Melek Digital Bukan Jaminan, 30 Persen Lebih Gen Z Jadi Korban Scam
5 Agustus 2025 10:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
Melek Digital Bukan Jaminan, 30 Persen Lebih Gen Z Jadi Korban Scam
Gen Z yang lahir dan tumbuh di era teknologi internet ternyata tetap rentan terhadap penipuan digital seperti scam maupun spamkumparanTECH

Scam merupakan jenis penipuan untuk mengelabui korban agar memberikan informasi pribadi, data sensitif, atau uang. Sementara, spam merujuk pada pesan atau konten yang dikirim secara massal, berupa iklan, promosi, atau tautan yang mengganggu dan berpotensi membahayakan.
Keduanya merupakan bentuk penipuan digital yang bisa menyasar siapa saja, termasuk anak muda. Meski korbannya sering disebut dari kalangan gagap teknologi, namun Gen Z yang dikenal paling melek digital pun tetap rentan terhadap scam maupun spam.
Studi yang dilakukan Better Business Bureau (BBB) pada 2024 menunjukkan Gen Z dan Milenial paling sering melaporkan kerugian karena penipuan digital. Hal ini juga diperkuat riset Organisasi Keamanan Siber Amerika (NCA) pada 2022 yang menemukan bahwa Gen Z paling banyak melaporkan kehilangan uang/data karena penipuan digital seperti phishing, dengan angka 34 persen.
Alasan Gen Z Rentan Terjebak Scam
Gen Z, sebagai generasi yang lahir dan tumbuh berdampingan dengan teknologi internet, memang terlihat paling siap menghadapi dunia digital. Tetapi, keakraban ini justru menjadi titik lemah Gen Z.
Para profesor dari Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) menganalisis bahwa tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap platform daring kerap membuat anak muda mengabaikan risiko keamanan. Apalagi, banyak dari mereka yang merasa melek teknologi, sehingga cenderung tidak menyadari potensi penipuan digital yang terus berkembang.
Selain itu, ada beberapa faktor yang memperkuat kerentanan Gen Z terhadap penipuan digital, di antaranya:
1. Intensitas online yang tinggi
Gen Z menghabiskan banyak waktu di dunia digital, mulai dari media sosial hingga platform belanja dan hiburan. Tingginya keterpaparan ini menjadikan mereka target potensial bagi para pelaku scam dan spam.
2. Berbagi berlebihan di ruang digital
Salah satu kebiasaan Gen Z yang berbahaya adalah membagikan informasi pribadi secara terbuka di ruang digital. Seperti lokasi, hobi, hingga detail kehidupan sehari-hari bisa mempermudah scammer dalam melakukan profiling dan memanipulasi korbannya.
3. Budaya FOMO (Fear of Missing Out)
Dorongan untuk selalu terlibat dalam tren terkini atau penawaran menarik membuat Gen Z lebih mudah tergoda dengan scam yang menjanjikan imbalan cepat, seperti diskon, investasi bodong, giveaway, atau tawaran kerja palsu.
4. Respons cepat tanpa verifikasi
Gen Z juga memiliki kecenderungan merespons informasi secara cepat tanpa pengecekan ulang. Hal ini membuka celah bagi mereka terjebak dalam penipuan, terutama dalam bentuk phishing atau tautan yang merugikan.
Gunakan Platform yang Aman dan Tepercaya
Meningkatkan literasi digital dan kesadaran terhadap keamanan siber saat ini menjadi cara jitu untuk menghindari beragam penipuan daring. Langkah awal bisa dimulai dengan membiasakan diri untuk tidak mudah membagikan data pribadi, selalu memverifikasi informasi, dan mengenali modus serta ciri-ciri penipuan digital.
Selain itu, penting juga untuk memastikan penggunaan platform digital yang memiliki sistem keamanan tinggi seperti fitur enkripsi end-to-end, verifikasi dua langkah (2FA), serta kebijakan privasi yang transparan dan bertanggung jawab.
Nah, dengan cara ini, Gen Z bisa tetap eksis dan aktif di dunia digital tanpa jadi sasaran empuk scammer!
