Riset: Generasi Milenial Tak Bekerja Hanya untuk Gaji

22 November 2017 10:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi galau. (Foto: Xavier Sotomayor/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi galau. (Foto: Xavier Sotomayor/Unsplash)
ADVERTISEMENT
Resign, enggak, resign, enggak, resign, enggak, resign… Jadi, resign apa enggak, nih?!
ADVERTISEMENT
Well, kebimbangan macam itu tak pelak pernah menimpa banyak orang, tak cuma generasi milenial alias kids jaman now, yakni mereka yang kini berusia antara 15-35 tahun.
Tapi, generasi milenial mendapat stempel lebih kuat soal tabiat berpindah-pindah tempat kerja. Mereka disebut pencari kerja instan, dengan banyak di antaranya mengambil pekerjaan di luar bidang keilmuan yang telah dipelajari.
Tapi apakah stereotip itu benar? Menurut beberapa riset, ternyata tidak juga.
Penelitian Revolution Foundation, organisasi asal Inggris, yang dirilis Februari 2017 menunjukkan, hanya 1 dari 25 anak milenial yang berpindah tempat kerja setiap tahunnya.
Dikutip dari BBC, generasi X yang kini berusia antara 35-55 tahun--satu generasi di atas generasi milenial--justru dua kali lebih sering berpindah-pindah kerja dari anak milenial. Finansial menjadi faktor utama generasi X berpindah tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Dengan berpindah kantor, umumnya pendapatan mereka meningkat sebesar 15 persen. Selain itu, berpindah tempat kerja juga diyakini bakal menambah keahlian baru, dan makin mengukuhkan keyakinan akan tempat kerja yang mereka inginkan.
April tahun ini, Pusat Riset Pew yang berbasis di Washington, D.C. merilis laporan, pekerja di Amerika Serikat yang berusia 18-35 tahun ternyata memiliki “tingkat kecenderungan kesetiaan terhadap kantor” yang sama dengan generasi X.
Sejumlah temuan di lapangan bahkan menyebutkan generasi milenial bisa lebih “loyal” di kantor ketimbang generasi X.
Analis Laura Gardiner seperti dilansir BBC juga mengatakan, “Anak muda sekarang semakin jarang berpindah pekerjaan, salah satu faktornya karena mereka punya penghasilan lebih besar daripada generasi sebelumnya.”
Laporan tersebut berkorelasi dengan riset tempat kerja yang digelar di AS tahun 2016, dan dilansir dalam Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) pertengahan Januari 2017.
ADVERTISEMENT
Studi tersebut membantah anggapan generasi milenial merupakan generasi yang malas. Mereka bahan terbukti pekerja keras (workaholic). Generasi gila teknologi ini menganggap pengembangan karier sebagai faktor paling penting dalam bekerja.
Milenial. (Foto: flickr/@StateFarm)
zoom-in-whitePerbesar
Milenial. (Foto: flickr/@StateFarm)
Generasi milenial juga disebut optimistis dan tak mudah putus asa. Berdasarkan survei tersebut, dari 26.000 responden milenial, 70 persennya berpandangan dunia ini penuh dengan peluang. Ini menepis stereotip bahwa generasi milenial memiliki jiwa pesimistis dalam bekerja.
Hal lain yang tak kalah penting: riset tersebut memperlihatkan bahwa generasi milenial tak hanya bekerja untuk gaji. Mereka menginginkan sebuah tujuan, misi, dan makna.
Generasi milenial pun tak sekadar mengejar kepuasan diri dalam bekerja, melainkan pengembangan diri seperti telah disinggung di atas. Mereka senang jika memiliki mentor atau senior yang mau dan mampu memberikan arahan, pelajaran, serta membantu dalam memahami dan membangun kekuatan diri mereka.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut karena bagi generasi milenial, pekerjaan bukan sekadar bekerja, tapi bagian dari hidup mereka yang sehari-hari digeluti.
“Mereka bertanya, ‘Apakah nilai kekuatan dan kontribusi saya pada organisasi ini nilai? Apakah organisasi ini memberi saya kesempatan untuk melakukan yang terbaik bagi saya setiap hari?’ Karena untuk milenial, pekerjaan tak lagi hanya pekerjaan. Itu juga hidup mereka,” demikian kutipan laporan tersebut.
Meillant, milenial yang juga konsultan sumber daya manusia di Paris, misalnya berkata, “Saya suka dengan apa yang saya lakukan. Jika klien menelepon saya pukul 10 malam, mungkin itu akan mengganggu saya jika terjadi setiap hari. Tapi jika sesekali, saya sangat senang karena saya dapat membantu sesuatu yang penting untuk mereka.”
Milenial dan teknologi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Milenial dan teknologi. (Foto: Thinkstock)
Generasi milenial tentu saja memanfaatkan kemajuan teknologi untuk bekerja--dan memperoleh pekerjaan. Mereka berselancar di Google, memasang aplikasi pencari kerja di ponsel, dan akan langsung melamar jika menemukan penerjaan yang diminati atau dirasa cocok. Tak perlu lagi mendatangi satu per satu perusahaan yang diincar.
ADVERTISEMENT
Teknologi bahkan memungkinkan mereka bekerja dengan fleksibel. Monemvasiotis misalnya, setiap harinya bekerja di rumah dengan bermodalkan laptop dan ponsel. Ia pemuda asal Yunani pendiri Pied Piper Picture dan Eleven Campaign yang kini tinggal di London, Inggris.
Berdasarkan survei tahun 2017, 7 dari 10 orang generasi milenial lebih memilih bekerja full time. Ini kembali membantah anggapan bahwa mereka generasi pemalas.
Penelitian lain di Inggris dan AS menunjukkan, generasi milenial sama tekunnya, atau bahkan lebih tekun, dibanding pendahulunya, generasi X.
Namun bagaimana dengan kondisi spesifik kaum milenial di Indonesia? Tunggu ulasannya di artikel selanjutnya, ya ;)
Infografis Mengenal Millennial di Dunia Kerja (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Infografis Mengenal Millennial di Dunia Kerja (Foto: Bagus Permadi/kumparan)