Cover Gadget Edisi 3 - Rubrik Premium

Alasan Semua Brand Bikin Smartphone Premium Rp 7 Jutaan

28 Januari 2020 16:30 WIB
comment
108
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gadget edisi 3, rubrik Premium Foto: Rangga Sanjaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gadget edisi 3, rubrik Premium Foto: Rangga Sanjaya/kumparan
Ada satu tren yang saat ini diterapkan hampir semua produsen smartphone. Alih-alih membanderol smartphone andalan dengan harga belasan juta, mereka membuat satu segmentasi baru untuk smartphone premium di harga Rp 7 jutaan.
Kita dapat menyebut beberapa produsen yang membuka segmentasi harga ini. Asus, misalnya, menjual Zenfone 6 dengan harga Rp 7 juta. Kemudian ada X2 Pro milik Realme (Rp 7,8 juta), Xiaomi dengan Mi Note 10 Pro-nya (Rp 7 juta), sampai Oppo Reno 2 (Rp 8 juta).
Meski harganya Rp 7 juta sampai Rp 8 jutaan, keempat smartphone tersebut hadir dengan spesifikasi yang bersaing dengan smartphone flagship. Asus Zenfone 6 dibekali dengan Snapdragon 855, sedangkan Realme X2 Pro hadir dengan Snapdragon 855 Plus.
Adapun Oppo Reno 2 dan Xiaomi Mi Note 10 Pro pakai Snapdragon 730G. Namun, kedua smartphone itu memaksimalkan fitur kamera. Reno 2 bisa menghasilkan foto dan video yang gemilang. Lalu Mi Note 10 Pro punya kamera utama beresolusi 108 MP, menjadikannya smartphone dengan megapixel terbesar yang pernah ada sampai Januari 2020.
Layar Xiaomi Mi Note 10 Pro. Foto: Faisal Rahman/kumparan
Keempat smartphone ini membuktikan bahwa smartphone premium tak perlu berharga belasan juta rupiah. Nilai rata-rata mereka bahkan hanya separuh harga jual Samsung Galaxy S10 yang dibanderol mulai dari Rp 13 juta.
Menurut Lucky Sebastian, pengamat gadget yang terkenal dengan akun @gadtorade di Twitter, fenomena smartphone high-end berharga ‘murah’ memang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Dia menyebut bahwa segmentasi ini sebagai kelas ‘flagship killer’.
“Percobaan untuk membuat smartphone flagship dengan harga lebih terjangkau, sudah mulai hampir 6 tahun lalu, dengan istilah flagship killer,” kata Lucky, saat dihubungi kumparan, Senin (13/1).
Lucky menjelaskan, smartphone flagship saat ini memang memiliki harga yang cukup mencengangkan. Sebagai contoh, seri Galaxy S dan Note dari Samsung, atau iPhone terbaru dari Apple, selalu tembus di atas Rp 10 juta. Oleh karena itu, vendor berlomba-lomba mencari cara untuk membuat smartphone kelas flagship, tapi dengan harga lebih bersahabat.
Samsung Galaxy Note 10 Lite. Foto: Muhammad Fikrie/kumparan
Berbeda dengan definisi Lucky, Risky Febrian, seorang market analyst dari lembaga riset IDC Indonesia, menyebut segmentasi smartphone premium di kisaran Rp 7 jutaan sebagai smartphone ‘mid-to-high end’. Segmentasi tersebut, kata dia, merupakan strategi yang diciptakan merek smartphone China untuk berkompetisi melawan dominasi Samsung di kelas smartphone premium.
“Dalam taksonomi riset IDC, kategori harga ini masuk dalam rentang Mid-to-High End, di mana rentang harganya berkisar antara Rp 5,5 juta - 8,5 juta. Beberapa kuartal belakangan memang terjadi pertumbuhan dalam segmen harga ini, walaupun pertumbuhannya tidak setinggi pada segmen Mid-range (200 dolar AS < 400 dolar AS),” kata Rizky kepada kumparan, Senin (13/1).
“IDC melihat ini adalah strategi dari para vendor asal China untuk dapat menghadirkan produk di rentang harga yang lebih luas dan menantang dominasi Samsung di dalamnya, karena dari waktu ke waktu Samsung berhasil mendominasi persaingan smartphone kelas High-End,” sambungnya.
Meski punya spesifikasi yang premium dan punya harga yang kompetitif, Risky tak yakin bahwa smartphone di segmentasi ini benar-benar dapat merusak dominasi Samsung. Sebabnya, konsumen pada segmentasi high-end masih melihat brand atau merek sebagai salah satu faktor terpenting saat membeli perangkat.
Realme X2 Pro. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Oleh karena itu, dalam aspek spesifikasi dan harga, smartphone flagship Samsung dan Apple boleh jadi tersaingi, namun dalam urusan kepercayaan konsumen, keduanya punya posisi yang lebih mapan ketimbang produsen smartphone asal China tersebut.
“Disinilah letak tantangan bagi para vendor asal China untuk dapat meningkatkan brand image mereka sehingga dapat bersaing dengan produk-produk flagship dari Samsung dan Apple,” pungkas Risky.

Trade-off Smartphone Premium Murah

Senada dengan Risky, Lucky juga menyebut bahwa ‘flagship killer’ akan tetap tertinggal dengan merek yang sudah punya citra mapan. Namun, dia tak mendasarinya pada kemapanan citra brand itu sendiri.
Menurut Lucky, inovasi ‘flagship killer’ dalam beberapa aspek akan selalu tertinggal dengan smartphone flagship Samsung atau Apple. Hal ini karena segmentasi flagship killer memangkas biaya penelitian dan pengembangan (RnD) mereka agar dapat memberikan harga jual yang bersaing.
“Spek yang bagus dan harga yang lebih terjangkau ternyata selalu ada trade-off. Bahkan flagship killer yang termasuk paling berhasil, One Plus, semakin ke sini tidak bisa lagi mempertahankan harga seperti awal ketika diperkenalkan, harganya juga semakin tidak killer,” ungkap Lucky.
"Ini salah satunya karena flagship seperti Samsung atau iPhone menaikkan standar teknologi yang diusungnya. Teknologi-teknologi baru ini senantiasa membutuhkan biaya RnD yang besar, sehingga akhirnya menembus angka di atas 1.000 dolar AS,” sambungnya.
Bagian depan Oppo Reno 2. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Oleh karena itu, kata Lucky, vendor yang berusaha membuat versi flagship terjangkau pun pada akhirnya harus banyak berkompromi perihal kebaruan teknologi yang digunakan.
Sebagai contoh, kita dapat menyebut tiga smartphone 'flagship killer' yang telah disebutkan di atas. Meski Asus dan Realme memakai prosesor terbaik dari Qualcomm tahun 2019, yakni Snapdragon seri 855, namun keduanya tak begitu memperhatikan aspek kamera.
Asus Zenfone 6 hadir dengan kamera utama 48 MP, sedangkan Realme X2 Pro mengandalkan kamera utama 64 MP. Kedua kamera tersebut telah umum dipakai oleh para pesaingnya selama tahun 2019, dan bisa dibilang tak menghadirkan satu kebaruan yang benar-benar memukau.
Adapun Mi Note 10 Pro hadir dengan kamera utama beresolusi 108 MP. Xiaomi boleh berbangga diri dengan kamera utama smartphone itu, tapi prosesor yang digunakan masih Snapdragon 730G, yang notabene merupakan prosesor besutan Qualcomm untuk smartphone kelas menengah.
Kamera belakang Xiaomi Mi Note 10 Pro. Foto: Faisal Rahman/kumparan
"Flagship yang mahal-mahal itu, hampir semua kemampuannya merata. Walau benchmark performance mungkin bukan paling atas, setidaknya masuk 10 besar, dan ketika digunakan bisa untuk bekerja sehari-hari dan tetap sangat bertenaga untuk bermain game," jelas Lucky.
"Kamera pada flagship juga mungkin bukan skor tertinggi DxOmark, tetapi tidak ada yang mengatakan hasilnya jelek atau tidak kelas atas," sambungnya.
Oleh karena itu, menurut Lucky, kehadiran flaghsip terjangkau sampai saat ini belum bisa menggantikan flagship yang sesungguhnya. Meski begitu, keberadaan 'flagship killer' memang dibutuhkan untuk mengisi celah bagi konsumen yang ingin mendapatkan smartphone yang punya keunggulan premium di beberapa aspek tertentu.
Sebagai contoh, seorang gamer bakal memilih smartphone dengan performa yang baik, tapi mungkin tak mementingkan aspek kamera. Di sisi lain, mereka yang ingin punya smartphone dengan kamera bagus mungkin tak begitu mementingkan aspek performa prosesor kebut untuk bermain game.
Ilustrasi ambil foto dalam pesawat Foto: Shutter Stock
Dengan demikian, segmentasi flagship dengan harga terjangkau ini hanya membuat kelas 'flaghship' lain, yang sekilas memiliki spesifikasi yang sama dengan flagship yang berharga mahal. Tujuannya adalah untuk sebagian orang yang membutuhkannya.
"Tetapi flagship sekelas Samsung dan Apple, memang menawarkan kelas yang berbeda, dan satu yang selalu tidak ada di spek adalah kebanggaan brand atau kelas status bagi penggunanya. Ini tidak bisa didapat dalam waktu singkat dan hanya dari sekedar mengejar spek," kata Lucky.
"Sebagian mungkin tak habis pikir, tetapi memang itu yang terjadi dan tidak bisa dipungkiri," pungkasnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten