BenQ Kenalkan Solusi untuk Sistem Belajar Mengajar Indonesia saat Pandemi

25 November 2020 14:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sekolah dibuka kembali saat pandemi. Dok. BenQ
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sekolah dibuka kembali saat pandemi. Dok. BenQ
Pandemi virus corona yang mengepung dunia belum bisa diredam. Penyebarannya yang relatif cepat membuat perubahan dalam kehidupan masyarakat. Imbauan untuk jaga jarak dan di rumah aja membuat agenda-agenda massa dihilangkan.
Tak hanya itu, virus corona juga memberikan dampak serius di sektor pendidikan, baik di Indonesia maupun secara global. Sudah banyak sekolah dan kampus yang harus menempuh metode pembelajaran jarak jauh(PJJ).
Ya, adanya pandemi membuat dunia pendidikan pun ikut terdampak. Baru-baru ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis whitepaper. Di dalamnya menyatakan bahwa 1,6 miliar pelajar di 190 negara, telah terkena dampak pandemi.
Meski tingkat pendekatannya sangat bervariasi di berbagai negara, tidak diragukan lagi bahwa dampak COVID-19 lebih banyak yang merugikan. Apalagi, jika nanti sekolah dibuka kembali, jelas, protokol kesehatan pasca pandemi membuat sistem belajar-mengajar akan berbeda dari sebelumnya.
Di Indonesia sendiri, pemerintah kini memutuskan untuk memperbolehkan sekolah tatap muka di masa pandemi COVID-19. Pembukaan sekolah ini harus dengan seizin pemerintah daerah, kepala sekolah, dan orang tua siswa.
Pembukaan sekolah tatap muka ini masih harus mengikuti pedoman protokol kesehatan ketat. Sehingga, masih ada pembatasan-pembatasan kegiatan belajar mengajar.
Dimulai dari para siswa yang datang ke sekolah wajib dalam kondisi sehat. Jika siswa memiliki komorbid diminta tidak bersekolah tatap muka karena berisiko tinggi. Selain itu, semua siswa, guru, dan tenaga pendidik wajib pakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak tanpa terkecuali.
Sekolah juga wajib menerapkan pembatasan maksimal peserta didik yang hadir di setiap ruang kelas. Untuk PAUD hanya boleh 5 siswa, pendidikan dasar dan menengah 18 siswa, dan SLB 5 siswa. Sistem yang digunakan adalah shifting atau bergantian rombongan belajar, yang akan ditentukan di masing-masing satuan pendidikan. Kebijakan ini dapat mulai berlaku pada awal semester genap tahun ajaran 2020/2021, yang berarti Januari 2021.

Tantangan utama saat sekolah dibuka kembali

Menemukan cara untuk menjaga ruang belajar tetap aman dan tetap mengutamakan protokol kesehatan seperti menjaga jarak adalah tantangan sekolah saat kembali dibuka. Menghadapi tantangan tersebut, pemerintah pun kini tengah menyiapkan regulasi terkait metode blended learning.
Blended learning dianggap bisa menjadi solusi untuk keberlangsungan pendidikan di tengah pandemi ini. Blended learning adalah cara dalam proses belajar mengajar yang menggabungkan, mengombinasikan, dan memadukan sistem pendidikan konvensional dengan sistem yang serba digital.
Sederhananya, sekolah dapat menggunakan pendekatan seperti pengembalian siswa secara progresif berdasarkan kelompok usia dengan penjadwalan kehadiran di sekolah secara bergiliran untuk mengurangi jumlah siswa di kelas.
Para guru tentu paham betul bahwa untuk mencegah gangguan sistem belajar mengajar yang berkelanjutan di masa yang akan datang, sekolah memerlukan rencana komprehensif yang mencakup pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan blended learning.
Sebuah survei online terhadap guru dan administrator yang dilakukan oleh OECD menyatakan, 57 persen responden menyukai sistem belajar mengajar secara langsung dan jarak jauh untuk memfasilitasi social distancing, tanpa perlu menghilangkan pembelajaran yang interaktif dan kolaboratif.

Tantangan blended learning selama pandemi

Blended learning. Foto: Shutterstock
Blended learning sebetulnya bukanlah konsep baru, hal ini sudah ada di dunia pendidikan berbasis teknologi sejak tahun 1970-an. Namun, menggabungkan pembelajaran jarak jauh yang dan pengajaran kelas tatap muka. Meski dinilai bisa menjadi solusi saat pandemi, metode ini punya banyak tantangan, di antaranya:
Dengan sistem pembelajaran jarak jauh, siswa mungkin tidak menerima pendidikan dengan kualitas yang sama saat belajar dari sekolah.
Singkatnya, tantangan blended learning adalah sulit memberikan pendidikan dengan kualitas yang sama untuk pelajar tatap muka dan jarak jauh. Kendati demikian, tantangan tersebut dapat diatasi dengan teknologi visual kelas yang tepat yang dikombinasikan dengan materi kurikulum guru.

Solusi blended learning dengan menggunakan teknologi ruang kelas yang inovatif

Berangkat dari kondisi inilah, perusahaan teknologi BenQ memperkenalkan solusi lewat teknologinya berupa Interaktif Flat Panel (IFP) atau papan tulis interaktif yang dapat berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar secara online.
Di Indonesia, IFP telah digunakan di beberapa sekolah sejak tahun lalu. Menggunakan IFP memudahkan guru untuk menduplikasi kegiatan belajar mengajar di kelas ke ruang digital, yang menjadi kekurangan utama dari PJJ.
Single Screen dengan Interactive Flat Panel. Dok. BenQ
Dual Screen dengan Interactive Flat Panel. Dok. BenQ
Dengan papan tulis interaktif ini, sekolah dapat menerapkan metode blended learning dengan maksimal. Siswa dapat mengakses materi dari mana saja dan kapan saja. Namun, manfaat dari pengajaran tatap muka tetap dirasakan.
Selain itu, semua lini BenQ IFP sudah dilengkapi dengan fitur anti bakteri pada layarnya, sehingga dapat melindungi guru, murid, maupun staf sekolah dari penularan bakteri dan virus COVID-19.
Berinvestasi dalam teknologi ruang kelas dengan teknologi yang ditawarkan BenQ bisa mempermudah pelaksanaan konsep blended learning seperti yang saat ini sedang digaungkan pemerintah.
Ingin tahu lebih lanjut untuk sistem blended learning yang ditawarkan BenQ? Anda bisa klik di sini
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan BenQ