Filler Tak Disarankan Dokter, Ini Alasannya

19 Oktober 2017 13:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi suntik anti-aging filler (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi suntik anti-aging filler (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Memasuki usia lanjut, tentu banyak perubahan yang akan dialami oleh manusia. Termasuk perubahan dalam bentuk fisik yang tak bisa dihindari.
ADVERTISEMENT
Garis halus, kerutan di wajah serta kulit yang mulai mengendur adalah sederet perubahan yang menjadi tanda penuaan seseorang. Tentunya, tak ada satu orang pun yang menginginkan hal ini.
Demi menutupi tanda penuaan ini, sebagian besar orang lebih memilih untuk melakukan rangkaian treatment kecantikan. Jika dulu tren operasi plastik sangat populer, berbeda dengan saat ini, di mana tren estetika medis kian menggeser kepopuleran tren sebelumnya.
Dianggap lebih praktis, sebagian besar orang lebih memilih untuk melakukan suntik anti-aging, seperti filler. Teknik filler merupakan treatment kecantikan dengan mengisi daerah-daerah wajah tertentu yang dirasa telah kendur untuk mengembalikan volume wajah kembali muda.
Suntik filler untuk hilangkan kerutan pada wajah (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Suntik filler untuk hilangkan kerutan pada wajah (Foto: Thinkstock)
Bahkan menurut dokter bedah plastik, dr. Puri Ambar Lestari, SpBP-RE, hingga saat ini tren suntik filler masih sangat populer, terutama di kalangan wanita. Pengerjaannya yang mudah dan cepat menjadi alasan wanita lebih memilih untuk melakukan filler.
ADVERTISEMENT
"Filler masih populer. Karena teknik pengerjaan filler itu cepat, dalam waktu beberapa menit hasil dari suntik filler bisa langsung terlihat. Pasca operasi pun tidak menimbulkan rasa sakit atau nyeri, makanya banyak pasien yang lebih milih untuk filler," kata dr. Puri, saat ditemui kumparan (kumpara.com) di Hotel The 101 Jakarta Sedayu Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (18/10).
Meski begitu, dr. Puri menjelaskan bahwa banyak dokter yang sebenarnya tidak menyarankan pasien untuk melakukan filler. Kenapa?
Menurutnya, filler mempunyai rentang waktu hingga cairannya habis. Zat kimia yang disuntikkan ke bagian tubuh tertentu tidak bersifat permanen, karena akan habis dalam hitungan waktu. Hal inilah yang membuat pasien harus rutin melakukan tindakan filler untuk memaksimalkan hasilnya.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya saya ngga pernah menyarankan para pasien saya untuk melakukan filler, karena ada rentang waktu yang mengakibatkan filler habis," papar dr. Puri.
"Filler itu sifatnya akan diabsorpsi oleh tubuh. Tapi filler yang awalnya telah disuntikkan dengan kapasitas volume 100 persen, akan habis dalam kurun waktu enam bulan hingga satu tahun, dan menuntut pasien untuk melakukan suntik kembali setelahnya," lanjutnya.
Suntik filler dianggap praktis (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Suntik filler dianggap praktis (Foto: Thinkstock)
Jenis filler yang disuntikkan juga harus tepat. Menurut dokter bedah plastik lainnya, dr. Aditya Herwandar Sastrasupena, SpBP-RE, jika jenis filler yang disuntikkan tidak tepat, maka penyerapannya pun akan tersendat.
"Yang harus diperhatikan juga dari jenis filler itu sendiri. Jenis filler apa yang dipakai, kalau jenisnya bagus dan tepat maka tubuh akan menyerapnya dengan alami. Tapi kalau yang digunakan sepertk silikon cair, maka harus hati-hati," jelas dr. Aditya.
ADVERTISEMENT
"Setelah disuntikkan, silikon cair ini akan diserap tubuh ke bagian yang dituju, namun makin lama silikon ini justru akan berpindah tempat ke bagian lain. Hal inilah yang berbahaya, tapi sayangnya masih banyak salon-salon kecantikan yang 'nakal' melakukan ini," imbuhnya.
Pasien diharapkan agar lebih teliti sebelum melakukan suntik anti-aging seperti filler. Karena risiko filler habis tentu harus diperhatikan, agar nantinya pasien tidak kecewa dengan hasil filler yang hanya bersifat sementara ini.