Boikot Iklan Facebook Meluas, Lego hingga Starbucks Juga Ikut

2 Juli 2020 8:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi media sosial Facebook. Foto: konkarampelas via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi media sosial Facebook. Foto: konkarampelas via Pixabay
ADVERTISEMENT
Lego dan Starbucks menambah panjang daftar perusahaan besar yang boikot iklan di Facebook. Alasan mereka juga sama, karena raksasa media sosial itu tidak serius mengatasi konten negatif yang menyebar di platform-nya.
ADVERTISEMENT
Lego, perusahaan mainan asal Denmark, memutuskan berhenti beriklan di semua platform media sosial selama 30 hari. Mereka lebih memilih mengeluarkan uang untuk promosi produk-produknya di saluran atau media lain.
"Kami berkomitmen untuk memiliki dampak positif pada anak dan dunia yang mereka warisi. (Komitmen) ini termasuk berkontribusi pada lingkungan digital yang positif dan inklusif yang bebas dari ujaran kebencian, diskriminasi, dan misinformasi," kata kepala marketing Lego, Julia Goldin, seperti dikutip BBC.
Karakter Batman dari LEGO. Foto: Pixabay
Merebaknya konten kebencian dan rasisme di Facebook turut membuat Starbucks mengambil langkah serupa. Waralaba kedai kopi juga menangguhkan sementara pemasangan iklan di platform media sosial.
"Kami percaya membangun komunitas, baik secara langsung maupun online, harus bersama-sama, dan kami menentang ujaran kebencian," jelas perusahaan dalam pernyataan resmi.
ADVERTISEMENT
Starbucks menambahkan, ada banyak yang harus dikerjakan untuk menciptakan komunitas online yang ramah dan inklusif. Pemimpin bisnis dan pembuat kebijakan disebutnya perlu bersatu untuk membuat media sosial bebas dari konten negatif.
Starbucks. Foto: Reuters/Mohammad Khursheed
Sebelum Lego dan Starbucks, Unilever, Coca-Cola, hingga Honda sudah lebih dulu menyatakan diri mencabut semua iklannya yang ada di Facebook dan Instagram. Total ada sekitar 400 brand yang melakukan gerakan ini.
Munculnya gelombang untuk melakukan pemberhentian iklan di media sosial milik Facebook menyusul surat terbuka organisasi nirlaba Liga Anti-Fitnah (Anti-Defamation League/ADL) pada 17 Juni 2020, yang meminta perusahaan-perusahaan besar berhenti berbisnis dengan Facebook karena media sosial itu telah jadi ladang kebencian dan hoaks.
Berbeda dengan Twitter, Facebook tidak melabeli konten ujaran kebencian dan hoaks yang ada di platform mereka. Hal tersebut kemudian mendorong para aktivis dan karyawan Facebook itu sendiri untuk mengkritik kebijakan perusahaan.
ADVERTISEMENT
Gara-gara hal ini, saham Facebook turun 8,3 persen dan terkoreksi hingga 58 miliar dolar AS dalam perdagangan bursa pada Jumat (26/6), sekaligus menandai kerugian terbesar dalam tiga bulan terakhir.
Kekayaan pendiri sekaligus CEO Facebook, Mark Zuckerberg, juga menurun sebesar 7,21 miliar dolar AS atau sekitar Rp 103,5 triliun dalam 24 jam terakhir. Hal tersebut membuat Zuckerberg turun ke posisi empat dalam daftar orang terkaya di dunia, di bawah bos Louis Vuitton Bernard Arnault, pendiri Microsoft Bill Gates, dan CEO Amazon Jeff Bezos.
Menanggapi kritik tersebut, Mark Zuckerberg mengumumkan bahwa pihaknya akan melabeli semua posting-an terkait Pemilu AS dengan tautan yang mendorong pengguna untuk melihat pusat informasi pemilu. Facebook juga akan memperluas definisi tentang ujaran kebencian yang dilarang, serta menambahkan klausul bahwa tidak akan ada iklan yang ditampilkan dalam posting-an yang diberi label berbahaya oleh Facebook.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada pengecualian untuk politisi dalam kebijakan apa pun yang saya umumkan di sini hari ini," kata Zuckerberg.