Makan Sehat dan Olahraga Ternyata Wajib Diajarkan pada Anak Sejak Dini

14 Juni 2017 14:35 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi aktivitas anak (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aktivitas anak (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Kesibukan dan aktivitas yang padat diperkotaan besar membuat banyak orang jadi tak punya waktu untuk berolahraga. Pola makan pun jadi berantakan.
ADVERTISEMENT
Semua karena pengaruh modernisasi zaman yang serba cepat dan praktis. Hal ini otomatis turut mempengaruhi kepribadian dan kebiasaan manusia, termasuk kamu.
Kebiasaan mengandalkan teknologi dan segala fasilitas yang memudahkan hidup sudah menjangkiti anak kecil, dewasa, hingga orang tua.
Coba kamu ingat-ingat lagi.
Saat masih kecil dulu, kamu pasti banyak menghabiskan waktu untuk bermain di luar ruangan. Entah kejar-kejaran, petak umpet, lompat karet, dan sebagainya. Bandingkan dengan anak kecil yang lahir pada era 2000-an.
Lahir pada saat teknologi sudah merajalela, anak kecil saat ini lebih senang memainkan gadget. Sepulang sekolah dan ketika sudah menyelesaikan pekerjaan rumah, gadget jadi benda nomor satu yang dicari. Komputer dengan segala kecanggihannya dan tayangan elevisi juga jadi magnet kuat bagi anak-anak.
ADVERTISEMENT
Akibatnya?
Anak kini jadi lebih banyak duduk dan minim gerak. Aktivitas fisik yang dilakukan anak pada masa ini jadi jauh berkurang.
Dan hal yang sama juga berlaku bagi orang dewasa, khususnya pekerja kantoran yang sibuk. Seharian duduk diam di depan komputer dengan sederet camilan tersedia lengkap di atas meja mungkin sudah jadi kebiasaan sehari-hari.
Sebaiknya, ubah kebiasaan buruk yang satu ini jika kamu tak ingin terkena obesitas. Karena obesitas atau kegemukan merupakan pintu bagi segala penyakit. Dan obesitas bisa terjadi jika kamu tidak menjalani pola kehidupan yang sehat.
Berdasarkan Riskesdas 2013, penyakit tidak menular (PTM) jadi penyebab kematian utama di Indonesia. Yang menempati urutan pertama adalah hipertensi atau darah tinggi (25,8%), disusul dengan obesitas (15,4%), stroke (12,1%), diabetes (2,3%), dan jantung koroner (1,5%) di peringkat lima.
ADVERTISEMENT
"Penyebabnya adalah malas gerak, tidak suka makan sayur, merokok, dan minum alkohol," papar Dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM, Direktur Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. "Usia produktif (di Indonesia) memang banyak, tapi terancam PTM jika pola hidupnya tidak baik. (Semua penyakit) berangkatnya dari kegemukan atau kurang gizi, masyarakat kita sudah tahu tapi enggak peduli, pedulinya kalau udah sakit," ujar dr. Lily menyayangkan.
"Untuk menjadi tua dan sehat itu harus dipikirkan dan dipersiapkan sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan," sambungnya lagi saat ditemui kumparan di RPTRA Taman Kenanga, Cideng, Jakarta Pusat, pada Selasa (13/6).
Oleh karena itu, kebiasaan makan yang sehat dan rutin berolahraga harus sudah ditanamkan pada anak sejak kecil, agar kebiasaan baik ini tetap tertanam hingga ia dewasa nanti. Dalam hal ini, peran orang tua sebagai role model atau panutan jadi sangat penting.
ADVERTISEMENT
"Dalam sehari, tubuh maksimal membutuhkan 50 gram gula, setara dengan empat sendok makan. Lemak diwakili oleh minyak goreng sebanyak lima sendok makan, garam satu sendok teh," sambung dr. Lily mencontohkan. Sayangnya, banyak orang tua yang tak tahu akan hal ini.
Anak kerap dipaksa untuk makan meski mereka sudah merasa kenyang, melebihi kebutuhan kalori dan gizi hariannya. Inilah yang jadi pemicu maraknya obesitas dan diabetes pada anak kecil belakangan ini.
"Kalau ada anak tetangga yang kecil gemuk, dan ada garis hitam pada leher, itu tandanya kadar insulinnya tinggi," papar dr. Michael Triangto, Sp.Ko, pada kesempatan yang sama. Jika sudah muncul tanda ini, maka orang tua sebaiknya berhati-hati dan mulai mengatur pola makan si kecil. "Mulai dari makan dan minum yang sehat, makan sayur dan buah seimbang, dan minum air putih," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Mengajak anak untuk berolahraga juga amat disarankan. "Caranya, jangan bilang 'ayo kamu harus olahraga biar kurus', anak pasti males. Kamu bisa mengajak dengan cara 'kita pergi main yuk", dan lakukan permainan yang banyak menggerakkan tubuh," anjur dr. Michael.
"Karena anak mana sih, yang enggak suka main? Bisa ajak dia main layangan atau aktivitas ruang lainnya," tutupnya sambil tersenyum. Jika pola hidup sehat sudah dimulai sejak kecil oleh keluarga, kecil kemungkinan penyakit PTM akan menyerang.