Peneliti Kembangkan Obat Penunda Rasa Lapar untuk Mengurangi Obesitas

24 Oktober 2017 16:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cairan obat berisi protein  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cairan obat berisi protein (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Seseorang yang memiliki tingkat nafsu makan tinggi tentu akan selalu merasa lapar. Biasanya, rasa lapar yang terus dirasakan akan membuat mereka melahap lebih banyak makanan dan mengakibatkan meningkatnya berat badan.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang lantas dikhawatirkan oleh para peneliti. Setiap tahun, kasus obesitas terus meningkat, terutama di negara Amerika.
Melihat semakin banyaknya orang yang terkena obesitas, para peneliti akhirnya mengembangkan sebuah obat yang mampu membuat seseorang mengabaikan rasa lapar yang sedang dirasakannya. Dilansir The Daily Meal, obat ini akan mulai bereaksi saat disuntikkan ke dalam tubuh.
Ilustrasi kelaparan (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kelaparan (Foto: Thinkstock)
Cairan obat yang berisi protein ini akan masuk ke tubuh dan mempengaruhi hasrat seseorang untuk bersantap. Protein akan berbaur dengan neuron yang ada di sistem pencernaan.
Nantinya, proses ini menghasilkan sebuah sinyal yang akan mengirimkan pesan 'kenyang' pada otak. Kemudian, otak tak akan lagi memberikan sinyal lapar pada tubuh seseorang.
Sebelumnya, penelitian ini telah diuji coba pada beberapa monyet. Obat suntik dengan nama GDF15 ini diinjeksikan ke tubuh monyet selama enam minggu.
ADVERTISEMENT
Hasilnya pun cukup mencengangkan, sebesar 10 persen lemak di tubuh mereka berkurang secara signifikan. Hal ini disebabkan karena monyet-monyet itu mendapat stimulasi dari hasil injeksi, yang membuat mereka hanya mampu mengkonsumsi sebagian makanan dalam satu hari.
Ilustrasi merasa lapar di malam hari (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi merasa lapar di malam hari (Foto: Thinkstock)
Meski sudah diuji coba pada monyet, namun penelitian ini belum pernah diuji coba langsung ke tubuh manusia. Selain itu, penelitian ini juga dianggap kurang kompeten, karena sejatinya berat badan yang berhasil turun akan kembali normal saat porsi makan mulai bertambah.
Hal ini berkaitan dengan sistem metabolisme tubuh yang harus beradaptasi. Otak juga akan mengalami perubahan kimia yang menyebabkan tubuh membutuhkan waktu lebih lama dalam menurunkan berat badan. Jadi, meskipun sudah diberikan injeksi, rasa lapar memang tak akan terasa, tetapi efek dari obat ini juga tidak akan bertahan lama.
ADVERTISEMENT