Apple Bikin Donald Trump Marah Besar, Mengapa?

21 Januari 2020 20:42 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO Apple, Tim Cook, dan Presiden AS, Donald Trump. Foto: Carlos Barria/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
CEO Apple, Tim Cook, dan Presiden AS, Donald Trump. Foto: Carlos Barria/Reuters
ADVERTISEMENT
Perusahaan teknologi Apple kena marah Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Lewat cuitan di Twitter, Trump mengecam perusahaan yang didirikan Steve Jobs itu karena telah menolak permintaannya untuk membantu FBI membuka dua iPhone yang digunakan pria bersenjata di Pangkalan Angkatan Laut AS di Pensacola, Florida, pada Desember 2019.
ADVERTISEMENT
Dalam cuitannya itu, Trump menyindir Apple seolah perusahaan teknologi itu tidak tahu terima kasih. Ia menyinggung soal dirinya selalu membantu bisnis perusahaan, namun kini Apple tidak mau membalas jasanya.
"Saya selalu membantu Apple soal perdagangan dan banyak isu lainnya. Tapi kok mereka menolak membantu pemerintah untuk membuka iPhone yang digunakan pembunuh, pengedar narkoba, dan pelaku kriminal lainnya," ungkap Trump.
Pemerintah AS sendiri memberlakukan kenaikan tarif impor barang yang berasal dari China. Namun, Trump memberikan pengecualian untuk produk Apple yang diproduksi di Negeri Tirai Bambu. Itu sebabnya Trump merasa Apple sudah seharusnya berpartisipasi dan membantu negara asalnya dalam memerangi kejahatan.
Amarah Trump ini dicurahkan setelah Jaksa Agung AS William Barr menyatakan bahwa Apple tidak bersedia membantu penyelidikan dengan teknologi yang ia miliki. Namun, pernyataan itu tidak sepenuhnya benar. Apple telah memberikan klarifikasi tentang tuduhan tersebut.
ADVERTISEMENT
Perusahaan mengatakan, pihaknya telah memberikan bantuan yang dibutuhkan FBI berupa informasi dari iPhone pelaku penembakan. Informasi yang dimaksud adalah akun Apple, file backup iCloud, dan data transaksi dari beberapa akun yang terkait dengan perangkat milik pelaku.
Apple Store. Foto: Heinz-Peter Bader/Reuters
Namun, Apple memang tidak mengabulkan permintaan yang mengharuskan mereka membuka kunci iPhone tersebut. Menurut perusahaan, hal itu akan menciptakan backdoor alias celah enkripsi yang bisa saja disalahgunakan.
“Kami selalu menyatakan tidak ada yang namanya backdoor hanya untuk orang-orang baik. Backdoor juga dapat dieksploitasi oleh mereka yang mengancam keamanan nasional kita dan keamanan data pelanggan kita," kata Apple dalam keterangan resminya.
CEO Apple Tim Cook dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto: AFP/SAUL LOEB
Hal inilah yang membuat posisi Trump dan tim penyelidik merasa terjebak. Apple sendiri memang memiliki kebijakan untuk selalu melindungi privasi konsumen dengan menyebut enkripsi sangat penting untuk melindungi negara dan data pribadi pengguna.
ADVERTISEMENT
Masalah seperti ini bukan pertama kalinya terjadi. Pada 2016, Trump juga pernah membuat gerakan boikot Apple sebagai buntut dari penolakan yang sama dalam kasus penembakan di San Bernardino.