Jurus vivo Jaga Kualitas HP di Indonesia: Wajib Uji Ketahanan

18 Juni 2021 19:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vivo V21 5G. Foto: vivo
zoom-in-whitePerbesar
Vivo V21 5G. Foto: vivo
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Punya smartphone dengan build quality yang bagus adalah sebuah keharusan, karena rakitan yang baik membuat kita bisa memakainya dalam jangka panjang tanpa khawatir mudah rusak.
Sebaliknya, jika kita membeli smartphone dengan kualitas rakitan yang buruk, ia mudah ‘rewel’ sekalipun dipakai secara normal. Artinya, pengguna perlu keluar uang lagi untuk service hingga beli ponsel baru.
Produsen smartphone kini telah melengkapi produksi mereka dengan sejumlah pengujian dan kontrol kualitas. Salah satunya bisa dilihat dari bagaimana vivo merakit smartphone mereka di Cikupa, Tangerang.
Bagi kamu yang belum tahu, setiap smartphone vivo yang dijual di Indonesia adalah made in Tangerang. Pabrik ini dibangun pada 2016 lalu mendukung pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), yang menjadi syarat dan komitmen mereka untuk berbisnis di Indonesia.
Pada awalnya, pabrik vivo di Tangerang hanya mencakup satu unit gedung. Kini, pabrik tersebut telah berekspansi menjadi dua kompleks dengan kapasitas produksi hingga ratusan ribu smartphone per bulan.
Pabrik Vivo di Cikupa, Tangerang. Foto: vivo
Tak hanya untuk memenuhi TKDN, pabrik vivo juga bertujuan menjaga kualitas produksi smartphone mereka yang dijual di Indonesia. Smartphone yang diproduksi vivo harus melalui dua tahapan pengujian.
Tahap pertama adalah perakitan. Di tahap ini, setiap bagian smartphone akan dipasang dengan standar waktu tertentu.
Meski namanya tahap perakitan, smartphone vivo harus melalui serangkaian tes awal usai dirakit. Setiap komponen yang sudah dipasang akan diuji menggunakan mesin yang terintegrasi dengan jaringan intranet untuk melacak hasil secara online. Sistem ini juga memastikan bahwa hanya produk yang lolos tahap pertama yang dapat melanjutkan ke pos uji berikutnya.
Setelah lolos tahap perakitan, smartphone vivo harus melalui tahap pengujian. Tes yang dijalankan di tahap ini mencakup seluruh aspek hardware, seperti kamera depan dan belakang, audio, jaringan, sensitivitas layar, hingga tombol.
vivo memiliki departemen khusus di pabrik mereka yang disebut Quality Control Lab (QC Lab). Seperti namanya, laboratorium ini berfungsi untuk memastikan agar smartphone yang dijual mempunyai kualitas yang sempurna.
“Melalui ekspansi basis produksi serta fasilitas QC Lab independen, kami ingin memenuhi kebutuhan konsumen setia vivo di tanah air dengan rangkaian produk berkualitas yang telah melalui uji dengan standarisasi global. Ini merupakan salah satu bentuk komitmen kami dalam memberikan pengalaman produk yang memuaskan bagi konsumen dari tahap produksi hingga purnajual," kata Edy Kusuma, Senior Brand Director vivo Indonesia.
Aktivitas pekerja di pabrik vivo di Cikupa, Tangerang. Foto: vivo
Di QC Lab ini, sampel smartphone vivo akan melalui serangkaian pengujian ekstensif, mulai dari memeriksa daya smartphone pada saat menjalankan beberapa aplikasi sekaligus, ketahanan terhadap suhu panas pada suhu 50-70 derajat Celsius dan suhu dingin hingga -20 derajat Celsius, hingga uji paparan air.
QC Lab juga menguji sampel smartphone vivo pada skenario ekstrem. Salah satunya adalah pengujian port charger. Pada tahap ini, sampel smartphone vivo menjalani puluhan ribu pengujian pasang dan cabut kabel USB di port charging secara manual dan otomatis, serta diayunkan ribuan kali untuk melihat seberapa kuat kabel USB menancap di port charger. Tahap ini juga melibatkan ahli yang memeriksa kualitas pengisian daya disetiap proses pengujian.
Skenario ekstrem juga diterapkan untuk uji ketahanan bodi. Pada tahap ini, sampel smartphone akan diputar ratusan kali oleh mesin untuk menguji ketahanan bodinya.
Tes bodi juga mencakup uji ketahanan jatuh. Setiap kali melewati puluhan kali uji jatuh bebas, para ahli di pabrik vivo akan melakukan pengecekan kondisi unit sebelum putaran pengujian jatuh selanjutnya. Berbagai jenis mesin uji jatuh juga akan menguji daya tahan setiap sisi bodi smartphone vivo yang dijatuhkan ribuan kali di setiap sisi.
Usai uji menyeluruh pada aspek hardware, smartphone vivo juga harus melalui pengujian software yang menyeluruh, mulai dari fitur hingga sensor sidik jari. Uji fitur ini merupakan tahap akhir dari rangkaian pengujian sebelum smartphone memasuki tahap pengemasan.
Di tahap akhir ini, smartphone vivo akan dimasukkan ke dalam boks bersama dengan buku manual dan beberapa aksesori lain.
Dalam penggunaan asli, kita memang tidak mengayun-ayun smartphone saat dicas atau sengaja memutar dan menjatuhkan smartphone ribuan kali. Namun, justru di situlah letak uji quality control diperlukan. Jika sebuah smartphone bisa lolos uji ketahanan di skenario ekstrem, ia berarti punya kualitas yang mumpuni untuk penggunaan sehari-hari yang normal.
Penyiksaan pada smartphone yang dilakukan vivo, pada akhirnya, harus dilewati sebagai standar untuk memberikan produk smartphone yang tangguh.