Alasan PHK di Meta: Bakar Duit Bikin Metaverse hingga Iklan Turun

9 November 2022 17:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mark Zuckerberg bersaksi di depan sidang Komite  Foto: REUTERS/Aaron P. Bernstein
zoom-in-whitePerbesar
Mark Zuckerberg bersaksi di depan sidang Komite Foto: REUTERS/Aaron P. Bernstein
ADVERTISEMENT
Meta, induk perusahaan yang menaungi Facebook, Instagram, dan WhatsApp, dikabarkan mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya. Pemecatan dilakukan mulai Rabu (9/11) pagi waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Meta melepas lebih dari 11.000 orang, atau sekitar 13 persen dari tenaga kerjanya. PHK dilakukan di seluruh departemen di Meta, dengan beberapa divisi seperti rekrutmen terdampak lebih besar dibandingkan yang lain.
"Saya tahu ini sulit untuk semua orang, dan saya sangat menyesal untuk mereka yang terkena dampak," tulis Zuckerberg dalam surat kepada karyawan.
Laporan the Wall Street Journal (WSJ) yang berasal dari sumber terdekat dengan isu ini mengatakan CEO Mark Zuckerberg sudah melakukan pertemuan dengan ratusan eksekutif Meta terkait PHK pada Selasa (8/11). Zuckerberg disebut sedih dalam pertemuan itu, dan mengaku bertanggung jawab atas kesalahan langkah perusahaan dan optimismenya yang berlebihan soal pertumbuhan hingga menyebabkan kelebihan jumlah staf.
Pria berusia 38 tahun itu menggambarkan PHK ini cukup luas, sembari menyinggung tim rekrutmen dan bisnis sebagai di antaranya yang terdampak. Rencana PHK akan diumumkan secara internal pada Rabu (9/11), sekitar pukul 06.00 waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Kepala sumber daya manusia di Meta, Lori Goler, mengatakan karyawan yang kehilangan pekerjaan akan diberikan setidaknya empat bulan gaji sebagai pesangon, menurut laporan WSJ.
Mark Zuckerberg perkenalkan Meta sebagai nama brand baru Facebook. Foto: Facebook

Apa alasan Meta PHK karyawan?

Sebelumnya, Zuckerberg sudah mewanti perusahaannya akan mengurangi pengeluaran dan jumlah staf pada September 2022 lalu. Kala itu, ia menyinggung lesunya ekonomi global dan melambatnya pertumbuhan dalam belanja iklan.
Dan benar saja, laporan keuangan Meta untuk kuartal ketiga 2022 yang rilis akhir Oktober 2022 lalu tidak terlalu mulus. Meta hanya meraup pendapatan 27,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 433 triliun), alias turun 4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pemasukan sebagian besar berasal dari iklan. Dari laporan yang sama, bisnis iklan Meta menyumbang 27,2 miliar dolar AS (sekitar Rp 425 triliun).
ADVERTISEMENT
Meta juga tekor besar di Reality Labs, divisi yang menangani Metaverse. Kerugian di sektor ini mencapai 3,6 miliar dolar AS (sekitar Rp 57,4 triliun).
Meski rugi, Zuckerberg tetap ngotot membangun dunia virtual andalannya itu. Pengeluaran untuk pengembangannya tumbuh menjadi 33 persen dari ongkos yang dikeluarkan Meta di periode kuartal ketiga tahun ini, naik dari 20 persen tahun lalu.
Avatar metaverse Mark Zuckerberg. Foto: Dok. Meta
Investor Meta memang sudah lama mengharapkan perubahan dramatis di tengah harga saham Meta yang terus terjun bebas (saat ini 96,48 dolar AS per Rabu, 9 November 2022). Sebelumnya, investor Meta seperti Brad Gerstner, CEO Altimeter Capital, mengungkapkan keberatan atas investasi besar-besaran Meta terhadap Metaverse, dan merekomendasikan mengurangi jumlah karyawan hingga 20 persen.
ADVERTISEMENT
Untuk mulai menutup kerugian ini, ada kemungkinan Zuckerberg akan memangkas pengeluaran untuk usaha memperluas ekosistem Facebook dan Instagram secara bertahap. Ini sudah dilakukan Meta mulai dengan menyetop fitur belanja online di video live streaming Facebook, fitur serupa di TikTok, pada Agustus 2022 lalu hingga menghentikan platform newsletter langganan, Bulletin, pada Oktober 2022.
"Pada 2023, kami akan fokus investasi pada sejumlah kecil area pertumbuhan prioritas tinggi. Jadi itu berarti beberapa tim akan tumbuh secara berarti, tetapi sebagian besar tim lain akan tetap datar atau menyusut selama tahun depan," kata Zuckerberg, seperti dikutip Fortune.
Sekarang, PHK massal karyawan Meta terpaksa dilakukan karena salah langkah perusahaan dan optimisme berlebihan Zuckerberg.