Alibaba Bantu Digitalisasi Toko Ritel di China Agar Lebih Praktis
ADVERTISEMENT
Ada anggapan e-commerce telah 'mengganggu' industri ritel konvensional dengan segala kemudahan berbelanja yang ditawarkan. Tidak ingin mendapatkan gelar 'perusak pasar', Alibaba mencoba merangkul para ritel sebagai mitra mereka.
ADVERTISEMENT
Upaya tersebut coba perusahaan realisasikan dalam 'New Retail', sebuah konsep yang menggabungkan dan mengintegrasikan perdagangan offline dan online. Hal ini bertujuan membantu ritel konvensional untuk merestrukturisasi dan meningkatkan operasional bisnisnya agar bisa bertahan dan sukses di era digital.
Peritel yang ikut program ini bisa memanfaatkan teknologi yang dimiliki Alibaba, mulai dari e-commerce Taobao Mall atau Tmall hingga pembayaran nontunai Alipay. Dengan begitu pelanggan bisa menikmati pengalaman berbelanja yang semakin praktis.
Konvensional ke Digital
Ada banyak contoh yang sudah diimplementasikan dalam program New Retail, salah satunya adalah restoran Wu Fang Zhai. Restoran 24 jam ini menerapkan pengalaman 'self service' melalui teknologi Alibaba.
Pelanggan dapat memesan dan membayar pesanan mereka via aplikasi Koubei dan Alipay milik Alibaba. Semua dilakukan secara mandiri tanpa harus mengantre.
Restoran dilengkapi dengan mesin berlayar untuk pengguna yang ingin mengakses menu, memesan produk yang diinginkan, dan bayar dengan Alipay, langsung di toko. Ada juga permainan augmented reality yang memungkinkan pelanggan memenangkan kupon diskon sembari menunggu makanannya selesai.
ADVERTISEMENT
"(Pendapatan) 40 persen naik sejak restoran didigitalisasi mulai Januari 2018," ucap Liszt, juru bicara Ant Financial (pengembang aplikasi Koubei dan anak usaha Alibaba). "Tidak ada perubahan harga sebelum dan sesudah digitalisasi."
Liszt berkata sekarang restoran Wu Fang Zhai memiliki total 400 ritel yang tersebar di seluruh daratan China, dengan enam di antaranya sudah mengadopsi sistem digitalisasi ini. Butuh waktu dua bulan untuk menerapkan sistem digital di restoran ini, termasuk renovasi.
"Dulu pemesanan hingga (pelanggan) makan bisa butuh waktu 1,5 jam. Sekarang bisa 16 sampai 18 menit," aku Liszt.
Selain restoran Wu Fang Zhai, ritel yang telah merasakan langsung manfaat sistem New Retail Alibaba adalah toko teh pintar Hangzhou Cha Chang. Sama seperti Wu Fang Zhai, pelayanan di sini dibantu oleh aplikasi Tmall dan Alipay.
Tidak hanya itu, rak produk di Hangzhou Cha Chang juga dilengkapi dengan sensor yang menampilkan informasi produk saat produk dipilih.
ADVERTISEMENT
Contoh lain berikutnya adalah Home Times, ritel furnitur dan kebutuhan rumah tangga. Dengan smartphone di tangan, pelanggan bisa pindai QR code setiap barang yang dipajang untuk lihat deskripsi hingga bayar.
Setiap produk yang ada di Home Times tersedia di Tmall, sehingga pelanggan bisa beli secara online kemudian mengambil barangnya di Home Times. Pelanggan yang belanja langsung di tempat tidak perlu repot membawa barang yang dibeli karena Home Times juga menyediakan layanan pengiriman ke rumah.
Supermarket Hema model awal dari sistem New Retail
Walau program New Retail baru mulai diterapkan pada 2017 lalu, namun Alibaba sudah memperkenalkan konsep tersebut pada 2015 melalui supermarket Hema. Hema menerapkan konsep supermarket digital dengan menawarkan layanan 3 in 1 berbasis teknologi: pengantaran pesanan online, pembelian langsung di tempat, dan konsumsi produk secara langsung.
Semua produk di Hema diklaim segar karena dikemas dan dikirim langsung dari tempat asalnya di China untuk menjaga kualitas produk. Produk diganti setiap harinya dengan yang baru sehingga kesegarannya terjamin.
Menariknya, Hema juga menawarkan jaminan pengembalian di mana produk bisa pelanggan kembalikan sebelum tanggal kedaluwarsa melalui aplikasi Hema. Kurir nanti akan mengambil produk yang dikembalikan dari rumah pelanggan.
ADVERTISEMENT
Alibaba mengklaim saat ini mereka memiliki 40 toko Hema yang tersebar di 10 kota di China, yaitu Shanghai, Beijing, Ningbo, Shenzhen, Hangzhou, dan Guiyang.