Bagaimana Kecerdasan Buatan Bisa Prediksi Virus Corona

27 Januari 2020 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wabah virus corona terus meluas tidak hanya di China, tapi juga ke negara-negara lain. Penyebaran novel coronavirus atau 2019-nCoV ini tergolong cepat sejak pertama kali dilaporkan kemunculannya oleh WHO pada awal Januari 2020.
ADVERTISEMENT
Hadirnya virus corona diklaim sudah diprediksi sebelumnya oleh perusahaan teknologi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) bernama BlueDot. Startup yang berbasis di Kanada itu, mengklaim telah mengetahui adanya virus corona sebelum diumumkan oleh WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Menurut laporan Wired, BlueDot sudah membuat berita tentang wabah virus corona kepada para penggunanya pada 31 Desember 2019. Sementara itu, WHO baru memberikan peringatan kepada masyarakat pada 9 januari terkait coronavirus dan CDC mengabarkan pada 6 Januari.
BlueDot merupakan platform pengawasan kesehatan asal Kanada. Mereka menggunakan algoritma yang digerakkan oleh teknologi kecerdasan buatan untuk menjelajahi laporan berita berbahasa asing, jaringan penyakit hewan dan tumbuhan, dan pernyataan resmi untuk memberikan peringatan terlebih dahulu kepada kliennya untuk menghindari zona berbahaya seperti dalam kasus ini Wuhan, China.
Aktivitas tim medis Rumah Sakit Wuhan, China saat merawat pasien terjangkit virus corona. Foto: THE CENTRAL HOSPITAL OF WUHAN VIA WEIBO /via REUTERS
Pendiri dan CEO BlueDot, Kamran Khan, mengatakan pemanfaatan AI bisa mempercepat penyampaian informasi wabah penyakit, melebihi cara konvensional. Ia mencontohkan para pejabat di China tidak memiliki rekam jejak yang baik dalam berbagi informasi tentang penyakit, polusi udara, atau bencana alam. Sedangkan WHO masih memanfaatkan data dari mereka.
ADVERTISEMENT
"Kami tahu bahwa pemerintah mungkin tidak dapat diandalkan untuk memberikan informasi secara tepat waktu. Kita dapat mengambil berita tentang kemungkinan wabah atau tentang indikasi beberapa peristiwa yang tidak biasa terjadi," ungkapnya.
Khan mengatakan algoritma BlueDot tidak menggunakan postingan media sosial, karena data itu terlalu acak. Tetapi ia memiliki satu trik, yakni dengan mengakses data tiket maskapai global yang dapat membantu memprediksi ke mana dan kapan warga yang terinfeksi menuju berikutnya.
Dan hasilnya diklaim benar, BlueDot ia sebut telah meramalkan bahwa novel coronavirus akan melompat dari Wuhan ke Bangkok, Seoul, Taipei, dan Tokyo, dalam beberapa hari setelah kemunculan awalnya.
Petugas medis menyemprotkan desinfektan di kacamata di Wuhan di Provinsi Hubei, China. Foto: Chinatopix via AP
Sebelumnya, Khan bekerja sebagai spesialis penyakit menular rumah sakit di Toronto selama wabah SARS berlangsung pada 2003. Ia bermimpi menemukan cara yang lebih baik untuk melacak penyakit. Virus SARS itu bermula di China dan menyebar ke Hong Kong dan kemudian ke Toronto, yang menewaskan 44 orang.
ADVERTISEMENT
"Ada sedikit dejavu sekarang," kata Khan tentang wabah coronavirus kali ini. “Pada tahun 2003, saya menyaksikan virus membanjiri kota dan melumpuhkan rumah sakit. Ada banyak kelelahan mental dan fisik, dan saya berpikir, jangan lakukan ini lagi," tuturnya.
Setelah menguji beberapa program prediktif, Khan meluncurkan BlueDot pada 2014 dan mengumpulkan modal 9,4 juta dolar AS. Perusahaan ini sekarang memiliki 40 karyawan, yang terdiri dari dokter dan programmer yang merancang program analisis pengawasan penyakit dengan menggunakan natural-language processing dan machine learning. Sistemnya akan menyaring laporan berita dalam 65 bahasa, bersama dengan data maskapai dan laporan wabah penyakit hewan.
Tim medis Rumah Sakit Wuhan, China berfoto di sela-sela merawat pasien terjangkit virus corona. Foto: THE CENTRAL HOSPITAL OF WUHAN VIA WEIBO /via REUTERS
Setelah penyaringan data otomatis selesai, giliran analisis manusia yang bekerja. Ahli epidemiologi memeriksa bahwa kesimpulan itu masuk akal dari sudut pandang ilmiah, dan kemudian laporannya dikirim ke klien pemerintah, bisnis, dan kesehatan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Laporan BlueDot kemudian dikirim ke pemerintah, maskapai penerbangan, dan rumah sakit tempat pasien yang terinfeksi. BlueDot mengaku tidak menjual data mereka kepada masyarakat umum, tetapi mereka mungkin akan melakukannya.

Pantau penyebaran virus corona

Untuk memantau penyebaran virus corona yang mematikan ini, bisa melihatnya melalui peta online buatan ilmuwan AS. Tim peneliti Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University lantas berinisiatif mengembangkan dashboard yang dilengkapi dengan peta online penyebaran virus corona.
Alat itu dapat memperlihatkan informasi resmi soal kasus coronavirus yang terkonfirmasi, jumlah penderita dan pasien sembuh, serta angka korban jiwa.
Peta online virus corona. Foto: Center for Systems Science and Engineering/Johns Hopkins University
Peta online penyebaran virus corona buatan tim peneliti CSSE ini bisa kalian lihat di sini: https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6
ADVERTISEMENT
Virus corona pertama kali muncul di Wuhan, China. Hingga berita ini ditayangkan, virus corona telah menewaskan 80 orang dan ada lebih dari 2.700 pasien yang terjangkit.