Microsoft, Meta, Nvidia dkk Ungkap Dampak Buruk AI buat Bisnis, Apa Itu?

10 Juli 2024 10:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Microsoft. Foto: rafapress/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Microsoft. Foto: rafapress/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah raksasa teknologi mulai mengadopsi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dan mengumbar keberhasilannya dalam memanfaatkan AI. Namun, perusahaan yang sama juga memperingatkan dampak buruk teknologi tersebut bagi bisnis di masa depan.
ADVERTISEMENT
Meta, misalnya, induk WhatsApp, Facebook, dan Instagram itu mewanti-wanti bahaya AI yang bisa disalahgunakan untuk membuat disinformasi dan misinformasi saat pemilu. Konten negatif tersebut bisa menimbulkan respons negatif di masyarakat.
Di lain pihak, Microsoft menyebut AI bisa menyebabkan permasalahan dalam hak cipta, terkait model pelatihan dan hasil produknya. Begitu juga Nvidia, produsen kartu grafis komputer, yang juga khawatir penyalahgunaan AI bisa menyebabkan pembatasan atas produknya.
Kekhawatiran Nvidia ini sudah terbukti tahun lalu, ketika pemerintah Joe Biden membatasi ekspor chip AI buatan Nvidia ke China. Ini dilakukan AS agar China berhenti mendapatkan teknologi canggih yang dapat digunakan untuk memperkuat militernya. Bloomberg melaporkan AS kembali mengurangi ekspor chip ke Timur Tengah pada Mei 2024.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Nvidia. Foto: Poetra.RH/Shutterstock
Sementara itu, induk perusahaan Google, Alphabet, mengatakan penggunaan AI dapat berdampak negatif pada hak asasi manusia privasi, ketenagakerjaan, atau masalah sosial lainnya yang bisa menyebabkan tuntutan hukum atau kerugian finansial.
Palo Alto Networks, Dell Technologies, dan Uber Technologies adalah beberapa perusahaan lain yang menambahkan risiko buruk teknologi AI bagi bisnis mereka.
Peringatan itu disampaikan para perusahaan raksasa dunia ini dalam laporan keuangan tahun 2024 di bab “faktor risiko” yang dikirim ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS. Bab itu menjelaskan faktor-faktor apa saja yang kemungkinan terjadi dalam pencegahan perselisihan pemegang saham.
Faktor risiko termasuk soal perubahan iklim, perang Ukraina dan Gaza, serta dampak kolapsnya Silicon Valley Bank.