Lisa Namuri, Pelatih Yoga yang Sempat Ditolak Mengajar karena Berhijab

1 Maret 2018 9:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lisa namuri (Foto: Ratmia Dewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lisa namuri (Foto: Ratmia Dewi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Di kalangan sosialitas dan selebiriti, sosok Lisa Namuri dikenal sebagai instruktur yoga dan pilates yang memiliki jam terbang tinggi. Ia telah banyak mengantongi sertifikat olahraga. Tak heran, sederet pesohor seperti Annisa Pohan Yudhoyono, Aliya Rajasa Yudhoyono, Adinda Bakrie, Okke Hatta Rajasa, Laksamana Sukardi, Rethy Aleksandra Sukardi, Bianca Adinegoro, hingga Maudy Koesnaedi mempercayakan Lisa sebagai instruktur privat mereka.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan yang ia dapatkan tersebut tentunya tidak ia raih secara instan. Penolakan merupakan hal yang biasa baginya saat merintis karier sebagai instruktur yoga.
"Dulu kan berhijab tidak menjadi hal yang umum seperti sekarang, jarang ada yang pakai gitu. Jadi stereotype-nya beda sama orang-orang yang tidak berhijab. Terlebih lagi aku terjun di dunia olahraga seperti ini kan," ujar Lisa Namuri saat ditemui kumparanSTYLE (kumparan.com) di Union Yoga, Jakarta Selatan, Selasa (27/2).
Yoga mats (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Yoga mats (Foto: Thinkstock)
Keseriusannya sebagai instruktur olahraga dapat dilihat dari pengalamanya saat menjadi instruktur di Brisbane, Australia. Namun, pengalaman selama dua tahun di sana tak menjamin kemulusan kariernya di Indonesia.
"Sepulangnya saya dari Aussie, saya melamar di studio-studio besar di sini. Tapi ditolak, kebanyakan mereka menolak karena saya berjilbab. Sebenarnya ironis juga ya, padahal kita kan tinggal di negara yang mayoritasnya muslim," papar Lisa.
ADVERTISEMENT
Bahkan, ia sempat dipandang sebelah mata saat mengunjungi seminar dan workshop yang berkaitan dengan kebugaran. Tetapi, hal tersebut tidak semata-mata membuatnya berkecil hati.
"Selama saya tidak berbuat salah dan merugikan orang lain tidak ada alasan untuk patah semangat. Mungkin memang sudah jalannya Allah kali ya, jadi saya mencoba untuk membuka kelas-kelas privat," katanya seraya menebar senyum.
Lulusan Institut Teknologi Bandung ini memulai kariernya sebagai instruktur kebugaran di usia 19 tahun. Awalnya, ia menjadi seorang asisten dengan bayaran Rp 150 ribu per bulan. Seiring berjalannya waktu, dirinya mendirikan studio sendiri di Bandung. Tetapi karena saat itu ia masih kuliah, dirinya hanya bisa mengajar dua kali seminggu.
"Alhamdulilah saat itu di awal 2000an bisa mengantongi Rp 4,5 juta hingga Rp 5 jutaan per bulannya," tutur mantan atlet softball tersebut.
Reclined Twists Yoga (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Reclined Twists Yoga (Foto: Thinkstock)
Disela-sela perbincangan, Lisa bahkan memaparkan ambisinya yang lain. Yakni menjadi seorang chef. Tak tanggung-tanggung, ia sempat mengambil kelas memasak di Inggris selama setahun.
ADVERTISEMENT
"Saat balik ke Indonesia sempat melamar dibeberapa tempat. Tapi dibandingkan dengan pengahasilanku sekarang sebagai instruktur beda sekali, sementara dapur harus ngebul. Saya kan punya tanggungan anak yang sekolah dan lain-lain," sahutnya.
Fleksibilitas waktu menjadi seorang instruktur kebugaran membuat Lisa lebih memiliki waktu yang lebih banyak untuk keluarga.
"Jadi ya untuk saat ini, saya kadang bikin kursus memasak private dikalangan teman-teman dekat saja. Jadi ngajar private iya, ambisi memasak juga jalan," tutup Lisa mengakhiri perbincangan.