news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Banyak CEO Dunia Pakai Password yang Lemah, Ini Daftarnya

9 Mei 2022 6:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Layanan Password Manager, Lastpass. Foto: Dok. Lastpass
zoom-in-whitePerbesar
Layanan Password Manager, Lastpass. Foto: Dok. Lastpass
ADVERTISEMENT
Kata sandi atau password menjadi hal penting untuk melindungi dokumen atau data kita dari serangan siber. Tapi faktanya, menurut sebuah studi, banyak CEO pemilik bisnis dunia menggunakan kata sandi sederhana dan sangat lemah.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang dilakukan oleh NordPass, pengelola kata sandi dan peneliti independen, mengungkapkan bahwa kata sandi seperti “123456”, “12345”, “123456789” dan “qwerty” adalah kata sandi yang paling banyak diretas dan digunakan oleh CEO. Dari semua itu, “123456” menjadi password yang paling banyak digunakan oleh CEO hingga manajer.
Penelitian juga menunjukkan bahwa para eksekutif bisnis sering menggunakan nama sebagai kata sandi mereka. Yang paling populer adalah Tiffany, Charlie, Michael, dan Jordan.
Selain nama dan angka, makhluk mitologi dan hewan juga menjadi kata sandi populer lainnya, seperti dragon dan monkey. Ini membuktikan bahwa kata sandi para eksekutif sebenarnya sangat mudah diretas.
Adapun data ini didapat setelah peneliti menganalisis lebih dari 290 juta pelanggaran data keamanan siber di seluruh dunia. Kata sandi dikategorikan berdasarkan tingkat pekerjaan, seperti eksekutif C-Level (CMO, CRO, CTO, CFO), pemilik bisnis, dan manajer.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi peretasan. Foto: Shutter Stock
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh NordPass juga menunjukkan tren serupa. Misalnya, beberapa tahun yang lalu kata “Dragon” disebut sebagai kata sandi paling populer di seluruh dunia dan sering digunakan dalam pelanggaran privasi.
Menurut Laporan Investigasi Pelanggaran Data Verizon, faktanya peretasan data tidak melulu dilakukan dengan cara menggunakan teknologi pengintaian yang canggih. Sebanyak 80 persen peretasan justru disebabkan oleh kata sandi yang mudah dibobol. Sementara banyak kejahatan siber lain terjadi karena kesalahan manusia, seperti mengklik tautan yang tidak jelas.
Jonas Karklys, CEO NordPass, temuan laporan baru ini menyoroti pentingnya mengambil tindakan sederhana untuk mengurangi peluang peretasan.
Ini bisa dilakukan dengan cara memperkerjakan pengelola kata sandi yang bisa menyimpannya secara digital terenkripsi end-to-end, memperkenalkan pelatihan keamanan dunia maya di tempat kerja, dan mengaktifkan otentikasi atau verifikasi dua langka agar keamanan lebih terjamin, baik di aplikasi, kunci keamanan, perangkat, atau data biometrik.
ADVERTISEMENT
“Semua orang dari remaja gamer hingga pemilik perusahaan adalah target kejahatan dunia maya, dan satu-satunya perbedaan adalah bahwa entitas bisnis, sebagai suatu peraturan, membayar harga yang lebih tinggi untuk ketidaksadaran mereka," tambahnya dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip IFL Science.