Dampak Buruk HP: Kurang Tidur dan Tak Produktif

30 Maret 2021 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi main smartphone di meja makan Foto: Wendelin Jacober/flickr
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi main smartphone di meja makan Foto: Wendelin Jacober/flickr
ADVERTISEMENT
Perkembangan handphone (HP) dalam satu dekade terakhir membuat kita memiliki gadget multifungsi yang dapat membantu banyak hal. Namun, ponsel ternyata juga punya dampak buruk bagi manusia.
ADVERTISEMENT
Menurut sebuah survei dari Queensland University of Technology, Australia, pada 2019 lalu, misalnya, satu dari lima perempuan dan satu dari delapan laki-laki kurang tidur karena kebiasaan memakai smartphone yang buruk. Survei tersebut menanyakan 709 pengguna ponsel di Australia, dengan rentang usia 18 hingga 83 tahun.
Tak cuma bikin kurang tidur, para peneliti juga menemukan segambreng dampak negatif dari penggunaan smartphone. Para peneliti memakai istilah ‘technoference’ untuk melukiskan sejumlah dampak buruk tersebut.
“Saat kami berbicara tentang technoference, kami mengacu pada intrusi dan interupsi sehari-hari yang dialami orang karena ponsel dan penggunaannya," kata peneliti utama studi, Oscar Oviedo-Trespalacios.
"Survei kami menemukan bahwa konferensi teknologi telah meningkat di antara pria dan wanita, di semua usia.”
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, para peneliti Queensland University of Technology telah membuat survei serupa pada 2005 lalu. Ketika dibandingkan, mereka menemukan technoference telah meningkat dalam rentang 14 tahun antara 2005-2019.
Dalam survei di tahun 2019, satu dari lima perempuan (19,5 persen) dan satu dari delapan laki-laki (11,8 persen) merasa kurang tidur karena sibuk main HP. Padahal, di tahun 2005, hanya 2,3 persen perempuan dan 3,2 persen laki-laki yang merasa demikian.
Ilustrasi mata lelah meski sudah tidur cukup Foto: Shutterstock
"Temuan ini menunjukkan bahwa ponsel berpotensi semakin mempengaruhi aspek fungsi siang hari karena kurang tidur dan meningkatnya kelalaian tanggung jawab,” kata Oscar.
Lalu, 12,6 persen laki-laki dan 14 persen perempuan mengatakan produktivitas mereka menurun sebagai akibat langsung dari waktu yang mereka habiskan main HP. Padahal, di tahun 2005, enggak ada sama sekali laki-laki yang mengeluh, sedangkan perempuan hanya 2,3 persen.
ADVERTISEMENT
Peneliti juga menemukan sejumlah peningkatan keluhan mulai dari rasa sakit akibat main HP, hingga ketakutan enggak bisa punya teman kalau enggak main HP.
Kelompok usia 18 hingga 24 tahun jadi golongan paling rentan mengalami ‘technoference’ yang angkanya melonjak menjadi 40,9 persen pada 2019. Adapun 23,5 persen responden dari kelompok umur 25 hingga 29 tahun juga mengaku menderita technoference.
Di sisi lain, peneliti menemukan sisi positif di mana lebih sedikit orang yang melaporkan bahwa mereka telah menerima tagihan telepon yang tidak mampu mereka bayar. Peneliti juga menemukan jumlah orang yang merasa sulit mematikan HP mereka tetap konstan selama rentang waktu 2005-2019.
"Inovasi teknologi yang pesat selama beberapa tahun terakhir telah menyebabkan perubahan dramatis dalam teknologi telepon seluler saat ini - yang dapat meningkatkan kualitas hidup pengguna telepon tetapi juga menghasilkan beberapa hasil negatif,” kata Oscar.
ADVERTISEMENT
"Ini termasuk kecemasan dan, dalam beberapa kasus, keterlibatan dalam perilaku yang tidak aman dengan implikasi kesehatan dan keselamatan yang serius seperti ponsel yang mengganggu saat mengemudi."