Mahasiswa UGM Bikin Alat Penerjemah Bahasa Isyarat

29 Juni 2018 19:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa UGM pengembang SIGNLY. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa UGM pengembang SIGNLY. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pada Maret lalu, WHO merilis data jika saat ini ada sekitar 466 juta orang di seluruh dunia yang mengalami gangguan pendengaran. Angka ini menunjukkan jika ada lebih dari 5 persen populasi dunia yang tidak bisa mendengar dengan baik.
ADVERTISEMENT
Melihat masalah ini, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sebuah alat penerjemah bahasa isyarat berbasis teknologi untuk membantu para penyandang tunarungu dan tunawicara.
Berbentuk sarung tangan, alat yang diberi nama SIGNLY ini diharapkan dapat mempermudah mereka yang mengalami gangguan pendengaran untuk berkomunikasi dengan orang lain.
"Perangkat ini bisa menerjemahkan bahasa isyarat secara langsung ke bahasa verbal," kata Nindi Kusuma Ningrum, Ketua Tim Pengembang SIGNLY, di Yogyakarta, Jumat (29/6).
Purwarupa SIGNLY sendiri merupakan singkatan dari Sign Language Translator Synchronously. Katalog bahasa isyarat yang tersedia dalam aplikasi ini diambil dari American Sign Language, Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo), serta dari masukan-masukan baru dengan menggunakan kombinasi lima jari tangan.
Mahasiswa UGM pengembang SIGNLY. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa UGM pengembang SIGNLY. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Komponen utama alat tersebut adalah sarung tangan, ponsel pintar, dan komputer. Terdapat teknologi yang mendeteksi gerakan dan posisi jari tangan melalui flek sensor yang ada di dalam sarung tangan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, informasi berupa huruf diterima dan ditampilkan melalui aplikasi berbasis desktop dan ponsel pintar. Nantinya output yang masih berbentuk tulisan tersebut akan dikonversikan menjadi bentuk suara.
"Jadi, orang dapat langsung mengerti komunikasi yang disampaikan, terutama bagi yang tidak tahu bahasa isyarat," jelas Nindi.
Berkat alat ini, lawan bicara dari penyandang tunarungu pun dapat menjawab apa yang disampaikan lewat alat itu dengan suara dan nantinya akan dikonversikan menjadi bahasa verbal tertulis yang dapat dibaca oleh penyandang tunarungu atau tunawicara di layar desktop dan ponsel pintar.
Dalam pengembangan SIGNLY, Nindi dibantu oleh dua temannya di jurusan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM, yang bernama Faturahman Yudanto dan Lely Monalisa.
Faturahman menjelaskan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahasa isyarat sehingga alat ini diharapkan mampu membantu kesulitan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Untuk itu dibutuhkan alat untuk memudahkan komunikasi bagi pengguna bahasa isyarat dan bahasa verbal," tuturnya.