Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Masa Depan Blockchain di Indonesia
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Jika kita melihat, misalnya, untuk industri perbankan, kita melihat bahwa ada ketidakefisienan karena tidak semua orang memiliki standar yang sama,” jelas Sam. “Blockchain akan memastikan bahwa semuanya dapat disederhanakan dan merampingkan pengalaman transaksional yang menghasilkan nilai lebih bagi pengguna akhir karena ada sedikit kebutuhan untuk menjamin aset.”
Sam bahkan mengklaim teknologi ini telah dianggap oleh forum ekonomi dunia (WEF) sebagai pilar yang akan mendorong transparansi dan kepercayaan. Segala manfaat blockchain tersebut pun mengundang pertanyaan mengenai bagaimana masa depan teknologi pembukuan ini di Indonesia.
Dijelaskan oleh Sam, saat ini pihaknya sedang melobi berbagai pemangku kepentingan untuk mengenalkan blockchain di Indonesia. Baginya, tak mungkin satu teknologi baru dapat diterima oleh masyarakat jika tak menggandeng pihak lain.
ADVERTISEMENT
“Saya hanya salah satu pemangku kepentingan, tapi pada akhirnya apa yang perlu kita kendalikan adalah percakapan tentang bagaimana hal ini dapat bermanfaat bagi pemerintah Indonesia. Percakapan ini biasanya melibatkan pajak karena untuk mendorong peningkatan pendapatan pajak merupakan perhatian prioritas tinggi bagi pemerintah dan kita dapat mewujudkannya melalui regulasi blockchain,” sambung Sam.
Saat ini, Global Blockchain Shanghai tengah berunding dengan 14 negara di seluruh dunia untuk penerapan teknologi blockchain. Sam menyebut regulasi pemerintah memang menjadi momok yang menakutkan untuk perusahaan dalam mengaplikasikan teknologi disruptif, seperti blockchain.
“Perusahaan takut untuk mengadopsi teknologi blockchain kecuali mereka merasa bahwa regulator mendukung kemajuan teknologi blockchain. Hal terakhir yang mereka inginkan adalah mengadopsi teknologi, dan kemudian didiskreditkan oleh pemerintah karena (dianggap) bertindak ilegal,” jelasnya.
Satu negara yang berhasil menerapkan teknologi blockchain, menurut Sam, adalah Australia. Faktor utama keberhasilan Negara Kanguru itu untuk menerapkan blockchain bukan karena ketersediaan infrastruktur yang baik, melainkan karena pemerintahnya menyetujui penggunaan teknologi tersebut di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Selain persoalan regulasi, penerapan blockchain juga terganggu dengan kurangnya sumber daya manusia dan investor bagi platform blockchain di Indonesia. Bahkan, perkembangan blokchain di Indonesia tertinggal 5 tahun di belakang China, menurut Rhein Mahatma, Director of Education Vexanium, salah satu platform blockchain lokal.
“Kalau di China itu semua kampus sudah ada blockchain group, cari blockchain talent itu gampang banget. Kalau di Indonesia, cari talent blockchain itu nggak ada. Hampir gak ada, bukan sedikit ya, hampir nggak ada,” kata Rhein. “Kami sebagai platform kan educate-nya programer ya untuk bikin blockchain, setiap kali ketemu kepala program studi di kampus mereka bilangnya ‘kami masih sibuk sama data science’.”
Untuk mengatasi hambatan yang ada, Djauhari Oratmangun, Duta Besar Indoensia untuk China, menyebut bahwa pihaknya bakal mengembangkan Pusat Teknologi Blockchain di Jakarta dan menyelenggarakan forum blockchain internasional di Bali pada tahun 2020 mendatang.
ADVERTISEMENT