90% Karyawan IT dan Cyber Security Alami Burnout Juga Kelelahan

12 Juli 2024 11:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi burnout. Foto: Chaay_Tee/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi burnout. Foto: Chaay_Tee/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebanyak 90% karyawan bidang IT dan keamanan siber di Asia Pasifik dan Jepang, mengalami burnout dan kelelahan, menurut laporan riset yang dilakukan perusahaan solusi keamanan siber Sophos yang bekerja sama dengan Tech Research Asia (TRA).
ADVERTISEMENT
Para karyawan ini merasakan burnout hampir di semua aspek operasional, dengan 30% di antaranya menyatakan bahwa perasaan burnout meningkat secara "signifikan" dalam 12 bulan terakhir.
Sebanyak 41% responden merasa bahwa burnout membuat mereka "kurang teliti" dalam bekerja. Bahkan, 17% dari mereka mengidentifikasi bahwa burnout dan kelelahan berkontribusi, bahkan bertanggung jawab secara langsung, atas terjadinya serangan siber pada perusahaan. Sementara itu, 17% perusahaan mengalami pelambatan dalam menanggapi insiden keamanan dibandingkan dengan rata-rata.

Berikut ini sejumlah temuan menarik dalam riset Sophos dan TRA terkait burnout dan kelelahan yang dialami karyawan IT dan cyber security:

ADVERTISEMENT

Laporan riset juga mencatat ada 5 penyebab utama burnout dan kelelahan yang dialami para karyawan IT dan keamanan siber:

Menurut Aaron Bugal, Field CTO Sophos, stabilitas kinerja karyawan adalah hal yang amat penting untuk membangun pertahanan yang solid bagi bisnis, di tengah upaya perusahaan berjuang dalam kondisi kekurangan keahlian dalam bidang keamanan siber dan banyaknya serangan siber yang makin kompleks.
Dia mengakui bahwa tidak ada solusi yang mudah terkait masalah tersebut. Mengubah pola pikir terhadap masalah tersebut, disebut akan berdampak signifikan dalam mengidentifikasi kebutuhan untuk mengembangkan bisnis yang tahan pada serangan siber.
ADVERTISEMENT
"Dewan dan eksekutif perusahaan perlu mendorong perubahan dan menuntut tanggung jawab dari para individu yang bertugas, guna mencapai tata kelola yang lebih baik terkait pendekatan keamanan siber. Mereka perlu dengan jelas menyampaikan akuntabilitas dalam mengembangkan dan mempertahankan rencana, karena keamanan siber menjadi suatu hal interaktif," tambah Aaron.
Studi ini melibatkan 919 respons dari Australia (204 perusahaan), India (202), Jepang (204), Malaysia (104), Filipina (103), dan Singapura (102).
Ilustrasi pusat data. Foto: Gorodenkoff/Shutterstock

Laporan Sophos dan TRA juga merinci dampak buruk dari kondisi karyawan IT dan keamanan siber yang alami burnout juga kelelahan pada operasional bisnis.

ADVERTISEMENT