Bukalapak Disebut Mau IPO Agustus 2021, Incar Rp 11,2 Triliun

17 Juni 2021 11:39 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Platform e-commerce Bukalapak. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Platform e-commerce Bukalapak. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Bukalapak dilaporkan berencana melantai di bursa saham (Initial Public Offering/IPO) pada Agustus 2021. Startup e-commerce tersebut disebut mengincar pendanaan hingga 800 juta dolar AS atau Rp 11,2 triliun.
ADVERTISEMENT
Jika target itu tercapai, IPO Bukalapak bakal jadi yang terbesar di Indonesia dalam 10 tahun terakhir, sekaligus yang terbesar bagi startup dalam negeri. Namun, rekor tersebut kemungkinan besar akan segera diambil alih GoTo, perusahaan merger Gojek dan Tokopedia, yang berencana IPO di Jakarta sebelum akhir tahun 2021.
Prospektus pencatatan Bukalapak sendiri telah disampaikan ke Bursa Efek Indonesia, menurut laporan Reuters yang berasal dari dua orang narasumber terdekat dengan isu ini. Bukalapak berencana melepas 10 sampai 15 persen saham perusahaan dan menargetkan valuasi sekitar 4 hingga 5 miliar dolar AS lewat IPO.
Bukalapak enggan mengomentari isu ini. Namun, seorang narasumber yang identitasnya dirahasiakan menyebut bahwa hasil penawaran umum perdana Bukalapak akan berkisar 500 hingga 800 juta dolar AS, tergantung minat investor dan kondisi pasar.
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (31/3) Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Bukalapak sendiri menyebut bahwa valuasi mereka mencapai 2,5 miliar dolar AS pada 2019 lalu. Mereka disokong oleh sejumlah perusahaan besar, termasuk Microsoft, Emtek Group, Standard Chartered, dan Naver Corp.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Bukalapak merupakan e-commerce terbesar keempat. Menurut laporan konsultan ventura teknologi Momentum Works, mereka memiliki 7 persen pangsa pasar e-commerce di Indonesia yang bernilai 40 miliar dolar AS pada 2020.
Bukalapak mengalami pertumbuhan yang baik dari layanan Mitra Bukalapak. Mereka memberdayakan pedagang warung kelontong untuk mengintegrasikan penjualan online dan offline. Para Mitra Bukalapak juga menyediakan layanan produk digital seperti pembayaran PDAM pembelian token listrik, isi pulsa, hingga pembayaran pajak.
Menurut founder Momentum Works, Jianggan Li, layanan offline di kota-kota kecil inilah yang membedakan Bukalapak dibanding e-commerce lain seperti Tokopedia dan Shopee.
"Lanskap kompetitif pasar e-commerce besar di Indonesia semakin menguat, dikatalisasi oleh pandemi, dengan kesenjangan antar tingkatan pemain yang melebar," kata Li kepada Reuters.
ADVERTISEMENT
Menarik untuk menunggu IPO Bukalapak dan bagaimana respons bursa. Sejauh ini, belum ada perusahaan teknologi besar asal Indonesia yang melantai di pasar saham. Para pengamat menilai, melantainya perusahaan teknologi seperti Bukalapak, Gojek, atau Tokopedia bakal mendorong kembali antusiasme investor setelah tertekan oleh pandemi COVID-19.