-daerah, karena biasanya mereka tidak punya support system atau dukungan untuk meraih impian menjadi seorang model. Begitu ditunjuk mewakili, mereka langsung dikirim tanpa dibekali apa-apa. Jadi ketika masuk menjadi peserta Puteri Indonesia, mereka sebetulnya belum siap dan belum matang, sehingga butuh sekali untuk dibantu.
Dari sini saya berpikir, mengapa tidak dibuat sesuatu yang lebih besar. Akhirnya saya sadar, harus ada Beauty Camp dari umur 15 tahun sampai usia tidak terbatas untuk bisa lebih mengembangkan diri mereka. Bukan hanya untuk mereka yang mau ikut kontes kecantikan saja, tetapi untuk semua perempuan. Jadi kami di sini sebagai support system mereka, lebih seperti saudara perempuan yang saling menyemangati satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Dan ini ternyata memang sangat diperlukan. Perempuan sekarang itu gemar berkompetisi tapi kadang saling menjatuhkan satu sama lain, Jadi kami di sini mengajak mereka untuk sama-sama maju. Akhirnya tiga tahun lalu, suami saya bilang bikin saja Beauty Camp. Dia berpikir, kalau saya bahagia, maka orang-orang serumah pun ikut bahagia dan merasakannya. Karena Mas Baim sangat support sekali, saya dan sahabat saya Whulandary Herman berani buat Beauty Camp.
Apa saja yang diajarkan di dalam Beauty Camp ini?
Dari batch pertama dibuka, saya ingin mengganti stereotip pemenang kontes kecantikan harus yang tinggi, putih dan langsing. Saya ingin mengangkat body positivity. Semua perempuan cantik, yang membedakannya adalah pesonanya masing-masing.
Beauty Camp sifatnya lebih seperti workshop tiga hari yang kami buat seperti karantina dan menginap di hotel. Yang mereka harus bayar itu adalah untuk fasilitator dan hotel. Sesungguhnya ini kalau mau dibilang bisnis, bukan bisnis ya. Tapi kami lebih mengedepankan bahwa ini adalah social project yang ingin ditularkan kepada adik-adik ini.
ADVERTISEMENT
Kelas pertama dibuka dengan kelas Self Esteem, menekankan agar mereka lebih cinta dengan diri mereka sendiri dan paham bahwa dirinya itu sangat berharga. Dengan menghargai dirinya, dia sayang sama dirinya, dia tahu apa kelebihan dan kekurangannya, otomatis dia tidak gampang goyah ketika ada komentar di media sosial.
Ada juga kelas public speaking yang saya ajarkan untuk bisa melatih empati sesama kita. Tidak hanya belajar berbicara saja, tapi juga belajar mendengarkan. Karena nyatanya kita lebih sering berbicara daripada mendengarkan. Dari situ mereka merasa sebenarnya selama ini kita sangat-sangat butuh untuk didengarkan.
Kemudian ada kelas personal brand. Tidak cuma artis saja yang punya personal brand, bahkan seorang mahasiswa, perempuan karier juga harus punya personal brand. Di Beauty Camp, kami tidak membatasi siapa saja yang ikut. Bahkan ada ibu dua anak, ada penulis, dokter, arsitek.
ADVERTISEMENT
Ada juga kelas gym dan nutrisi. Kami sebenarnya tidak ada standar tubuh harus seperti apa, tetapi yang kami tekankan adalah ajakan untuk menjalani pola hidup sehat. Ada kelas women self defense juga. Jadi mereka tahu kalau dipepet sama orang, mereka tahu gerakan-gerakannya harus bagaimana.
Kami juga memberikan beasiswa untuk dua orang di Papua. Saya pilih di Papua karena di sana angka pernikahan cukup tinggi, dari usia 15 sampai 19 tahun.
Apa tantangan terbesar dalam mengajarkan sekaligus mengedukasi perempuan-perempuan peserta Beauty Camp?
Kalau saya tanya sama mereka, senangnya mereka merasa seperti ada di dalam keluarga yang pikirannya positif dan mendukung apapun keunikan mereka. Ketika mereka keluar, mereka akan berhadapan dengan lingkungan lain dan stereotip, penghakiman, misalnya 'ngapain sih ikutan kontes kecantikan? ngapain sih ikutan kegiatan-kegiatan ini?' dan omongan-omongan lain yang bikin mereka agak down. Tantangannya menurut saya adalah menantang diri sendiri untuk terus melakukan kebaikan.
Dalam menjalankan Beauty Camp, Artika mendapatkan dukungan penuh dari keluarga, dalam hal ini suami dan anak-anak. Bagaimana bentuk dukungan yang dilakukan?
ADVERTISEMENT
Tanpa dukungan suami, rasanya mustahil saya bisa melakukan apapun yang saya mau dan menjadi percaya diri seperti ini. Saya dibesarkan dari keluarga yang sangat positif dan dibebaskan untuk melakukan apapun. Dan ketika saya menikah dengan Mas Baim, saya juga dapat suami yang benar-benar kasih ruang untuk saya berekspresi.
Tidak hanya kasih izin saja, mas Baim juga turun tangan untuk membantu. Misalnya, ketika saya tiga hari acara Beauty Camp di hotel, otomatis dia ikut bantuin loading barang, bahkan untuk ketemu dengan sponsor dia juga bantu handle. Dan buat saya ini sangat nyaman karena dia juga bisa handle rumah dan anak-anak tanpa saya. Sampai sejauh ini, support system terbesar saya adalah suami.
ADVERTISEMENT
Seberapa penting dukungan keluarga dalam karier dan eksistensi perempuan menurut Artika?
Sangat penting sekali. Dalam kasus saya, Mas Baim sebelum menikah pernah bilang, ‘kamu nikah sama aku, aku ingin kamu happy. Kamu boleh lakukan apa saja yang kamu suka asal kamu happy, kalau kamu happy, aku yakin kamu bisa bahagiain aku dan anak-anak'.
Tapi itu tidak bisa sepihak, saya pun harus respect sama suami. Kalau misalnya suami bilang saya sudah mulai sibuk, saya akan membatasi diri. Intinya semuanya dibicarakan dan tidak bisa ambil keputusan sendiri. Saya sadar saya seorang istri dan harus melibatkan suami.
Apa tantangan sehari-hari yang Artika hadapi dalam menjalankan kedua peran di rumah dan di luar rumah?
ADVERTISEMENT
Saya sudah capek menghadapi stigma bahwa perempuan bekerja pasti tidak bisa urus anak dan tidak ada waktu urus keluarga, perempuan egois, atau sekolah tinggi-tinggi karena ingin bersaing dengan laki-laki.
Saya pernah berada di posisi sebagai ibu rumah tangga banget. Tapi sekarang posisi saya sangat fleksibel, saya bisa merasakan dua-duanya. Ketika orang bilang 'ah, jadi ibu rumah tangga kan enak bisa santai-santai di rumah'. Oh, siapa bilang? Saya kalau di rumah malah harus punya target. Anak saya harus bisa begini, harus stimulasi ini, anak yang pertama begini, anak kedua begini.
Kalau teman-teman suka lihat Instagram kami, bisa dilihat kami memang lebih banyak waktu dengan anak-anak dibandingkan di luar. Tetapi tanpa mengesampingkan juga bahwa saya butuh hobi yang saya suka. Misalnya saya minta izin, mau belajar samurai. Sekarang sudah tiga tahun saya belajar samurai. Kata suami saya, silahkan saja. Daripada nanti saya kebawa mimpi.
ADVERTISEMENT
Kalau saya berpikirnya, kita tidak bisa mengontrol persepsi orang ke kita. Yang kita bisa kontrol adalah reaksi kita seperti apa. Jadi saya memilih untuk bereaksi calm saja, tenang, selama ini saya melakukan apa yang saya mau, bukan yang orang lain mau.
Apa bentuk support system lainnya yang membantu Artika dalam menjalani kegiatan? Bagaimana dengan dukungan dari sisi teknologi?
Dari teknologi sangat membantu, saya termasuk orang yang sebisa mungkin tidak keluar rumah kalau tidak ada kegiatan penting. Saya ingin waktu saya lebih banyak untuk anak-anak, jadi saya ingin sesuatu yang praktis, misalnya belanja online.
Itu sangat membantu saya dan menjadi support system saya. Saya jadi tidak merasa perlu bersalah meninggalkan anak saya untuk belanja cari sepatu. Sekarang tinggal buka platform e-commerce, misalnya Shopee, mau aksesori, mau sepatu, bahkan barang yang tidak di-display di dalam department store pun ada.
ADVERTISEMENT
Adakah pesan yang ingin disampaikan kepada para perempuan bekerja di luar sana?
Untuk semua perempuan di Indonesia, perlu sekali untuk saling mendukung. Pertama, ketahui bahwa kompetisi yang sesungguhnya bukanlah kompetisi dengan perempuan lain. Kompetisi yang sebenarnya adalah kompetisi dengan diri sendiri, diri kita yang dulu, sekarang, dan masa depan.
Kemudian jangan takut dengan stigma atau stereotip yang dilontarkan orang lain terhadap kita. Kita tidak bisa kontrol itu terjadi, biarkan saja orang menghakimi kita seperti apa, yang bisa kita kontrol adalah reaksi kita. Kita bisa memilih untuk calm down dan percaya diri dibandingkan mempercayai omongan orang tentang kita.
Terakhir, kita harus tetap happy dengan apapun pilihan kita. Mau jadi apapun profesinya atau kegiatan yang kita lakukan, mau jadi ibu rumah tangga, pekerja kantoran, harus tetap bangga dengan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Simak artikel lainnya mengenai Support System untuk Perempuan pada topik #UntukPerempuan
#UntukPerempuan merupakan bagian dari kampanye Shopee Indonesia dalam rangka menyambut Hari Perempuan Internasional dan Hari Kartini sebagai bentuk dukungan untuk perempuan di seluruh Indonesia.