com-Ilustrasi UMKM

Bangga Buatan Indonesia, Begini Cara E-commerce Berdayakan UMKM Lokal

24 Juli 2020 19:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi UMKM Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi UMKM Foto: Shutterstock
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah penggerak ekonomi yang penting di Indonesia. Berdasarkan catatan Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Kemenkop UKM) pada 2018, sektor ini menguasai 99,99 persen pangsa pasar di Indonesia dengan unit usaha sebanyak 64,19 juta UMKM.
Oleh karena itu, memberdayakan UMKM adalah salah satu kunci untuk menggerakkan ekonomi Indonesia. Upaya tersebut hendak diwujudkan lewat program Kakak Asuh UMKM (KAU) yang dibuat oleh Kemenkop UKM bersama dengan SMESCO Indonesia dan Lazada.
Program Kakak Asuh UMKM merupakan upaya kolaboratif untuk mempercepat transformasi digital pelaku UMKM lokal. Melalui program ini, nantinya UMKM yang masih belum beroperasi secara digital akan dibimbing oleh ‘kakak asuh’ mereka yang terdiri dari para pelaku UMKM yang sudah terlebih dahulu menjalankan bisnisnya secara online di dalam e-commerce marketplace.
Menurut SVP Traffic Operations & Seller Engagement Lazada Indonesia, Haikal Bekti Anggoro, saat ini banyak UMKM bagus di Indonesia yang belum mengembangkan bisnis mereka ke arah digital. Berdasarkan catatan Kemenkop UKM, baru 13 persen UMKM yang menjalankan usaha mereka secara online. Masalahnya, tanpa transformasi digital tersebut, pangsa pasar UMKM itu masih terbatas, khususnya di masa pandemi corona seperti sekarang.
“Masih banyak banget itu jualan celengan ayam di pinggir jalan, mengandalkan (pembeli) orang (naik) mobil lewat doang. Waduh, bagaimana mereka mau selamat kalau lagi pandemi begini kan?” kata Haikal kepada kumparan, Jumat (10/7).
Belanja online di aplikasi Lazada. Foto: Dok. Lazada
Haikal menjelaskan, program Kakak Asuh UMKM berbeda dengan Lazada Club dan Lazada University yang ada di platform Lazada. Lazada Club dan Lazada University lebih ditujukan sebagai tempat diskusi dan belajar bagi pedagang yang telah menjalankan usahanya secara online, sedangkan Kakak Asuh UMKM ditujukan untuk mendorong pelaku UMKM tradisional untuk mulai beralih jualan online.
Dalam program Kakak Asuh UMKM ini, para UMKM yang jadi ‘kakak asuh’ akan membantu mengoperasionalkan produk pedagang UMKM tradisional yang jadi adik asuh mereka secara online. Nantinya, Lazada akan memberikan 7,5 persen total hasil penjualan tersebut sebagai komisi bagi kakak asuh karena telah menjalankan operasional adik asuh mereka.
Kakak asuh juga bertanggung jawab untuk mendidik adik asuhnya agar bisa menjalankan bisnis secara digital hingga nanti mereka bisa melakukannya secara mandiri. Haikal bilang, ini merupakan upaya Lazada untuk mendidik pelaku UMKM agar dapat profesional menjalankan bisnis mereka di platform digital.
“Kita mau mereka semua jadi professional business owner. Biasanya, kalau mereka udah jago jualan di Lazada, mereka mau jualan di manapun itu mudah,” kata Haikal.
Ilustrasi UMKM Foto: Shutterstock
Lazada sendiri sebenarnya telah berkomitmen mendukung UMKM lokal melalui kanal khusus bernama ‘Bangga Buatan Indonesia’. Dalam halaman khusus ini, Lazada hanya mengkurasi produk yang 100 persen dibuat secara lokal, mulai dari fesyen, produk elektronik, hingga kesehatan. E-commerce yang berdiri sejak 2012 itu menyebut, halaman khusus Bangga Buatan Indonesia telah berhasil menyaring 750 ribu pengunjung di pekan pertama peluncuran pada Juni 2020.
Jauh sebelum halaman khusus Bangga Buatan Indonesia, perusahaan juga telah mendirikan forum komunitas bernama Lazada Club dan Lazada University. Melalui kedua platform itu, para pedagang online Lazada bisa saling bertukar informasi, mulai dari tips digital marketing hingga tren produk macam apa yang laris di masa pandemi.
Pemberdayaan dan ekosistem yang nyaman bagi komunitas pedagang di dalamnya memang penting bagi e-commerce seperti Lazada. Menurut Haikal, perusahaan tak mungkin bisa tumbuh besar tanpa hal-hal tersebut.
“Kita merasa Lazada nggak mungkin tumbuh besar kalau kita nggak membesarkan UMKM-nya,” kata Haikal. “Enggak ada UMKM ini, Lazada enggak ada.”
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten