Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sejak didapuk sebagai Direktur Digital Business Telkom, Fajrin Rasyid , dihadapkan pada kondisi yang mengharuskannya melakukan berbagai pertemuan dengan tim digital bisnis untuk melakukan koordinasi. Bukan hanya karena dia baru saja bergabung, namun juga karena bisnis digital menjadi fokus transformasi yang tengah digaungkan oleh perusahaan pelat merah tersebut.
Direktur Utama Telkom , Ririek Adriansyah, menyebutnya sebagai “mas direktur.” “Jadi, kalau kabinet punya ‘Mas Menteri’ (mengacu ke Mendikbud Nadiem Makarim-red), kami punya ‘Mas Direktur’,” kata Ririek.
Fajrin sadar dirinya mengemban amanah besar. Pria berusia 34 tahun tersebut menganggap, ekspektasi tinggi pertumbuhan bisnis digital Telkom muncul seiring dengan prospek ekonomi digital yang menjanjikan di masa depan. Berdasarkan riset Temasek dan Google pada 2018 lalu, nilai ekonomi digital Indonesia diprediksi bisa mencapai 133 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.882 triliun pada 2025.
Menurut Fajrin, Telkom sebenarnya telah memiliki pondasi kuat dalam menyambut transformasi digital. Pondasi tersebut terletak pada sektor bisnis konektivitas yang selama ini menjadi andalan.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan tahun 2019, misalnya, mereka telah memiliki infrastruktur yang mumpuni, meliputi 212.235 BTS, 33.892 tower, 164.769 km serat optik, tiga satelit, 22 data center, hingga 386.420 titik akses Wi-Fi. Adapun dari sisi pelanggan, Telkom memiliki 7 juta pelanggan IndiHome dan 171,1 juta pelanggan Telkomsel yang 110,3 juta di antaranya adalah pelanggan mobile broadband.
Meski demikian, konektivitas semata tak bisa membawa Telkom menjadi digital telecom company. Telkom, kata Fajrin, harus mengembangkan lebih lanjut digital platform dan digital services yang mereka miliki.
"Jadi kita sudah punya pondasi yang kuat yang tetap akan kita pertahankan kekuatan ini tetapi kita juga ingin ekspansi ke atasnya, digital platform dan digital services, yang itu diharapkan bisa memperkuat Telkom ke depannya juga. Dan ini, atasnya ini yang juga diproyeksikan secara bisnis akan pesat ke depan," sambungnya.
Jika kita melihat layanan digital (digital services) yang ditawarkan Telkom, posisi mereka dihimpit oleh kompetitor lain yang sudah memiliki nama besar dan mendominasi pasar. Layanan streaming video MAXStream, misalnya, mesti berhadapan dengan Netflix. Adapun aplikasi pesan instan ChatAja harus berkompetisi dengan WhatsApp.
Tantangan serupa juga dialami platform digital Telkom. Contoh sektor big data dan komputasi awan (cloud), Telkom dengan layanan Big Box dan TelkomCloud bersaing ketat dengan nama-nama macam seperti Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, hingga Alibaba Cloud. Soal big data dan Alibaba Cloud ini sempat disinggung Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya, karena Telkom disebutnya kurang bergerak cepat dalam mengamankan sektor big data yang notabene merupakan 'minyak baru' di era digital.
Lantas, bagaimana strategi yang akan diterapkan Fajrin untuk mengembangkan platform dan layanan digital Telkom? Mas direktur mengaku masih mempelajari rencana bisnis yang telah dirancang dan mengevaluasi mana yang masuk akal. Namun, ada dua prinsip yang bakal ia terapkan di dalam direktorat bisnis digital Telkom.
Pertama, Fajrin ingin pihaknya lebih terbuka terhadap potensi kerja sama dengan pihak lain. Dalam hal ini, dia hendak menerapkan prinsip ‘coopetition’ dalam bisnis digital Telkom.
Istilah coopetition dibangun dari dua istilah yang terdiri dari cooperation (kerja sama) dan competition (kompetisi). Menurutnya, kerja sama sembari berkompetisi tidak mungkin bisa dielakkan pada dunia digital saat ini.
"Di dunia digital ini berubah begitu cepat, salah satu implikasinya adalah convergence, di mana batas-batas industri itu menjadi blur dalam arti perusahaan itu bisa bergerak ke mana-mana dengan cepat," jelas Fajrin.
"Telkom sadar bahwa kita tidak bisa melakukan semuanya seorang diri. Sehingga kita tidak menutup kolaborasi dengan pihak-pihak lain, entah itu kampus, entah itu perusahaan teknologi, startup, perusahaan digital, apa pun itu, untuk bisa memperkuat posisi Telkom di digital platform dan digital services tadi. Jadi, kita tidak menutup kemungkinan itu," sambungnya.
Untuk mengetahui apakah kerja sama tersebut menguntungkan atau tidak bagi pihaknya, Telkom disebutnya perlu mengetahui hasil yang terukur dari keputusan tersebut. Ini yang menjadi prinsip kedua yang hendak ditanamkan oleh Fajrin, di mana keputusan direktoratnya dihasilkan berdasarkan data-driven culture.
Fajrin mengatakan, kultur semacam itu telah ada di Telkom. Namun, dia ingin mengembangkan budaya pengambilan keputusan berdasarkan data pada tahap selanjutnya, di mana data tersebut dihasilkan secara real-time.
Data real-time tentunya sangat membantu dalam membuat keputusan atau mengambil tindakan di dunia digital yang bergerak sangat cepat dan tidak menentu ini. Baik data terkait kondisi dan performansi internal maupun data eksternal untuk memahami respons public dan mitra terkait layanan digital yang diberikan oleh pihaknya.
Untuk mempersiapkan diri dalam transformasi digital, Fajrin menyebut bahwa Telkom membutuhkan sumber daya manusia yang tidak hanya keterampilan, tetapi juga punya digital mindset, digital culture, hingga digital leadership. Perusahaan percaya bahwa sumber daya manusia adalah faktor penting dalam bertransformasi digital .
Demi mencetak sumber daya manusia yang potensial, perusahaan terus mendorong pelatihan digital academy bagi karyawan yang selama ini sudah berjalan di Telkom, dan nantinya juga dipersiapkan bagi perusahaan BUMN selain Telkom.
"Kita membutuhkan komitmen dan dukungan semua pihak, tidak hanya dari saya sendiri, tapi juga direksi yang lain, seluruh karyawan Telkom, dan seluruh stakeholder terkait," tuturnya.
"This is difficult, but possible.”
Kalimat itu sekaligus menutup wawancara kumparan dengan Fajrin. Kami saling ucap terima kasih. Dia beranjak, lalu masuk ke ruang rapat di sebelah. Di sana sudah duduk beberapa karyawan dari divisi data center yang mau koordinasi lanjutan dengan Fajrin. Begitulah kesibukannya akhir-akhir ini. Kerja, kerja, kerja!